Keberagaman dan Pintu Masuk Pendidikan Inklusi Sosial Keagamaan

Ahmad Dahri
Alumni Sekolah Kemanusiaan dan Kebudayaa (SKK) Ahmad Syafii Maarif. Saat ini menjadi bagian dari Pengajar dan Peneliti di STIT Ibnu Sina Malang dan Yayasan Wangsa Satria Wijaya Mulya Malang
Konten dari Pengguna
31 Maret 2024 9:59 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ahmad Dahri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Keberagaman, Moderasi dan Pendidikan Inklusi. sumber: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Keberagaman, Moderasi dan Pendidikan Inklusi. sumber: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Keberagaman adalah satu keniscayaan yang harus dipahami dan diilhami sebagai given dari Tuhan untuk umat manusia. Keberagaman itu tidak hanya terletak pada suku, budaya, Bahasa dan agama, melainkan pola pikir dan gagasan-gagasan. Sehingga muncul Pendidikan multikultur, multireligi, dan ragam sosiologis – antropologisnya, hari ini muncul ide dan konsep pendidikan inklusi sosial keagamaan.
ADVERTISEMENT
Dalam aspek Pendidikan untuk memahami keberagaman tentu harus ada kurikulum yang inklusif, sehingga dapat tersampaikan nilai keberagamannya. Sedangkan dalam kehidupan sosial keagamaan maka diperlukan ruang kesadaran akan keberagamaan dalam aspek agama dan aliran keberagamaan, maka moderasi beragama adalah wadah yang tepat untuk menyampaikan keragaman dalam aspek sosial keberagamaan.
Moderasi beragama mengacu pada sikap tengah atau pendekatan yang seimbang dalam memahami dan menjalankan ajaran agama, tanpa ekstremisme atau radikalisme. Kepentingan dari adanya moderasi Beragama adalah memberikan pengetahuan akan keberagaman dalam aspek sosial keagamaan dan aliran keberagamaan. Di samping itu, membantu mencegah konflik antaragama, mempromosikan toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan, serta mendukung pembentukan masyarakat yang inklusif dan harmonis.
ADVERTISEMENT
Dalam konteks berbangsa dan bernegara, landasan pentingnya pendidikan moderasi beragama secara gambling disebutkan dalam Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2020-2024.
Sebagai ejawantah dari RPJMN tersebut kemudian ditindaklanjuti oleh Kementerian Agama dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 18 tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Agama Tahun 2020-2024, yang menegaskan bahwa moderasi beragama menjadi hal prioritas utama dalam langkah dan program lembaga-lembaga yang berada di bawah naungan Kementerian Agama.
Hal ini menjadi langkah implementatif, atas berbagai peraturan yang terkait, Kementerian Agama bahkan telah melakukan berbagai kegiatan baik dalam bentuk seminar, workshop yang di dalamnya terdapat penguatan moderasi beragama mulai tingkat pendidikan dasar dan bahkan hingga perguruan tinggi.
ADVERTISEMENT
Oleh sebab itu, perlu adanya ide-ide terbuka dalam mengembangkan kurikulum yang mencakup aspek moderasi beragama, kemudian membentuk pelatihan untuk para pendidik dalam mempromosikan nilai-nilai toleransi, dan kolaborasi antarlembaga untuk memperkuat pendidikan berbasis moderasi.
Alasan utama pentingnya moderasi menegaskan bahwa moderasi beragama dalam pendidikan berperan penting dalam mengembangkan sikap toleransi, menghormati perbedaan, dan mempromosikan inklusivitas. Pendidikan menjadi wadah utama untuk memperkuat nilai-nilai moderasi beragama dan menghindari polarisasi serta konflik yang bersumber dari ketidakpahaman atau fanatisme.
Jika moderasi menjadi sangat penting untuk menjaga perdamaian dan memberikan peluang pemikiran yang terbuka atas perbedaan maka pendekatan pendidikan yang moderat adalah kunci utamanya, di mana Pendidikan moderat mencakup penggunaan kurikulum yang menekankan pada pembelajaran tentang nilai-nilai moderasi beragama, dialog antaragama, dan pengembangan keterampilan kritis dalam menghadapi narasi radikal. Guru dan pendidik memainkan peran kunci dalam mempromosikan sikap toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan agama.
ADVERTISEMENT
Dari sini maka diperlukan langkah-langkah seperti pengembangan kurikulum inklusif yang mencakup aspek moderasi beragama, pelatihan yang berkelanjutan untuk pendidik dalam mempromosikan sikap toleransi, dan kolaborasi antarlembaga untuk memperkuat pendidikan berbasis nilai-nilai moderat.
Oleh sebab itu dalam membangun masyarakat yang harmonis dan inklusif, moderasi beragama dalam pendidikan memiliki peran yang tak tergantikan. Melalui pendekatan pendidikan yang moderat, kita dapat membentuk generasi yang menghargai keberagaman, menghindari konflik, dan memperkuat jembatan antaragama.
Moderasi beragama dalam pendidikan di Indonesia merupakan upaya penting dalam membangun toleransi antaragama, menghormati perbedaan, dan mempromosikan inklusivitas dalam masyarakat yang beragam. Langkah yang perlu dilakukan dalam ruang-ruang sosial keagamaan dimulai dari penerapan pendidikan inklusif dan pendidikan moderat. Karena pendidikan moderasi beragama di Indonesia dapat terus ditingkatkan untuk membangun generasi yang menghargai keberagaman, menghindari konflik agama, dan memperkuat persatuan dalam keragaman.
ADVERTISEMENT
Langkah konkretnya adalah dengan mewujudkan Integrasi Nilai-Nilai Moderasi Beragama, kurikulum inklusif dalam pendidikan moderasi beragama di Indonesia mengintegrasikan nilai-nilai seperti toleransi, penghargaan terhadap perbedaan, dialog antaragama, dan penolakan terhadap ekstremisme atau radikalisme.
Untuk mewujudkan intergrasi itu maka perlu adanya Pembelajaran Multikultural yang memperkenalkan siswa pada keberagaman budaya, agama, dan kepercayaan. Ini bertujuan untuk membentuk sikap terbuka, menghormati perbedaan, dan menghindari stereotip atau prasangka terhadap kelompok agama tertentu.
Di samping itu juga perlu adanya Pelajaran Sejarah Agama-agama, pelajaran sejarah agama-agama di Indonesia bahkan di dunia sangat penting untuk disampaikan dengan utuh dalam ruang pendidikan. Utamanya di Indonesia dan hubungannya dengan nilai-nilai moderasi beragama. Hal ini membantu siswa mengembangkan perspektif yang lebih luas tentang keragaman agama dan budaya di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Untuk menguatkan Langkah di atas maka perlu Kegiatan Praktis dan Simulasi. Karena selain pembelajaran teoritis, kurikulum inklusif juga menekankan kegiatan praktis seperti simulasi dialog antaragama, kunjungan ke tempat-tempat ibadah yang berbeda, atau proyek kolaboratif antaragama. Ini memberikan pengalaman langsung kepada siswa untuk berinteraksi dengan keberagaman agama dan mempraktikkan nilai-nilai moderasi dalam kehidupan sehari-hari.
Langkah selanjutnya adalah Evaluasi Berbasis Kompetensi, yang tidak hanya mengukur pemahaman siswa tentang materi pembelajaran, tetapi juga kemampuan mereka dalam menerapkan nilai-nilai moderasi beragama dalam situasi nyata. Hal ini mendorong pembentukan sikap dan perilaku yang sesuai dengan prinsip-prinsip moderasi.
Langkah Terakhir adalah membangun Keterlibatan Orang tua dan Masyarakat dalam proses membangun pendidikan moderasi beragama. Keterlibatan orang tua dan masyarakat dalam mendukung pembelajaran moderasi beragama dapat menghasilkan program-program komunitas, seminar, atau lokakarya dapat diselenggarakan untuk membahas pentingnya moderasi beragama dalam membentuk generasi yang toleran dan inklusif.
ADVERTISEMENT
Dengan penekanan yang kuat pada kurikulum inklusif seperti di atas, maka pendidikan moderasi beragama di Indonesia dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam membangun masyarakat yang harmonis dan menghargai keberagaman.[]