Kampanye Lingkungan Lewat Seni Di Pulau Buano, Seram Bagian Barat

Konten Media Partner
13 September 2019 10:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kelompok Sadar Lingkungan (9/9). Dok BSM
zoom-in-whitePerbesar
Kelompok Sadar Lingkungan (9/9). Dok BSM
ADVERTISEMENT
Lentera Maluku. Melihat kondisi Pulau Buano, tepatnya di Desa Buano Utara dan Buano Selatan, Kabupaten Seram Bagian Barat, terkait adanya perubahan siklus kehidupan yang kian hari makin memburuk, maupun tentang ekosistem laut dan hutan. Maka tergeraklah hati para pemuda dari dua desa tersebut, untuk membentuk kelompok sadar lingkungan, menariknya kampanye isu lingkungan itu dikemas dengan seni.
ADVERTISEMENT
Semangat para pemuda itu, kemudian dilirik oleh Lembaga Pemberdaya Partisipan Masyarakat (LPPM) di Maluku, awalnya lembaga ini hanya bergerak di bidang kesehatan. Namun, pada dua tahun terakhir mereka lebih bergerak di bidang lingkungan dan merealisasikan isu lingkungan. Lewat kegiatan seni itulah, bersama anak-anak muda yang ada di Pulau Buano mereka bersuara lewat pentas teater, puisi, tari dan musik.
Aksi seni tari (9/). Dok : BSM
LPPM kemudian melakukan kegiatan kampanye lingkungan, yang berlangsung sejak tanggal 6--9 September 2019, dengan menampilkan pementasan seni bertajuk “Teater Kampung”.
Dengan menggandeng Komunitas Bengkel Sastra Maluku (BSM) sebagai fasilitator, untuk melatih anak-anak di kedua desa tersebut. Mereka adalah Marthen Reasoa yang merupakan ketua BSM dan dua pengurus lainnya yakni Calvin Papilaya dan Remzky Nikijuluw.
ADVERTISEMENT
Sebelum pementasan, ketiga fasilitator tersebut sudah melakukan pelatihan selama tiga hari. Lokasi pementasan dipusat pada dua titik, pertama di Desa Buano Selatan (8/9), yang menampilkan teater dan beberapa seni lainnya. Kemudian dilanjutkan pada pementasan kedua di Buano Utara (9/9), dengan menampilkan aksi yang sama namun personil yang berbeda.
Menurut Ketua BSM (10/9), Marthen Reasoa mengatakan seni sebagai salah satu cara yang dipikir tepat untuk menimbulkan isu lingkungan kepada anak-anak di Buano.
“Selama berproses dengan anak-anak di sana, terlihat sekali bakat terpendam yang belum pernah tersentuh oleh para seniman. Bahkan kegiatan seni seperti ini tidak pernah ada hingga menjadi hal baru dan sangat diterima’, tutur Marthen.
Persiapan dan Pelatihan yang dilakukan oleh BSM dengan anak-anak Buano (6/9). Dok : BSM
Marthen memaparkan selama berproses dengan anak-anak Buano, pihaknya menyesuaikan dengan kondisi daerah setempat, naskah yang disiapkan juga menceritakan tentang keresahan dan isu lingkungan.
ADVERTISEMENT
Di dalamnya, kata Marthen melanjutkan, terdapat bahasa Buano hingga anak-anak yang terlibat sangat mudah untuk memerankan peran masing-masing.
“Hal baru ini menjadi dasar bagi mereka kedepannya, agar masyarakat lebih sadar dengan peran penting lingkungan bagi kehidupan kedepannya”, tandasnya.
Marthen berharap agar apa yang sudah dilakukan dapat ditindaklanjuti oleh pemerintah maupun tokok agama setempat.
“Apa yang katong (kita) lakukan bisa direalisasikan selanjutnya oleh pemerintah atau anggota Masjid maupun Gereja di Buano terhadap kelompok sadar lingkungan. Dan tidak harus berakhir di kegiatan ini atau mereka pun bisa melahirkan atraksi seni lain dengan isu lebih menarik sebagai bentuk kepedulian pada tanah kelahiran mereka”, pungkasnya.
Salah satu anggota kelompok sadar lingkungan, sekaligus pemeran pentas teater kampung, Aprilia saat dihubungi Lentera Maluku (11/9), dia mengucapkan terima kasih kepada LPPM yang telah banyak melakukan kegiatan penyadaran pentingnya lingkungan dan alam bagi masyarakat Buano. Ungkapan terima kasih itu juga ditujukkan kepada kepada Bengkel Sastra Maluku yang sangat setia mengajarkan mereka berteater. (LM2)
ADVERTISEMENT