Konten dari Pengguna

Cerita Kebaikan yang Menular: Semangat Ramadhan, Semangat Berbagi

Luthfi Dhia Ramadhani
Alumni Ekonomi Pembangunan Universitas Jenderal Soedirman
14 September 2021 14:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Luthfi Dhia Ramadhani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Waktu adalah modal dasar yang diberikan Tuhan untuk hidup manusia di dunia. Seringkali kita merasa waktu begitu cepat berlalu padahal belum banyak yang kita berikan untuk hidup, baik untuk hidup kita sendiri maupun untuk hidup orang lain. Penulis jadi teringat oleh syair yang diciptakan oleh mendiang Sapardi Djoko Damono:
ADVERTISEMENT
Pepatah lama mengatakan, gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, dan manusia mati meninggalkan nama. Manusia menjadi abadi dengan nama yang ditinggalkannya. Orang baik akan semakin dikenal harum akhlaknya sepanjang sejarah dan sebaliknya orang jahat senantiasa dikenang sifat buruknya.
Dalam berbuat kebaikan, ada banyak motivasi yang mendorong seseorang. Faktor tersebut dapat lahir karena kesadaran dirinya sendiri ataupun disebabkan oleh tugas dan kewajiban yang diembannya. Namun, apapun motivasinya kebaikan selalu memiliki efek domino sehingga manfaatnya mampu meluas dari satu orang ke orang yang lain.
Setiap hari adalah kesempatan untuk berbuat baik. Menjalani hari tanpa berbuat baik dan memberikan manfaat sama saja dengan menyia-nyiakan usia, karena ada atau tidak adanya kita di bumi ini kebaikan akan selalu ada. Pilihannya adalah mengambil peran tersebut atau meninggalkannya. Penulis sebagai muslim meyakini bahwa Bulan Ramadhan adalah waktu paling mulia untuk berbuat kebaikan karena setiap amal ibadah diberikan pahala berlipat ganda. Ibadah tersebut tidak hanya ibadah ritual seperti sholat atau mengaji, tetapi membahagiakan hati orang lain pun termasuk dalam ibadah.
ADVERTISEMENT
Penulis seringkali melihat banyak orang berbagi takjil berbuka puasa di masjid, jalan raya, ataupun di lingkungan rumah, baik secara individu maupun berkelompok. Memberikan sajian berbuka kepada orang yang berpuasa tentu akan menggembirakan hati orang tersebut disebabkan lepasnya dahaga dan lapar yang telah ditahannya dari waktu subuh sampai terbenamnya matahari. Selain itu, sebagaimana hadist Nabi Muhammad SAW, pemberinya juga akan mendapatkan ganjaran pahala sebesar pahala orang yang berpuasa tanpa dikurangi pahala orang tersebut sedikit pun.
Melihat dan mendengar cerita kebaikan yang menular tersebut di sekeliling penulis, menjadi sebuah ide untuk bisa menyemarakkan bulan Ramadhan dengan berbagi. Dengan berbekal niat dan keberanian untuk memulai, penulis membeli takjil sederhana yaitu satu dus air mineral gelas dan buah kurma 2 kilogram untuk dibagikan ke pengemudi ojeg yang ditumpangi setiap pulang bekerja. Setiap hari sebelum berangkat ke kantor penulis membungkus 1 gelas air mineral dan 3 butir kurma untuk pengemudi sekedar membatalkan puasanya. Meskipun penulis tidak mengetahui apakah pengemudi tersebut berpuasa atau tidak, tetapi penulis meyakini bahwa tidak ada balasan kebaikan selain kebaikan pula.
Photo by Johannes Plenio from Pexels
Ibarat menanam pohon, kebaikan yang dilakukan oleh seseorang akan menjadi benih dan tumbuh seiring dengan hal baik yang dikerjakannya. Pohon kebaikan yang ditanamnya akan memberikan kemaslahatan tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga terhadap makhluk hidup disekitarnya. Seseorang yang mengerjakan kebaikan mungkin tidak langsung merasakan hasil dari amalnya, tetapi orang lain dapat menikmatinya. Inilah yang penulis sebutkan sebagai efek domino.
ADVERTISEMENT
Sekecil apapun kebaikan yang kita perbuat untuk diri sendiri, orang lain, dan makhluk hidup lainnya adalah rantai bagi terciptanya kebaikan yang lain. Energi positif yang kita pancarkan ke alam semesta seperti cermin yang akan memantulkan kembali energi positif, sehingga kebahagiaan akan menyembuhkan kita dari berbagai penyakit dan menjadikan kita lebih sehat. Jadi, teruslah berbuat baik, karena kebaikan itu menular.