Belajar Tawakal dari Rasulullah: Bukan Hanya Pasrah tapi Harus Ikhtiar

Lentera Ramadhan
Ilmu dan iman harus menjadi lentera dalam menyambut Ramadhan.
Konten dari Pengguna
23 April 2020 12:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lentera Ramadhan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ilsutrasi Al Quran. Foto: Shutter Stock
Tawakal merupakan pekerjaan hati manusia dan puncak tertinggi keimanan. Sifat ini akan datang dengan sendirinya jika iman seseorang sudah matang. Buya Hamka, seorang muffasir atau ahli tafsir mengatakan, belum berarti pengakuan iman kalau belum tiba puncak tawakal. Maka apabila seorang mukmin telah bertawakal, berserah diri kepada Allah SWT, terlimpahlah ke dalam dirinya sifat azis (terhormat,mulia) yang ada pada-Nya.
ADVERTISEMENT
Dalam hadis riwayat at-Tirmidzi disebutkan, pada zaman Rasulullah SAW ada seorang laki-laki ingin meninggalkan untanya di depan masjid tanpa diikat, dengan alasan ia bertawakal kepada Allah SWT. Ketika hal itu diketahui Rasulullah SAW, beliau mengatakan, “Ikatlah untamu lebih dahulu, kemudian bertawakal.”
Setelah mendengar nasihat dari Rasulullah, akhirnya sahabat Rasulullah mengikat untanya di pohon sesuai anjuran. Dalam cerita ini, Nabi mengajarkan kepada kita agar bekerja dan berupaya terlebih dahulu sebelum pasrah kepada Allah SWT.
Ilustrasi Al Quran Foto: pexels
Kisah mengenai tawakal datang juga dari sahabat Rasulullah, dikutip dari Buku Tawakal Bukan Pasrah karya H Supriyanto, Lc.,M.S.I, Abu Sa'id Al-Khudriy berkata:
Suatu ketika pada waktu pagi setelah salat subuh, Nabi melihat salah seorang berada di salah satu sudut masjid sedang duduk termenung, orang tersebut adalah Abu Umamah. Kemudian Nabi menghampirinya dan bertanya kepadanya 'Hai Abu Umamah, kenapa engkau masih duduk di masjid sedangkan orang lain sudah pergi semua dan waktu salat telah habis.'
ADVERTISEMENT
Abu Umamah menjawab, 'Wahai Rasulullah, saya sedang banyak urusan. Utang sedang melilit diriku. Untuk itu, saya bertafakur di masjid ini dengan harapan Tuhan menunjukkan jalan keluarnya.'
Rasulullah bertanya lagi, 'Maukah engkau ku ajarkan suatu doa yang dengan doa itu bila engkau baca siang dan malam tentu Tuhan akan menghilangkan kerisauanmu?'
Ia menjawab, 'Tentu'. Kemudian Rasulullah SAW membacakan doa dan mengajarkannya kepada Abu Umamah, 'Ya Tuhan, berilah aku perlindungan dari kedudukan hati dan keluh kesah, berilah aku perlindungan dari kelemahan dan kemalasan. Perihalah aku dari penakut dan bahil. Periharalah aku dari lilitan utang dan paksaan orang lain." (HR Abu Dawud).
Rasulullah mengawali doa yang diajarkannya itu dengan memohon perlindungan kepada Allah SWT agar terhindar dari keluh kesah, kelemahan, kemalasan dan sifat bahil. Caranya dengan menanamkan semangat, optimis dan giat bekerja. Inilah konsep tentang tawakal yang sesungguhnya, bahwa untuk tawakal harus didahului ikhtiar atau usaha.
ADVERTISEMENT
(AP/SM)