Hilangnya Jati Diri Mahasiswa

Lentera Maluku
Mencerdaskan dan Menggerakkan
Konten dari Pengguna
14 Februari 2019 14:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lentera Maluku tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Amsir Renoat (Mahasiswa Fakultas Hukum, Universitas Pattimura, Aktivis GMNI)
Mahasiswa merupakan tonggak pengerak suatu bangsa, dia dituntut agar mampu mengantar bangsa ini dari keterpurukan menuju perubahan.
ADVERTISEMENT
Dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia, tidak dapat kita pungkiri bahwa, mahasiswa mempunyai begitu banyak peran penting dalam membebaskan masyarakat dari cengkraman kaum-kaum elit tak bermoral, yang telah bersetubuh langsung dengan aktor-aktor kapitalisme.
Salah satu contoh pergerakkan luar biasa mahasiswa yang paling kongkret ialah pengorbanan dan perjuangan mereka pada tahun 1998 yang dengan gagah dan berani, melawan rezim yang otoriter dan anti terhadap kritikan.
Namun realitas yang terjadi saat ini sangatlah berbeda jauh, perkembangan zaman nampak mengikis kebudayaan kritis dan idealisme mahasiswa, yang makin hari makin mengalami kemunduran begitu pesat, banyak sekali mahasiswa jaman sekarang, lebih banyak menghabiskan waktu mereka untuk mabuk-mabukan, tawuran antar fakultas, bermain mobile legend, PUGB, bahkan yang lebih parahnya lagi, mahasiswa yang memiliki pemikiran besar dan hebat malah lebih banyak menghabiskan waktu untuk bercerita, ngopi bareng dan bahkan memakai kecerdasan mereka untuk membela kaum-kaum elit yang tak bertanggungjawab, seakan-akan mereka telah amnesia dan kehilangan akal sehatnya.
ADVERTISEMENT
Hal ini mungkin tidak terlalu objektif untuk saya jadikan suatu alasan yang dapat menjelaskan, penyebab tidak terlaksananya peran mahasiswa sebagaimana mestinya.
Di antara ribuan mahasiswa, hanya sedikit saja yang menyadari tugas dan tanggung jawabnya. Disisi lain, banyak pihak-pihak terutama para mahasiswa pergerakan 1998 yang merasa bahwa junior-junior mahasiswanya saat ini banyak mengalami pemerosotan, terutama dalam nilai-nilai perjuangan, memang hal ini ada benarnya, ketika kita melihat fakta yang ada pada mahasiswa saat ini.
Sebagian besar mahasiswa telah terjun kedalam dunia organisasi, akan tetapi nama dan atribut organisasinya hanya di gunakan sebagai penghias diri, mereka terlihat seperti orang yang sok sibuk, padahal tidak melakukan apa-apa, masih banyak lagi mahasiswa abal-abal, yang ingin tampil di depan karena ingin dikenal oleh banyak orang.
ADVERTISEMENT
Kemana saja mereka pergi, selalu mengunakan baju bermotif aktivis, tak perduli apakah mereka di kampus, kanting, gunung ataupun tempat lainnya. Yang penting, mereka bisa memperlihatkan pada semua orang, bahwa mereka adalah seorang aktivis, namun tidak pernah turut terlibat dalam perjuangan apapun.
Tidak hanya itu, masih banyak lagi organisasi-organisasi besar, yang terlihat vakum dan tidak melakukan kegiatan apa-apa, padahal kita sering melihat sebuah organisasi yang hampir setiap harinya mengadakan rapat, tapi tidak ada program yang mereka buat untuk kepentingan mahasiswa dan masyarakat.
Bukankah organisasi sudah merupakan wadah yang sangat penting bagi mahasiswa untuk mengembangkan potensi, bakat dan segala aspirasi mahasiswa?. Organisasi juga merupakan wadah untuk melahirkan generasi-generasi yang kritis dan idealis, untuk membawa perubahan terhadap bangsa dan negara.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, kenyataan di hari ini, mahasiswa lebih banyak di doktrin dengan jabatan yang mengatas namakan suku dan agama, tidak lagi pada nilai-nilai perjuangan, sehingga mahasiswa jaman sekarang terlihat seperti manusia yang sangat miskin dan krisis ilmu pengetahuan.
Mahasiswa telah diutus untuk melakukan perubahan bagi bangsa dan negara, mahasiswa dapat dikatakan sebagai sebuah komunitas unik ditengah masyarakat dengan kesempatan dan kelebihannya, akan tetapi kelebihan yang dimiliki oleh para mahasiswa itu sudah mulai teridentifikasi oleh kepentingan para politisi dan kaum elit yang tak bertanggungjawab serta tidak mampu membebaskan masyarakat dari sistem yang kontra terhadap kepentingan Masyarakat.
Seharusnya, kelebihan mahasiswa mampu untuk membuat mereka manjadi kaum idealis yang cinta terhadap kebenaran dan diyakini murni dari pribadi mahasiswa serta tidak di pengaruhu oleh faktor-faktor eksternal yang dapat menggesar makna kebenaran tersebut.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan berbagai potensi dan kesempatan yang dimiliki oleh mahasiswa, tidak sepantasnya bila mahasiswa hanya mementingkan kebutuhan dirinya sendiri tanpa memberikan kontribusi terhadap masyarakat, bangsa dan negara.
Akan tetapi fakta yang terjadi, bahwa keidealisan mahasiswa telah mengalami kemunduran yang begitu pesat, banyak sekali orang yang telah menaruh harapan diatas pundak para mahasiswa, artinya jika ada sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitar dan itu salah, mahasiswa dituntut untuk merubahnya berdasarkan kebenarannya.
Dengan harapan, suatu hari nanti mahasiswa bisa menggunakan disiplin ilmunya dalam membantu pembangunan bangsa dan negara, agar lebih baik kedepannya.
Tidak hanya itu, Mahasiswa juga dituntut sebagai generasi pengontrol yang diharapkan mampu mengendalikan keadaan sosial yang ada di lingkungan sekitar, jadi selain pintar di bidang akademis, mahasiswa juga harus pintar dalam bersosialisasi serta memilili kepekaan dengan lingkungan.
ADVERTISEMENT
Mahasiswa diupayakan agar mampu mengkritik, memberi saran, dan memberi solusi jika keadaan sosial bangsa sudah tidak sesuai dengan cita-cita dan tujuan bangsa, memiliki kepekaan, kepedulian, dan konstribusi nyata terhadap masyarakat tentang kondisi yang teraktual.
Asusmsi yang kita harapkan dengan perubahan kondisi sosial masyarakat tentu akan berimbas pada perubahan bangsa. Sebab, mahasiswa merupakan tulang punggung bangsa di masa depan, diharapkan menjadi manusia-manusia yang tangguh, memiliki kemampuan dan ahlak mulia, yang nantinya, dapat menggantikan generasi-generasi sebelumnya di pemerintahan kelak, untuk meewujudkan harapan bangsa yakni masa depan yang jujur, bersih, dan bijaksana.
Namun sungguh disayangkan, ketika kesempatan dan kelebihan mahasiswa itu hanya dipakai sebagai intel dan tangan kanan kaum elit dalam mengawal kepentingan mereka semata.
ADVERTISEMENT
persoalan ini bisalah kita lihat secara de fakto, bagaimana para mahasiswa dengan mesrah dan bangganya bersama kaum elit ketika bercakap dan tertawa, seakan mereka lupa kalau kehadiran mereka hanyalah sebatas untuk di manfaatkan.
Padahal bila kita lihat penjabaran fungsi mahasiswa sebagaimana dikemukakan oleh M.Hatta, yaitu, untuk membentuk manusia yang sosial dan demokrat yang memiliki keinsafan tanggung jawab atas kesejateraan masyarakat, cakap dan mandiri dalam memelihara dan memajukan ilmu pengetahuan serta cakap memangku jabatan di masyarakat yang merupakan fungsi dari mahasiswa itu sendiri, yang sebagai insan akademis memiliki dua ciri.
Yaitu, memiliki sense of crisis , dan selalu mengembangkan dirinya diharapkan peka dan kritis terhadap masalah-masalah sosial yang terjadi di sekitarnya saat ini. Mahasiswa sebagai Agen of Change, Agen social of control dan Iron stok. Sudah selesai pasca reformasi, sehingga mahasiswa jaman sekarang sudahlah seharusnya terlahir sebagai penentu kebijakan.(**)
ADVERTISEMENT
Penulis : Amsir Renoat (Mahasiswa Fakultas Hukum, Universitas Pattimura)
Editor : Redaksi