Konten dari Pengguna

Warisan Api Keberanian Sjahrir: Inspirasi Abadi Bagi Pemuda Indonesia

Lazuardi Imam Pratama
Keluarga Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis USK, Banda Aceh.
28 Oktober 2024 10:34 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lazuardi Imam Pratama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sutan Sjahrir (Sumber: Kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Sutan Sjahrir (Sumber: Kumparan)
ADVERTISEMENT
Setiap kali memperingati Sumpah Pemuda, ada detak dari masa lalu yang terus hidup dalam denyut nadi bangsa ini. Sumpah Pemuda bukan hanya peringatan seremonial belaka, melainkan sebuah refleksi dari kebangkitan nasionalisme, semangat persatuan, dan tekad pemuda Indonesia untuk memperjuangkan kemerdekaan.
ADVERTISEMENT
Pada tanggal 28 Oktober 1928, para pemuda dari berbagai latar belakang suku, budaya, dan agama bersatu. Bersumpah untuk berbangsa satu, bertanah air satu, dan menjunjung bahasa persatuan: Bahasa Indonesia. Sebuah momentum sakral dalam rangka memahat ukiran keberanian dalam perjalanan sejarah bangsa.
Namun setelah hampir seabad berlalu, apa kiranya nilai yang masih bisa kita petik dari peristiwa Sumpah Pemuda? Apakah semangatnya masih menyala seperti saat-saat sulit dulu? Dalam perjalanan menuju mimpi besar Indonesia, kita bisa menemukan sosok inspiratif yang jarang disebut dalam berbagai literatur arus utama sejarah, namun memiliki peran penting dalam algoritma perjuangan: Sutan Sjahrir.

Sutan Sjahrir: Simbol Pemuda Visioner yang Berani

Di tengah renungan tentang Hari Sumpah Pemuda, pikiran saya dibawa hanyut ke sosok Sutan Sjahrir. Pria yang dikenal sebagai "Bung Kecil" ini adalah simbol pemuda yang dengan gagah memimpin Indonesia di masa-masa paling genting.
ADVERTISEMENT
Ketika Indonesia baru saja memproklamirkan kemerdekaannya, Sjahrir diangkat sebagai Perdana Menteri termuda di dunia pada usia 36 tahun. Di usianya yang masih tergolong muda pula, ia memikul beban besar untuk memandu bangsa ini melalui diplomasi internasional yang kompleks dan dinamika politik dalam negeri yang bergejolak.
Sjahrir bukan hanya seorang politikus. Ia adalah pemikir dan tokoh intelektual yang percaya bahwa perjuangan kemerdekaan tidak hanya soal mengusir penjajah, tetapi juga tentang bagaimana membangun konsepsi negara yang adil dan sejahtera.
Pemikiran dan perjuangan Sjahrir seharusnya menjadi cermin bagi pemuda Indonesia saat ini. Seperti halnya Sjahrir, generasi muda harus berani mengambil langkah besar, berani berdiri di garda depan perubahan, meskipun tantangan yang akan dihadapi begitu besar.
ADVERTISEMENT

Tajam Sejak Belia: Awal Perjalanan Sjahrir

Lahir dari keluarga bangsawan Minangkabau yang menghargai pendidikan, Sjahrir sejak dini sudah menunjukkan kecerdasan yang luar biasa. Ia mengenyam pendidikan di Medan sebelum melanjutkan studinya ke Belanda pada tahun 1929, di mana ia mulai mendalami berbagai ideologi politik, khususnya sosialisme.
Bergabung dengan Perhimpunan Indonesia, Sjahrir memperluas pandangannya tentang kemerdekaan, tidak hanya sebagai pembebasan dari penjajahan, tetapi juga sebagai pembentukan sistem politik yang adil bagi seluruh rakyat.
Ketika kembali ke Indonesia pada 1931, Sjahrir tidak membuang waktu. Ia langsung terjun ke dunia pergerakan nasional, bergabung dengan Partai Indonesia dan kemudian Partai Sosialis Indonesia (PSI). Namun, yang membedakan Sjahrir dari tokoh-tokoh pergerakan lainnya adalah pendekatannya yang unik. Ia lebih memilih pendidikan politik dan diplomasi ketimbang retorika massa.
ADVERTISEMENT
Di saat banyak pemimpin revolusi mengangkat senjata, Sjahrir memilih untuk menggoreskan pena—memikirkan dan menuliskan ide-ide besar untuk Indonesia di masa mendatang.

Menemukan Relevansi Sjahrir di Tengah Kehidupan Pemuda Masa Kini

Ketika merenungkan arti dari Sumpah Pemuda, kita tidak boleh berhenti pada slogan-slogan kosong semata. Persatuan, yang diikrarkan hampir satu abad yang lalu, bukan hanya soal menyatukan berbagai suku bangsa di bawah dwi warna Indonesia, tetapi juga bagaimana merangkul perbedaan dan membangun rasa saling menghargai. Inilah inti dari perjuangan Sutan Sjahrir.
Sjahrir percaya bahwa generasi muda harus berpikir bebas, kritis, dan mandiri. Pemuda harus berani menantang ketidakadilan dan penindasan yang menggerogoti negeri, sambil tetap menjunjung tinggi integritas dan rasa kemanusiaan. Pemuda tidak boleh diam ketika melihat ketidakberesan di masyarakat, tetapi juga harus memiliki empati yang mendalam untuk memperbaiki nasib sesama.
ADVERTISEMENT

Sjahrir dan Keberanian Melawan Arus

Sepanjang hidupnya, Sjahrir tidak pernah ragu untuk berdiri melawan arus, bahkan ketika itu berarti harus berhadapan dengan sesama tokoh perjuangan. Hubungannya dengan Soekarno, misalnya, mengalami pasang surut bahkan dramatis. Keduanya pernah bekerja sama, tetapi perbedaan pandangan politik mereka akhirnya meruncing.
Sjahrir, dengan keyakinannya pada demokrasi liberal dan sosialisme, tidak bisa menerima kecenderungan otoriter Soekarno. Keteguhan hati Sjahrir pada prinsip-prinsip demokrasi membuatnya berani menentang Demokrasi Terpimpin yang digagas Soekarno—sebuah langkah yang berujung pada penangkapannya pada tahun 1962.
Di penjara, Sjahrir menulis sebuah surat yang menyayat hati. Kepada sahabatnya, Soedjatmoko, dengan tegar ia mengatakan, “Hidup yang tidak dipertaruhkan, tidak akan pernah dimenangkan.” Kalimat itu adalah manifestasi dari seluruh perjalanan hidup Sjahrir, seorang pemuda yang mempertaruhkan segalanya demi kebenaran dan keadilan, hingga akhir hayatnya.
ADVERTISEMENT

Mencari Diri Sjahrir dalam Generasi Emas 2045

Di tengah arus modernitas yang semakin deras, pemuda sering kali tergoda untuk mengorbankan idealismenya demi keuntungan pragmatis. Godaan untuk mengikuti arus oportunisme dan melupakan nilai-nilai moral bisa begitu kuat. Namun, seperti yang ditunjukkan oleh Sutan Sjahrir, seorang pemuda sejati tak boleh ragu melawan arus demi menjaga prinsip.
Generasi Emas Indonesia 2045 harus mampu menemukan diri mereka dalam semangat Sjahrir: semangat untuk selalu berpikir kritis, berani menghadapi ketidakadilan, dan tidak takut mempertaruhkan segala sesuatu demi kebenaran. Seperti yang ditunjukkan oleh Sjahrir, pemuda bukan hanya agen perubahan, tetapi juga penjaga moralitas bangsa.

Sjahrir: Inspirasi Abadi bagi Pemuda Indonesia

Saat memperingati Sumpah Pemuda, mari renungkan makna yang lebih dalam. Apakah kita, sebagai generasi penerus, mampu menghidupkan kembali semangat yang diikrarkan hampir satu abad lalu? Apakah kita memiliki keberanian seperti Sjahrir untuk berdiri teguh pada prinsip kebenaran dan keadilan, meskipun dunia sekitar berusaha menarik kita ke arah yang berbeda?
ADVERTISEMENT
Sutan Sjahrir adalah cerminan dari apa yang seharusnya menjadi inti dari setiap pemuda Indonesia: keberanian moral, intelektualitas yang tajam, dan komitmen yang tak tergoyahkan terhadap kebenaran.
Generasi muda Indonesia memiliki tanggung jawab besar untuk meneruskan semangat ini, membawa bangsa menuju masa depan yang lebih baik—masa depan yang didasari oleh keadilan, persatuan, dan kemakmuran bagi semua.
Sejalan dengan ungkapan Sjahrir pada magnum opus berjudul Perjuangan Kita, “Kemerdekaan bukanlah tujuan akhir, melainkan awal dari perjuangan panjang untuk mencapai keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat.”
Proficiat Pemuda Indonesia!