Malam Pribadi

Lestari Anfa' Ma'rifah
Mahasiswa Universitas Pamulang Prodi Sastra Indonesia
Konten dari Pengguna
17 Juni 2023 16:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lestari Anfa' Ma'rifah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
gambar pribadi
zoom-in-whitePerbesar
gambar pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Setiap orang memiliki malam panjang yang orang lain tak tau. Dalam malam yang seperti lorong gelap nan sunyi itu, Ia kesakitan, sendirian. Tak ada suara selain suara napasnya yang tersendat, menahan agar suara tangisnya tak terdengar. Seakan jika Ia menyuarakan tangisnya, monster akan datang dan melahapnya.
ADVERTISEMENT
Di sana hanya ada satu cahaya yang menembus kaca jendela. Sinar yang dingin dari rembulan di atas langit. Di luar sana, terdengar hingar bingar suara yang teredam. Seakan ada keramaian yang dekat namun jauh. Entah itu suara bahagia karena pesta, atau tangisan karena siksa. Ia tak berani memeriksanya dan hanya memeluk lututnya sepanjang malam.
Aku mencoba menuliskan apa yang kurasakan ke dalam sebuah tulisan. Aku mengalami banyak hal menyedihkan dalam hidupku. Aku banyak kehilangan. Ibuku meninggal dunia, lalu datang masalah keluarga lainnya, dan seseorang yang kuanggap berharga juga mengkhianatiku. Banyaknya musibah yang datang membuatku berpikir seperti aku tidak akan bisa lagi melanjutkan hidupku. Aku kehilangan hampir seluruh semangat hidupku saat ibuku pergi. Keluarga yang kupercaya akan bisa menguatkanku, ternyata tidak berpihak padaku. Bahkan mereka tidak memikirkanku. Dan seseorang berharga yang mengkhianatiku membuatku semakin berpikir bahwa aku tidak dibutuhkan lagi di dunia ini. Aku hampir sepenuhnya membenci diriku dan ingin menyerah untuk bertahan hidup.
ADVERTISEMENT
Aku bertahan sendirian dan kesepian. Menangis setiap hari, insomnia, dan menyakiti diriku sendiri. Aku kesulitan untuk tidur, tetapi setiap aku tertidur, mimpi buruk pasti datang. Aku tidak makan untuk beberapa hari. Mencoba mencari motivasi dari drama atau lagu seperti yang biasanya kulakukan. Membaca buku dan mencoba apa pun agar pikiranku tetap waras meskipun tidak berguna. Semua itu tidak berguna karena setiap aku menemukan kalimat indah yang seharusnya membuatku merasa lega atau bersemangat, aku malah merasa semakin terluka dan ketakutan. Aku tidak mempercayai apa pun, dan aku menangis lagi.
Ceritaku ini bukan cerita spesial yang hanya aku yang mengalaminhya. Atau perasaan yang hanya aku yang pernah merasakannya. Aku sangat mengerti bahwa di luar sana, banyak orang yang juga menderita. Tetapi fakta itu tidak bisa menghilangkan rasa sakit dan rasa kesepianku ini. Aku masih tetap menderita dan merasa sendirian. Cerahnya sinar matahari di siang hari tidak bisa menerangi hatiku, panasnya juga tidak menghangatkanku. Gelapnya malam menambah kebekuan hatiku. Setiap hari terasa panjang dan berat meskipun aku hanya menatap langit-langit kamarku. Tetapi waktu tidak memberitahuku bahwa Ia sudah berkali-kali melewatiku. Garis mulainya sudah sangat jauh kulewati tanpa sadar, garis awal dimana aku merasakan penderitaan ini.
ADVERTISEMENT
Panjangnya malamku tak akan bisa kau rasakan meskipun aku memberitahumu tentang itu. Malam panjangmu itu, aku juga tak bisa merasakannya meskipun aku mengetahuinya. Hanya diri sendiri yang mengetahui betapa perihnya penderitaan itu.
Setiap orang memiliki malam panjang yang orang lain tak tau. Di antara orang-orang yang kesepian itu, ada yang mulai mencintai dirinya sendiri, ada juga yang mulai mencintai cengkraman sunyi. Setiap orang memiliki pilihan yang orang lain tidak bisa mengaturnya. Meskipun sangat berat dan sulit, aku memilih untuk mencintai diri sendiri. Aku mengamuk dan berteriak, mencoba memecahkan kesunyian yang hampir menjadi cinta terakhirku. Aku menangis dengan keras dan membiarkan para monster mendatangiku. Ternyata, monster itu tidak lebih ganas dari aku yang memiliki keinginan untuk bahagia. Ternyata, aku adalah seseorang yang melahap monster itu.
ADVERTISEMENT