Anak Buah Kapal Palsu

Lestari Anfa' Ma'rifah
Mahasiswa Universitas Pamulang Prodi Sastra Indonesia
Konten dari Pengguna
5 Juli 2023 23:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lestari Anfa' Ma'rifah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi kapal laut. Sumber: dokumen pribadi.
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi kapal laut. Sumber: dokumen pribadi.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Aku Amea. Aku adalah anak buah kapal palsu yang ingin keluar dari kapal. Tak apa jika harus berenang melawan ombak ganas. Yang terpenting, aku bahagia. Maaf kepada Nahkoda baik hati nan bijaksana, tetapi kapalmu bukanlah kapal yang ingin kunaiki untuk berlayar dalam laut kehidupanku. Aku harus pergi.
ADVERTISEMENT
Wahai Nahkoda! Sejak awal, aku tidak ingin menaiki kapalmu. Seperti budak, aku dipaksa menaikinya. Lalu saat kapalmu mulai berlayar, aku tersadar harusnya aku berjuang demi kebebasanku. Aku bukannya menolak kebaikanmu membawaku keliling dunia secara percuma. Namun kapalmu bukanlah yang aku harapkan. Aku menolak.
Seperti anak buah kapal yang kabur dari kapalnya dan berenang mengarungi ombak menuju tepian, aku juga kabur dari sesuatu yang katanya hal itu adalah sebuah ketentuan dalam hidupku. Aku tidak menyukai kehidupan yang katanya terbaik untukku itu. Bagiku, itu sama saja mengikat dan membatasi diriku dari menerbangkan berjuta impianku yang sejak dahulu sudah ada. Itu sama seperti meruntuhkan bangunan kepercayaan diri yang sudah sulit kubangun sejak kecil. Aku merasa tidak cocok dengan lingkunganku itu dan apa yang terjadi di sana secara turun temurun. Karena tidak suka, aku pun kabur dan berlari sekencang mungkin. Jika di darat aku terantuk batu, di lautan aku diterjang ombak dan badai lautan. Bahkan aku sempat tenggelam karenanya.
ADVERTISEMENT
Aku mengambil keputusan yang sangat nekat dan tanpa perhitungan. Pada awalnya, semua berjalan dengan lancar karena tak ada lagi yang membelengguku. Tetapi kemudian aku kehilangan keseimbanganku. Aku diterjang ombak ganas, bertemu hiu yang kelaparan, menabrak terumbu karang yang membuatku berdarah. Aku hampir menyerah saat semakin tenggelam di dasar lautan. Tetapi pada akhirnya, aku kembali mencoba untuk mengapung. Aku berenang meskipun awalnya tidak mengerti bagaimana caranya. Aku tidak menyerah.
Aku pikir ombak menyulitkanku. Tetapi saat ini, ombak menjadi tempatku bermain. Sekarang aku memiliki lumba-lumba yang menjadi temanku. Meskipun kesulitan dan kesakitan, aku tidak pernah menyesal karena kabur dari kapal itu. Meskipun tepian pantai belum juga mendekat kulihat, dan sesekali masih ada badai menerjangku, aku sudah tahu caranya berenang dan kembali mengapung.
ADVERTISEMENT
Aku Amea, si anak buah kapal palsu. Aku sempat berpikir bahwa aku lah yang salah karena memberontak kepada nahkoda baik hati itu. Tetapi kapal mewah dengan nahkoda kaya belum tentu memiliki kehidupan yang indah. Dan ombak di lautan serta badainya belum tentu mematikan sebuah kehidupan. Aku Amea, si anak buah kapal palsu, mengetahui kehidupan rahasia dalam kapal itu. Aku tidak menyesali perbuatanku.