Konten Media Partner

Lautan Sampah Menggenangi Hutan Mangrove di Desa Poka, Ambon

22 Juni 2019 8:21 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sampah-sampah di area Mangrove, Desa Poka-Teluk Ambon, Jumat (21/6). Dok: Lentera Maluku
zoom-in-whitePerbesar
Sampah-sampah di area Mangrove, Desa Poka-Teluk Ambon, Jumat (21/6). Dok: Lentera Maluku
ADVERTISEMENT
Lentera Maluku - Mangrove bisa melindungi abrasi pantai atau pengikisan pesisir pantai dari derasnya ombak. Jenis tumbuhan ini sangat penting untuk dijadikan lokasi penelitian bagi akademisi, yang memiliki studi kasus tentang wisata mangrove atau identifikasi jenis-jenis mangrove. Dan juga bagi mahasiswa yang melakukan tugas akhir kuliah dalam bidang tersebut.
ADVERTISEMENT
Pantauan Lentera Maluku di Desa Poka, Kecamatan Teluk Ambon, tepatnya depan PLN Poka, Jumat (21/6), terlihat lokasi tumbuhnya mangrove saat ini dipenuhi sampah plastik dan juga sampah-sampah lainya, seperti potongan kayu yang bersumber dari aktivitas masyarakat.
Mangrove di Desa Poka juga menjadi sentral utama dalam aksi pembersihan sampah oleh beberapa komunitas yang bergerak dalam bidang lingkungan hidup.
Namun, sampah tetap saja masih terlihat di sana. Hal ini membuktikan rendahnya tingkat kesadaran dari masyarakat, dengan tidak memerhatikan sampah rumah tangga mereka dengan baik.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ambon, dikatakan ada 70 persen sampah di Teluk Ambon yang didominasi sampah plastik.
Sampah-sampah di area Mangrove, desa Poka-Teluk Ambon . (21/6). Dok : Lentera Maluku
Sementara, menurut penelitian dari Divers Clean Action, disebutkan pemakaian sedotan di Indonesia setiap harinya diperkirakan mencapai 93,2 juta batang. Menurut mereka, sedotan plastik selalu masuk dalam 10 besar sampah yang mencemari lautan.
ADVERTISEMENT
Sedangkan untuk botol minum, publikasi Greeneration mengungkapkan Indonesia merupakan negara kedua penyumbang sampah plastik di lautan setelah China. Dari sampah-sampah tersebut, terdapat beberapa jenis sampah plastik yang paling banyak ditemukan, yaitu berupa botol plastik sebanyak 1.578.834 (450 tahun, berubah bentuk menjadi pecahan kecil/mikroplastik) dan tutup botol sebanyak 822.227 (450 tahun, berubah bentuk menjadi pecahan kecil/ mikroplastik).
Efek membuang sampah yang tidak teratur oleh masyarakat dan aktivitas lain, sehingga diduga mengakibatkan beberapa kejadian yang memprihatinkan. Misalnya, pada kasus kematian Ikan Mola-Mola (Sunfish) di Pantai Martha Alfons Poka.
Dari hasil pembedahan awal oleh akademisi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Pattimura, Prof. Dr. J.J Mosse, ia menemukan benda asing dengan jenis daging yang sudah hitam pekat. Menurutnya, dugaan sementara daging yang terdapat di empedu tak dapat dicerna dengan baik, sehingga daging itu membusuk dalam empedu ikan. Daging tersebut menurutnya merupakan benda daratan yang dibuang ke laut.
ADVERTISEMENT
Menurut anggota Provokator Pantai Maluku, Glenn Watimury, lokasi depan PLN dan LIPI merupakan lokasi mangrove yang konon akan dijadikan kawasan wisata mangrove.
Nampak sampah plastik di area Mangrove, Desa Poka-Teluk Ambon, Jumat (21/6). Dok: Lentera Maluku
Namun, kata dia, seiring waktu rencana itu akhirnya tidak berjalan. Sehingga ekosistem mangrove di lokasi-lokasi ini pun mendapat perhatian dari aktivis-aktivis lingkungan.
“Nah, ini merupakan suatu usaha yang baik karena komunitas sangat intens dengan kebersihan di lokasi tersebut. Namun, sayang menurut pengamatan beta (saya) beberapa kali, kegiatan di lokasi itu sampah yang menggunung. Permasalahan utamanya adalah minimnya dukungan masyarakat sekitar lokasi, kemudian sampah hanyut sekitar Teluk Ambon,” ujarnya, Jumat (21/6).
Pada prinsipnya, ekosistem mangrove mampu bertahan hidup ketika lingkungan sekitar ekosistem mangrove tersebut bersih, tidak tercemar oleh sampah organik mapun non organik. Sehingga pertumbuhan mangrove bisa subur dan bermanfaat bagi para peneliti. (LM2)
ADVERTISEMENT