Logika Absurd Aksi Boikot Produk AQUA dan Susu SGM

Lazuardi Imam Pratama
Keluarga Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis USK, Banda Aceh.
Konten dari Pengguna
7 November 2020 17:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lazuardi Imam Pratama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: Hendra Nurdiyansyah/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Hendra Nurdiyansyah/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Saya ingin membuka tulisan ini dengan mengenang adagium dari Milton Friedman, seorang ekonom sekaligus filsuf dari Amerika Serikat yang berkelakar dengan ucapan “The government solution to a problem is usually as bad as the problem.” Milton beranggapan bahwa sering kali solusi dari pemerintah terhadap suatu masalah justru sama absurdnya dengan masalah itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Sebagian besar dari kita pasti setuju dengan ungkapan bahwa pemimpin merupakan sosok yang lahir dari rahim rakyat. Dengan demikian, maka tidak berlebihan jika disebutkan bahwa kualitas kepemimpinan di negeri kita akan mencerminkan kualitas rakyat.
Setidaknya ungkapan-ungkapan di atas sedang relate dengan apa yang kita rasakan saat ini. Di tengah kejenuhan melihat absurdnya berbagai kebijakan yang diambil oleh negara dalam menghadapi situasi krisis, ternyata sebagian golongan masyarakat juga ada yang tidak mau kalah untuk bertingkah absurd seperti yang dicontohkan oleh pemerintah.
Yang sedang heboh akhir-akhir ini adalah maraknya aksi boikot terhadap berbagai produk asal negara berjulukan Kota Mode, Prancis. Aksi ini merupakan buntut dari kemarahan Umat Islam atas pidato Presiden Prancis, Emmanuel Macron yang dianggap telah menghina Islam.
ADVERTISEMENT
Seperti yang dikutip oleh Reuters (2/10), Macron menyebut bahwa agama Islam di seluruh dunia sedang mengalami krisis sehingga banyak aksi-aksi ekstrimis yang mengatasnamakan Islam. Presiden Macron juga secara terang menyatakan bahwa kartun Nabi Muhammad yang ditayangkan oleh majalah satir Charlie Hebdo adalah wujud kebebasan berekspresi yang tetap harus dijunjung tinggi di negaranya.
Menurut kepercayaan Umat Islam, penggambaran wujud Nabi Muhammad dalam bentuk apapun merupakan suatu hal yang dilarang dan jika dilakukan akan dianggap sebagai sebuah penghinaan yang dapat melukai perasaan Umat Islam di seluruh dunia.
Bahkan menurut Presiden ke 6 RI Susilo Bambang Yudhoyono dalam ‘Universal Declaration of Human Rights’ yang di proklamasikan di Prancis pada 10 Desember 1948 sudah diatur mengenai pembatasan terhadap penggunaan hak dan kebebasan yang dimiliki oleh setiap orang tidak boleh sampai menyinggung dan mengganggu kehormatan orang lain.
ADVERTISEMENT
SBY juga mengingatkan kembali soal putusan Mahkamah Hak Asasi Manusia Uni Eropa terkait dugaan penghinaan terhadap Nabi Muhammad oleh seorang warga Austria pada 2009 silam.
Sebagai Umat Muslim, siapapun pasti marah dengan sikap Emmanuel Macron dan majalah Charlie Hebdo. Namun jika dilihat melalui sudut pandang yang objektif, aksi boikot yang dilakukan secara sporadis dan ugal-ugalan oleh sebagian kelompok tanpa adanya kajian-kajian yang dapat mengantarkan aksi tersebut kepada tujuan utamanya adalah sebuah tindakan yang absurd.
Beberapa contoh produk yang diboikot adalah air mineral AQUA dan susu Sarihusada Generasi Mahardhika atau yang lebih familiar dengan sebutan susu SGM. Susu SGM sendiri merupakan produk dari PT Sarihusada Generasi Mahardhika, sementara air mineral AQUA yang tergolong dalam AQUA Group merujuk kepada perusahaan dengan tiga badan hukum, yaitu PT Tirta Investama, PT AQUA Golden Mississipi, dan PT Tirta Sibayakindo.
ADVERTISEMENT

Boikot Ugal-ugalan = Tindakan Absurd

Meski mayoritas saham dari AQUA dan susu SGM dipegang oleh perusahaan multinasional asal Perancis, melalui Danone Asia Holding Pte, namun untuk melakukan boikot dengan tujuan memberikan tekanan melalui sektor ekonomi sehingga dapat mempengaruhi pemerintah Prancis tidak sesederhana yang dibayangkan. Sistem ekonomi adalah sebuah sistem yang sangat sensitif dan fragile, jika salah bertindak dampak yang dihasilkan justru akan merugikan perekonomian kita sendiri.
Sebagai contoh, misalnya masyarakat ramai-ramai memboikot produk AQUA dan susu SGM yang ada di beberapa warung kelontong. Yang paling pertama mengalami kerugian adalah pemilik warung kelontong itu sendiri, karena omzet yang didapat dari penjualan akan menurun, sementara perekonomian Prancis tidak akan terganggu secara signifikan, apalagi jika boikot dilakukan hanya dalam jangka waktu yang singkat.
ADVERTISEMENT
Sistem pembagian keuntungan dari holding company seperti Danone tidak sama dengan menitipkan dagangan kue basah di warung-warung kopi. Penjualan kue di warung-warung kopi biasanya memang diperoleh secara harian. Seberapa banyak produk yang laku maka sebanyak itu pula keuntungan penjual, sementara yang tidak laku akan dikembalikan tanpa harus dibayar.
Namun apa dampak yang terjadi jika masyarakat memboikot produk AQUA dan susu SGM yang ada di warung kelontong? Jika dianalisa melalui instrumen keilmuan Manajemen Operasional, yang paling dirugikan adalah para pemilik warung kelontong kecil yang ada di sekitar kita.
Sebab selain tidak memiliki cadangan modal yang begitu besar, aksi boikot terhadap produk yang mereka jual berpotensi membuat para pemilik warung kelontong mengalami overstock akibat menumpuknya persediaan yang tidak kunjung terjual, sehingga dana menganggur menjadi besar, menimbulkan resiko kerusakan barang yang lebih besar serta biaya penyimpanan yang tinggi. Ujung-ujungnya inventory turn over atau perputaran persediaan dari warung kelontong yang produknya di boikot akan menjadi macet.
ADVERTISEMENT
Melalui penjelasan sederhana, aksi boikot yang dilakukan secara ugal-ugalan justru hanya akan berpotensi merugikan para pemilik kelontong yang ada di sekitar kita, sementara perekonomian Prancis yang menjadi tujuan utama aksi justru tidak terdampak secara signifikan. Apalagi jika dilihat dari pola aksi boikot yang sudah-sudah, semuanya hanya bersifat sementara dan tidak semua aksi dilakukan berdasarkan kajian mendalam.
Dari sisi pembeli, air mineral seperti AQUA memang sudah banyak beredar barang substitusinya, namun tidak dengan susu SGM. Selain murah, susu SGM juga memiliki kualitas yang tidak kalah dengan produk susu yang harganya lebih mahal.
Jika produk seperti susu SGM diboikot, tentu akan menyulitkan para konsumen dari golongan menengah kebawah untuk memenuhi asupan nutrisi anaknya. Kecuali jika para pelaku aksi boikot mau membantu memenuhi kebutuhan para konsumen golongan menengah ke bawah dengan membelikan susu merk lain yang cocok namun bisa saja harganya lebih mahal.
ADVERTISEMENT
Sebagai penutup, saya ingin menyampaikan bahwa ketersediaan gizi dan nutrisi yang seimbang menjadi sangat penting untuk pertumbuhan setiap warga negara, sebab akan menentukan apakah di masa depan kita masih dapat menyaksikan masyarakat dan pemerintah melakukan aksi-aksi absurd seperti sekarang atau tidak.