Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Lentera Maluku. Masalah sampah sudah menjadi perhatian dunia. Permasalah ini terus bergelut di kehidupan kita sehari-hari, khususnya di Kota Ambon, sampah yang terdata oleh Instalasi Pembuangan Sampah Terpadu (IPTS) di Toisapu sebanyak 162,5 Ton per hari. Dengan jumlah yang tak sedikit ini, masyarakat patut sadar akan masalah sampah secara serius.
ADVERTISEMENT
Salah satu pegawai IPTS, Irene Sohilait saat dikonfirmasi wartawan (25/8), ia menegaskan bahwa pemerintah sudah banyak melakukan upaya-upaya terkait masalah sampah, termasuk menyediakan sarana prasana hingga ke desa.
"Kalau bicara sampah itu sendiri sebenarnya banyak aspek, pemerintah pun sudah banyak membantu termasuk penyediaan sarana prasarana seperti truk, tossa, dan gerobak-gerobak juga untuk masyarakat desa terpencil”, ungkapnya.
“Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat kita dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekitar atau menenangkan kesadaran pada generasi muda”, kata Irene.
Dia juga memaparkan , bahwa untuk penanganan sampah jangka panjang, lebih ideal dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah-sekolah, agar anak-anak dapat menjadi agen perubahan di lingkungan sekitar.
Irene yang juga merupakan pendiri komunitas Green Moluccas itu, mengakui sudah melakukan kerjasama dengan Instansi Pengolahan Sampah Terpadu (IPST) Toisapu, kerjasama yang berbasis edukasi itu diberi nama Moluccas Green School. Di situ selalu diadakan pendidikan lingkungan hidup, terkait dengan bagaimana cara peduli terhadap lingkungan sejak dini. Dengan bahan-bahan edukasi lingkungan, diharapkan anak-anak dapat menjadi agen perubahan di masa yang akan datang.
ADVERTISEMENT
“Memang banyak sekali tugas yang harus kita lakukan, namun kita pun harus tetap optimis bahwa permasalahan sampah bukan permasalahan masing-masing, melainkan permasalahan kita bersama, agar dapat bersinergi dengan lembaga-lembaga terkait dan pemerintah daerah”, tegas Irene.
Sementara itu, Joe Alva Manuhuwa, salah satu aktivis lingkungan dan founder Beta Bank Sampah, saat ditemui Lentera Maluku (25/48), ia mengatakan kesadaran masyarakat dalam mengelolah sampah secara kreatif masih minim.
“Banyak yang peduli tentang sampah, tapi sedikit orang yang mau melakukan hal sama dengan Beta (saya)”, ungkap Joe.
Menurutnya, di Beta Bank Sampah menerima sampah plastik kresek dan kemasan produk, yang mana beberapa bank-bank sampah di kota Ambon tidak menerima untuk dibeli.
“Beta (saya) bukan hanya melihat hal penting ini, tapi dengan memelihara sampah dengan baik dan benar untuk dibuat sebagai bahan kreatif, salah satunya yang sudah beta buat adalah ecobrick sebagai kursi dan meja dari baham dasar sampah”, pungkasnya.
Perlu diketahui, bahwa untuk Teluk Ambon, ada beberapa titik yang masih rawan sampah. Seperti yang dihimpun media ini, tiga titik itu adalah Pantai Desa Rumah Tiga terdapat sampah sebanyak 777,6 kg . Terdiri atas sampah botol plastik, kaca, kertas, kain, dan bahan-bahan lainnya. Desa Poka hasil penimbangan sampah plastik dari depan BP3--bawah Jembatan Merah Putih, terdapat sampah sebanyak 203 kg, sampah-sampah itu terdiri dari sampah tidak bernilai 709 kg, sampah residu 752 kg, B3 11kg (popok, pembalut). Untuk pesisir pantai Desa Waeheru terdapat sampah sebanyak 702 kg, yang terdiri dari 66 kg sampah bernilai seperti kaleng dan plastic, 244 kg sampah tak bernilai seperti kayu, botol/kaca, karet/kulit, steroform. Terdapat 342 kg sampah Residu, dan 50 kg sampah B3 seperti popok bayi dan alat elektronik.
Data tersebut diperoleh Lentera Maluku, usai dilaksanakannya aksi Hadap Laut secara serentak di 74 lokasi, disepanjang pesisir pantai Indonesia (18/8). Saat itu, Kota Ambon hanya fokus di tiga titik saja, karena ketiga lokasi itu sudah menjadi target komunitas Green Moluccas pada tahun sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Namun menurut Irene Sohilait, setalah setahun berjalan, ternyata volume sampah masih banyak dan belum ada indikasi penurunan jumlah sampah di ketiga titik tersebut.
“Oleh karena itu, kami merasa perlu mengulang di titik yang sama, agar kami bisa liat perbandingan antara data tahun lalu dan data tahun ini”, tegas Irene.
Pihaknya sudah sering melakukan aksi tersebut berulang kali pada titik-titik yang rawan sampah. (LM1/LM2)