Tim Muhammadiyah Aid Berhasil Masuk di Cox’s Bazar Bangladesh

Konten dari Pengguna
25 September 2017 20:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lazismu Pusat tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Setelah menempuh perjalanan selama 40 menit dari Dhaka, melalui moda angkutan udara Tim Muhammadiyah Aid tiba di Cox’s Bazar, Bangladesh. Tim Muhammadiyah Aid memilih jalur udara karena jarak tempuh melalui darat memakan waktu 12 jam, dengan kondisi jalan yang rusak dan alasan keamanan.
ADVERTISEMENT
Setibanya di Camp pengungsian Cox’s Bazar, perbatasan antara Myanmar dan Bangladesh, atap-atap terpal plastik berwarna biru, putih, kuning, hijau muda, menceritakan banyak hal tentang arti penting manusia dan kemanusiaan.
Ratusan ribu pengungsi kondisinya sangat memprihatinkan. Tenda-tenda camp yang kurang layak membuat banyak pengungsi mulai diserang berbagai penyakit dan keluhan kelelahan fisik. Sanitasi yang buruk membuat mereka kesulitan memanfaatkan air selama di pengungsian.
Tim Muhammadiyah Aid, Andar Nubowo, menyaksikan langsung dan bercerita melalui video daring kepada tim media Lazismu, Senin, 25 September 2017. Para pengungsi banyak yang mengenakan sarung. Nanar tatapan pilu itu jelas terlihat saat mereka duduk-duduk dibangku kayu seadanya beratap plastik di antara batang-batang pohon yang hampir berimpitan.
ADVERTISEMENT
Di hadapan mereka banyak anak-anak pengungsi usia sekolah dan balita berkumpul untuk bermain. Hijau sawah dalam petak tanak yang tak begitu luas, mengalir air dari pompa kodok yang dikayuh anak-anak untuk membasahi tubuh mereka tanpa sehelai baju dan tanpa alas kaki.
Di camp pengungsian ini, banyak kaum Muslim Rohingya, yang terdiri dari ibu-ibu tengah memandikan anak dengan peralatan mandi seadanya. Para manula juga banyak dijumpai dengan kondisi kesehatan yang kurang baik. Di malam hari, penerangan yang minim memancar dari lampu-lampu yang dialiri listrik Solar Sell.
Sulitnya Masuk Menuju Camp Pengungsian
Sejak Tim Muhammadiyah Aid yang terdiri dari (Andar Nubowo perwakilan Lazismu, Abdoel Malik R perwakilan dari MDMC dan Dr. Corona Setiawan yang beranggotakan tiga dokter dan sembilan perawat dilepas PP Muhammadiyah pada 22 September 2017, misinya adalah solidaritas kemanusiaan membantu para pengungsi Muslim Rohingnya yang terusir dari kampung halaman mereka di provinsi Rakhine, Myanmar.
ADVERTISEMENT
Sama dengan lembaga kemanusiaan lainnya, sulit untuk masuk ke lokasi pengungsian. Ini tantangan tersendiri bagaimana berkoordinasi dengan pemerintah Bangladesh dan lembaga-lembaga kemanusiaan lokal dan internasional.
Tim Muhammadiyah Aid, Andar Nubowo mengatakan kondisi di sana cukup ketat untuk bantuan asing, termasuk dari Indonesia. “Kedatangan relawan asing dari Indonesia, Malaysia dan Turki sejak kedatangan diawasi ketat,” katanya.
Perlu ijin resmi dari Pemerintah Bangladesh dan wajib bermitra lokal untuk segala aktivitas kemanusiaan di Cox’s Bazar. Penyaluran bantuan harus dilakukan oleh mitra lokal. “Saat ini, baru diijinkan 50 ribu US dolar atau Rp 600 juta dari Indonesia, semoga ada penambahan kuota lagi,” lanjutnya.
Tidak ada jaminan keamanan bagi pekerja sosial atau relawan kemanusiaan. Di Bangladesh, tahun lalu, terjadi pembunuhan massal 20 orang asing di sebuah restoran. Hal ini masih menjadi trauma. “Kami tidak boleh jalan malam atau makan sendirian di restoran,” paparnya.
ADVERTISEMENT
Tim Medis Muhammadiyah Aid, akhirnya diizinkan masuk oleh Pemerintah Bangladesh (23/9/2017), seluruh Tim ikut menandatangani kesepakatan (MoU) dengan asosiasi media tingkat pusat Bangladesh. Tim Muhammadiyah Aid juga mengikuti rapat koordinasi dengan Tim Indonesian Humanitarian Alliance (IHA) setibanya di Dhaka, Bangladesh.
Kendati dalam situasi yang sulit, Tim berupaya bekerja semaksimal mungkin. Tim Muhammadiyah Aid memohon doa kepada masyarakat Indonesia supaya kami di lapangan mendapat kemudahan dan kelancaran dalam menunaikan amanah bangsa Indonesia. (nu/na)