Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Manfaat Membaca Biografi
20 Januari 2022 15:36 WIB
Diperbarui 16 November 2022 12:44 WIB
Tulisan dari Luthfi Dhia Ramadhani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kita mungkin sudah tidak asing lagi melihat kesuksesan orang lain. Keberhasilan yang membawa manfaat pada banyak orang sehingga nama mereka dikenang sampai hari ini. Mereka berasal dari latar belakang kehidupan yang beragam. Dengan membaca biografi kita dapat mengenal tokoh tersebut melalui nasib, pengalaman, dan jalan hidup yang telah ditempuh oleh mereka sepanjang hidup. Peran yang dipilih oleh masing-masing tokoh meninggalkan hikmah dan inspirasi bagi generasi setelahnya. Berikut adalah 3 (tiga) manfaat dari membaca buku biografi:
ADVERTISEMENT
1. Meningkatkan Kualitas Diri
Dengan membaca kisah hidup seseorang, kita dapat mengetahui berbagai peristiwa yang telah dilaluinya, setiap peluang dan hambatan yang dihadapi. Setiap kejadian yang dialami ternyata merupakan proses yang membawa pada momentum menuju kesuksesan. Membaca biografi menjadi sarana memperoleh motivasi untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi diri.
Dalam biografi RA. Kartini misalnya, diceritakan bahwa ia berasal dari keluarga priyayi yang memiliki keistimewaan untuk dapat menikmati bangku sekolah. Selama sekolah, Kartini mempelajari baca, tulis, dan Bahasa Belanda yang kemudian digunakannya untuk bersurat dengan korespodensinya di Belanda. Kartini menceritakan kondisi rakyat Indonesia yang mengalami penjajahan, salah satunya adalah ketimpangan dalam hak memperoleh pendidikan antara rakyat jelata dengan bangsawan dan antar laki-laki dengan perempuan.
ADVERTISEMENT
Dengan tekad yang kuat untuk melepaskan diri dari adat dan tradisi yang membatasi perempuan, Kartini dan adiknya, Roekmini mendirikan sekolah untuk perempuan di Pendopo Kabupaten Jepara. Namun, karena harus menikah dan menjalani masa pingitan, keluarganya menyingkirkan Kartini dari dunia luar. Pada masa itu, ia mengisi waktu dengan banyak membaca buku dan menulis surat. Berkat perjuangannya, kini Kartini dikenal sebagai tokoh emansipasi wanita.
2. Memperbaiki Cara Pandang
Guru terbaik adalah pengalaman karena itu adalah bahan bakar yang seringkali menjadi landasan seseorang untuk berpikir dan mengambil keputusan. Namun sayangnya, tidak semua orang beruntung memiliki kesempatan untuk memperoleh pengalaman. Akan tetapi dengan membaca biografi, kita dapat menelusuri pengalaman seseorang dalam hidupnya. Dengan mengenali pengalaman tersebut diharapkan dapat menjadi rambu-rambu bagi kita sebelum bertindak, sehingga dapat meminimalisir kemungkinan buruk.
ADVERTISEMENT
Sebagian dari kita sudah tidak asing lagi dengan nama HOS (Haji Oemar Said) Tjokroaminoto. Beliau dikenal sebagai God of Founding Father Indonesia. Banyak tokoh besar yang pernah bernaung di rumahnya, yaitu di kost-kostan miliknya yang terletak di Gang Peneleh VII, Surabaya. Tokoh tersebut adalah Soekarno, Kartosoewiryo, Semaoen, dan Musso.
HOS Tjokraminoto seringkali mengajak mereka untuk berdiskusi mengenai pergerakan kemerdekaan, meskipun pada akhirnya empat tokoh tersebut memilih jalannya sendiri-sendiri. Soekarno pada paham nasionalis, Kartosoewiryo dengan ideologi Islam, dan Semaoen – Musso yang memilih paham komunis. Perbedaan cara pandang setiap tokoh untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia menjadi warisan sejarah yang memberikan banyak pelajaran untuk generasi setelahnya.
3. Mengenal Sejarah
Membaca biografi akan mengajak kita berwisata ke berbagai peristiwa sejarah. Kita akan melihat berbagai fenomena yang menyadarkan kita untuk berpikir dan berempati. Membaca buku biografi akan memperkaya wawasan kita mengenai sejarah dan mengenalkan kita pada setiap peran yang diambil oleh para tokoh.
ADVERTISEMENT
Mohammad Natsir adalah seorang ulama sekaligus politikus yang aktif memperjuangkan kemerdekaan Indonesia melalui pendidikan dan tulisan. Sejak kecil Natsir sudah rajin menuntut ilmu, mulai dari belajar mengaji sampai berhasil mendapat beasiswa dan menjadi guru bantu di MULO. Ketika menempuh pendidikan di AMS Bandung ia mulai bergabung dalam organisasi Jong Islamieten Bond Bandung. Natsir juga bersemangat untuk hadir dalam agenda pergerakan di antaranya adalah mendengarkan pidato Soekarno dalam rapat umum Partai Nasional Indonesia. Selain itu, Natsir juga senang berdiskusi bersama cendekiawan yang juga tokoh Persatuan Islam yaitu A. Hassan.
Diskusi Natsir bersama A. Hassan mencerahkan pikirannya. Semula ia menginginkan menjadi ahli hukum, tetapi pada akhirnya ia menolak beasiswa Belanda dan memilih menjadi guru di sekolah modern Islam (Pendis) yang didirikannya. Natsir sering menulis di majalah Pembela Islam dengan inisial AM mengingat situasi politik saat itu yang tidak mendukung. Dalam tulisannya Natsir ingin memberikan garis pemisah tegas antara cita-cita kemerdekaan berdasarkan kebangsaan dan yang berdasar cita-cita Islam. Meskipun dalam perjalanan politiknya Natsir sering berseberang paham dengan Soekarno, ia maju membelanya ketika Soekarno diadili pemerintah kolonial Belanda sebelum dibuang ke Ende.
ADVERTISEMENT
Perjalanan panjang kemerdekaan bangsa Indonesia menjadi peristiwa sejarah yang harus dikenang dan dipelajari oleh generasi setelahnya. Banyak hikmah dan pelajaran agar kita selalu mensyukuri nikmat kemerdekaan dengan mengerjakan sesuatu yang bermanfaat bagi bangsa dan negara.