Guru di Maluku Bangun Tenda Darurat Pascagempa Agar Siswa Bisa Sekolah

Konten Media Partner
16 Oktober 2019 20:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kondisi siswa di kelas darurat. (16/10). Dok : Lentera Maluku
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi siswa di kelas darurat. (16/10). Dok : Lentera Maluku
ADVERTISEMENT
Lentera Maluku--Kondisi pendidikan di Maluku pascagempa, khususnya wilayah terdampak menjadi kurang aktif seperti biasanya. Hal ini disebabkan karena kondisi bangunan sekolah yang rusak, serta goncangan gempa susulan setiap hari masih dirasakan oleh warga.
ADVERTISEMENT
Beberapa sekolah bahkan diliburkan demi keamanan anak-anak, namun di sisi lain mereka justru akan tertinggal dalam hal proses belajar.
Kondisi seperti ini, lantas menjadi keresahan para guru. Mereka berinisiatif untuk membangun sekolah darurat di lokasi pengungsian.
Seperti Sekolah Dasar Inpres 2 Rohomoni, yang terletak di Kecamatan Pulau Haruku, Kabupaten Maluku Tengah. Sekolah ini baru aktif pada 14 Oktober 2019, meskipun tidak menggunakan papan tulis serta meja dan kursi, namun ada 6 guru yang masih peduli dengan kondisi pendidikan anak-anak, padahal SD Inpres 2 Rohmoni memiliki 20 guru.
Sekolah darurat SD Inpres 2 Rohmoni (16/10). Dok : Lentera Maluku
Mereka khawatir melihat anak-anak yang tidak pernah ke sekolah pascagempa yang melanda Maluku sejak 26 September. Keresahan itu menarik mereka untuk harus kembali, dengan melanjutkan proses belajar mengajar. Meskipun dari jumlah 182 siswa secara keseluruhan, hanya 100 siswa yang datang ke sekolah.
ADVERTISEMENT
Kepada Lentera Maluku, salah satu guru SD Inpres 2 Rohmoni, Fitri Pattiasina, menjelaskan bahwa pihak sekolah melakukan pemberitahuan kepada beberapa siswa, kemudian dilanjutkan ke anak-anak yang lain.
"Guru-guru panggil anak-anak untuk kembali sekolah, katong (kita) harus tetap belajar biar gempa", tegas Pattiasina.
Para guru dengan baju kebaya khas masyarakat Rohmoni. (16/10). Dok : Lentera Maluku
Menurutnya, para orang tua siswa memberi izin kepada anak-anak untuk pergi ke sekolah darurat. Namun kata dia, itu pun dengan syarat guru-guru ikut bertanggungjawab akan keselamatan siswa, dan tidak membiarkan siswa berkeliaran atau keluar dari area tenda.
Pattiasina juga menjelaskan materi yang diberikan kepada siswa, menggunakan metode pembelajaran menyenangkan dan pengetahuan kebencanaan, secara umum terkait mitigasi bencana.
Proses belajar mengajar dimulai dari pukul 08.000-10.00 WIT saja. Pihaknya berencana pada hari Senin mendatang kegiatan belajar mengajar akan dimulai pada pukul 08.00-12.00 WIT.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Kepala SD Inpres 2 Rohomoni, Ainung Sangadji, saat ditemui wartawan, ia menyampaikan harapannya agar keadaan segera pulih seperti biasanya.
"Dengan adanya keadaan ini, kami mengharapkan ada perhatian dari pemerintah negeri dan pihak-pihak terkait lainnya, supaya dapat bersama membantu kami, mengingat sekolah kami berada di pinggir pantai dan kondisi sekolah yang retak," papar Sangadji.
Pantauan Lentera Maluku, sekolah darurat ini hanya beralas tikar seadanya, anak-anak juga belajar di bawah pohon di sekitar tenda darurat. Sementara itu, para siswa dibagi sesuai jenjang kelas, proses belajar diawali dengan kegiatan literasi selama 15 menit. (LM3)