Suku Bunga dan Kurs Berfluktuasi, Apakah Iklim Investasi Akan Baik-Baik Saja?

lekatpermata110103
Mahasiswi UNIB
Konten dari Pengguna
27 November 2022 18:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari lekatpermata110103 tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
gambar ilustrasi dari canva
zoom-in-whitePerbesar
gambar ilustrasi dari canva
ADVERTISEMENT
Kini minat investasi di negara-negara kian tinggi, apalagi ketika melihat dari sisi investasi bisa menjadi kunci pemulihan ekonomi Indonesia pasca pandemi COVID-19, tujuan itu investasi sendiri meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan dan menciptakan lapangan pekerjaan. Kemudian menurut Kementerian Investasi/ Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mempublikasi data capaian realisasi investasi pada Triwulan III-2022 mencapai Rp.307,8 triliun, tumbuh 42,1 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Maka iklim investasi di Indonesia sudah cukup baik apalagi jika diukur dengan IHSG, dapat diketahui bahwa iklim investasi suatu negara dapat dilihat dari sisi kebijakan, institusional, dan kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap tingkat pengembalian dan risiko suatu investasi.
ADVERTISEMENT
Kondisi iklim investasi tentunya sangat perlu diperhatikan maka dari itu ada tiga faktor utama yang menyusun iklim investasi, yaitu fundamental makro dalam stabilitas ekonomi makro, keterbukaan ekonomi, persaingan pasar, sosial, stabilitas politik; pemerintahan dan kelembagaan harus transparansi dan punya efisiensi dari kebijakan perpajakan, legal sistem, keuangan sektor finansial, serta kondisi ketenagakerjaan; infrastruktur, transportasi, telekomunikasi, listrik, air.
Nah, sebagai langkah awal untuk bisa memperbaiki keadaan ,fokus pemerintah Indonesia dengan memperhatikan indikator yang dapat digunakan untuk memantau iklim investasi dalam kerangka perekonomian nasional. Apalagi Indonesia sebagai negara produsen komoditas, dimana ketika harga melonjak tinggi dan fundamental ekonomi Indonesia berjalan dengan kondusif akan menjadi katalis positif pergerakan IHSG.
Seperti yang kita ketahui bahwa salah satu indikator kebangkitan ekonomi Indonesia salah satunya ialah meledaknya iklim investasi Bursa Saham pada triwulan pertama tahun 2000. Perekonomian di Indonesia sendiri sudah mulai berjalan baik seiring berjalannya waktu. Jika dilihat dari indikator makro yang seringkali dihubungkan dengan pasar modal mengenai fluktuasi suku bunga, kurs(nilai rupiah) yang patut kita lihat dalam melihat iklim investasi suatu negara.
ADVERTISEMENT
Maka ketika kita bisa melihat investasi dalam keadaan baik bisa dilihat berdasarkan bagaimana indeks kenaikan sahamnya dan transaksi jual beli sahamnya. Apabila 2 hal tersebut mengalami penurunan kondisi perekonomian kurang baik. Setelah itu, jika memposisikan sebagai investor perlu juga memperhatikan bagaimana sisi stabilitas politik negara, bagaimana pertumbuhan ekonominya, bagaimana fluktuasi suku bunga,bagaimana kondisi makro ekonomi, indeks harga saham, dan lain sebagainya. Jika salah satu faktor turun secara ekstrem, indeks harga saham akan terjun bebas. Jika indeks harga saham dalam keadaan memburuk yang dilakukan investor sebaiknya berhati-hati dalam memilih negara dalam menanamkan modalnya. Dalam mengambil kebijakan ekonomi harus berhati-hati dalam mengambil keputusan dalam stabilitas moneter, penetapan suku bunga, serta pengendalian inflasi agar indeks harga saham tidak berfluktuasi secara signifikan.
ADVERTISEMENT
Pentingnya pengukuran Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami fluktuasi yang akan melihat bagaimana pergerakan harga saham, di mana IHSG itu sendiri bisa dikatakan sebagai penanda arah pergerakan pasar dalam mengukur keuntungan dan kinerja perekonomian. Ketika IHSG mengalami tren naik, maka dapat dikatakan bullish atau hijau, saat mengalami tren positif sebaiknya investor menjual saham untuk mendapat keuntungan yang berlebih, atau bisa juga dengan hold atau bisa disebut untuk tidak menjual agar dapat keuntungan yang lebih besar pada kondisi investasi dapat dikatakan baik dan apabila keadaan saham berada pada posisi stok bubble dimana peningkatan harga saham meningkat secara meningkat dalam kondisi patutnya investor lebih berhati-hati lagi. Jika dalam kondisi bearish atau merah, kondisi IHSG turun sebaiknya investor bisa membeli saham dan menahannya untuk menjualnya kembali dengan harapan saham akan meningkat nantinya, atau bisa juga dengan cut loss dengan memutuskan menjual kembali agar terhindar dari kerugian yang cukup besar. Dalam hal ini dengan mengukur IHSG dapat dikaitkan dengan suku bunga dan kurs untuk bisa melihat bagaimana keadaan iklim investasi.
ADVERTISEMENT
Kemudian bisa melihat pada pergerakan kurs rupiah jika menguat terhadap valuta asing terdapat sinyal positif bagi ekonomi yang mengalami inflasi yang di mana bisa mengetahui bahwa ketika keadaan kurs rupiah mengalami penurunan terhadap valuta asing dapat meningkatkan biaya impor bahan baku, menaikkan suku bunga, dan ekspor bahan baku. Ketika dimana suatu keadaan kurs rupiah berfluktuasi maka hal ini harus menjadi perhatian pemerintah karena akan ada efek negatif yang ditimbulkan yang memiliki keterkaitan langsung dengan fundamental ekonomi, maka dari itu keadaan iklim ekonomi ketika kurs rupiah berfluktuasi akan punya dampak negatif.
Setelah itu jika dilihat dari suku bunga mempunyai faktor yang sangat penting dalam menentukan kebijakan, salah satunya dalam berinvestasi yang mana suku bunga juga sebagai instrumen kebijakan moneter sebagai pengendalian jumlah uang yang beredar di masyarakat dan pengendalian inflasi. Penetapan suku bunga sebagai tujuan dari menjaga likuiditas pada pasar modal dalam mengatur suku bunga. Maka dari itu dalam kebijakan moneter penetapan suku bunga sangat mempengaruhi likuiditas perbankan dalam jangka pendek. Apabila suku bunga mengalami kenaikan orang-orang cenderung memiliki minat investasi akan lesu, alasannya ialah ketika lembaga keuangan menaikkan suku bunga, maka akan berpengaruh pada hampir semua biaya pinjaman saham dan konsumen dalam suatu perekonomian, begitu juga sebaliknya semakin rendah tingkat suku bunga, permintaan investasi akan semakin tinggi. Karena ketika ekonomi melambat, lembaga keuangan akan memangkas suku bunga untuk merangsang aktivitas keuangan.
ADVERTISEMENT
Pada pasar modal, tingginya suku bunga naik cenderung mendorong investor meningkatkan membeli uang negara yang menaikkan suku bunga untuk mendapatkan capital gain dalam jangka pendek. Maka dari itu dapat diketahui bahwa jika suku bunga dapat dikatakan sebagai acuan dalam berinvestasi. Kemudian untuk kurs rupiah apabila jika kurs mata uang negara turun pada valuta asing. Perubahan terhadap kurs valuta asing disebabkan perubahan permintaan dan penawaran dalam valuta asing. Maka kurs akan berfluktuasi akibat dari perubahan demand dan supply.
Dari pembahasan tersebut menurut saya dapat diambil kesimpulan, 2 indikator makro dalam iklim investasi Indonesia jika suku bunga dan kurs rupiah berfluktuasi sangat berpengaruh dalam menentukan investasi dalam sebuah negara, ketika 2 indikator tersebut dalam keadaan berfluktuasi itu berarti kedua hal tersebut bukan dalam kondisi baik dan sebaiknya berhati-hati dalam berinvestasi serta ketika suku bunga dan kurs mengalami fluktuasi akibatnya juga akan berdampak pada perubahan permintaan dan penawaran di pasar modal. Jika suku bunga turun dan kurs rupiah turun maka dilihat dari sisi Indeks Harga Saham Gabungan akan mengalami peningkatan dalam hal ini merupakan kondisi yang baik dalam berinvestasi. Jika pada kondisi IHSG mengalami penurunan maka sebaiknya investor bisa membeli saham dan menahannya untuk menjualnya kembali dengan harapan saham akan meningkat nantinya, atau bisa juga dengan cut loss dengan memutuskan menjual kembali agar terhindar dari kerugian yang cukup besar.
ADVERTISEMENT
Sumber Referensi :
Fadilla, Arif.,Indah, Novi Permata.,Implikasi Fluktuasi Suku Bunga dan Kurs Terhadap Iklim Investasi di Indonesia.2020.
Haryotejo, Bagas., Analisis Iklim Investasi Daerah (Studi Kasus : Kota Semarang).2012.