Got di Depan Kampus Unpatti di Penuhi Sampah, Aktivis Lingkungan Geram

Konten Media Partner
11 April 2019 12:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tumpukan Sampah Plastik di dalam Got, depan Kampus Unpatti. (10/4). Dok Lentera Maluku
zoom-in-whitePerbesar
Tumpukan Sampah Plastik di dalam Got, depan Kampus Unpatti. (10/4). Dok Lentera Maluku
ADVERTISEMENT
Lentera Maluku. Kota Ambon dalam sehari bisa memproduksi sampah sebanyak 6-8 ton perhari, padahal Pemerintah Daerah kota Ambon telah mengeluarkan penerapan peraturan daerah No. 11 tahun 2015 tentang pengelolaan sampah. Namum sampai saat ini, warga belum miliki kesadaran soal masalah sampah tersebut.
ADVERTISEMENT
Hal ini seperti yang terlihat pada postingan Mohamad Aswin, salah satu mahasiswa Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon, melalui unggahannya di akun Facebook pribadinya (10/4), ia menuliskan kalimat puitis dengan foto setumpuk sampah yang berada di dalam Got depan pagar Kampus Unpatti, tepatnya di jalan Ir.M Puthuhena, yang merupakan jalan utama menuju Bandara Pattimura, postingan ini lantas menjadi perbincangan aktivis lingkungan.
Aswin yang sering menulis sajak-sajak di Blog pribadinya tentang lingkungan, politik, pendidikan, bahkan tentang cinta. Ia mengakui bahwa, maksud dari foto yang dipajangkan tersebut sebagai refleksi untuk siapa saja yang melihat postingannya, agar sadar atas kelalaian masyarakat membuang sampah sembarangan, dapat menimbulkan masalah baru.
Unggahan Mohamad Aswin di Facebook. (10/4)
Dalam status tersebut, Aswin menuliskan, “sebagai pejalan kaki, hal kayak ginian, seringkali saya jumpai di trotoar jalan raya. dan di mana saja ini selalu dijumpai. Sambil dengan upaya membersihkannya, Kali ini saya menjumpainya lagi, tapi ini di tempat yang sedikit berbeda, tepat di bibir jalan ia terdiam; yaitu disekitaran pelataran pagar Kampus Universitas Pattimura”.
ADVERTISEMENT
Kepada wartawan (10/4), Ia mengatakan bahwa sampah yang Ia temui, selain akibat ulah mayarakat setempat, juga karena ulah orang-orang yang berlalu lalang, yang tidak bertanggungjawab, baik pejalan kaki maupun pengguna kenderaan, yang dengan sengaja telah melemparkannya ke tepi jalan raya.
“Saya mencoba membersihkannya sendiri dan mengambil beberapa sampah disitu sebagai media edukasi yang saya pakai”, ungkap Aswin.
Tumpukan sampah plastik disepenajng Got depan kampus Unpatti. (10/4). Dok Lentera Maluku
Ia berharap kepada mahasiswa dan masyarakat pada umumnya, untuk bergerak bersama membersihkannya, dan harus didorong kepada pemerintah desa atau kelurahan, untuk menyediakan tempat sampah di sekitar lokasi tersebut, serta perlu adanya papan larangan, untuk tidak membuang sampah ke dalam got-got di pinggiran jalan.
Melihat kasus sampah yang tidak usai-usainya, membuat para aktivis lingkungan menjadi geram, hal ini seperti yang disampaikan oleh Ahmad Guntur Sitania, Ia adalah Duta Pemuda Peduli Lingkungan Asri dan Bersih (Pepelingasih).
ADVERTISEMENT
Kepada Lentera Maluku (10/4), dengan tegasnya Sitania mengungkapkan bahwa, masalah sampah di Kota Ambon, dikarenakan kuranya literasi tentang mengelolah sampah, atau kurangnya budaya mengurangi penggunaan sampah plastik di masyarakat.
“Sudahkah kita pernah menghitung seberapa banyak, kita memproduksi sampah plastik setiap hari? plastik tak bisa terurai, hanya akan pecah atau berubah menjadi micro plastik, dan sangat berbahaya bagi biota laut dan alam sekitar. Seberapa banyak kita melihat berita tentang ikan paus mati, gara-gara menelang banyak plastik. Sungguh semua karena ulah kita yang tidak bijak dalam mengelolah sampah plastik”, tandas Sitania.
Got di Jalan Ir.M Puthuhena. Depan kampus Unpatti (11/4). Dok Lentera Maluku
Selain itu, Direktur Beta Bank Sampah Georgie Manuhuwa. Juga menegaskan bahwa Got atau Selokan bukanlah tempat pembuangan sampah. “Selokan berfungsi untuk mengalirnya air, kalau pun kondisi selokan seperti ini, yang dipenuhi oleh sampah botol plastik, maka masyarakat kita masih sangat rendah kesadarannya, untuk membuang sampah pada tempatnya”, tegasnya.
ADVERTISEMENT
Katanya lagi, dengan meningkatnya aktifitas masyarakat sekitar, menjadi faktor jumlah sampah meningkat, seperti adanya warung-warung, rumah makan, usaha kost-kostan, serta aktifitas masyarakat lainnya, yang menyebabkan tumpukan sampah tersebut.
“misalnya saja, kalau satu mahasiswa atau masyarakat umum, yang sedang menunggu angkutan di luar kampus sambil meminum satu gelas aqua, satu botol mineral atau minuman kemasan lainnya, lalu selesai minum, buang tidak pada tempatnya”, Manuhuwa memberi contoh.
Jika dalam satu hari ada 100 orang melakukan hal seperti diatas, kata Manuhuwa lebih lanjut, maka diakumulasikan selama satu bulan beraktifitas, dalam 28 hari akan menghasilkan 2800 sampah plastik., dan pada musim hujan nanti sampah-sampah tersebut, akan mengapung diatas, bahkan tersumbat yang mengakibatkan banjir.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya Ahmad Guntur Sitania dan Georgie Manuhuwa, rasa kekesalan pun datang dari Ramlan Tahir, Direktur Eko Beta. Eko Beta merupakan salah satu Komunitas yang berkiprah dalam bidang seni mendaur ulang bahan bekas seperti karton bekas, kayu bekas, batok kelapa, dan lain sebagainya.
sampah plastik di Got Jalan Ir.M Puthuhena. (11/4). Dok: Lentera Maluku
Melihat banyaknya sampah-sampah plastik dilingkungan kampus, Ia menekankan pada penggunaan tumbler, agar harusnya juga digunakan oleh mahasiswa, benar-benar dipraktekkan secara bersama-sama.
“Jadi persediaan galung bukan hanya di Pujasera, tetapi disetiap Fakultas, agar tidak menambah sampah dari mahasiswa dan para pegawai, seperti gelas Aqua atau botol-botol lainya”, ujar Ramlan.
Lebih lanjut Ia katakan, sampah yang ada diselokan tersebut adalah hasil dari mahasiswa yang biasa menunggu angkutan, ketika pulang, atau yang sedang beraktifitas di sana. (LM2)
ADVERTISEMENT