Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten Media Partner
Mahasiswa Unpatti Demo: Biaya Masuk Mahal, Miskin Dilarang Kuliah
15 Agustus 2019 12:59 WIB

ADVERTISEMENT
Lentera Maluku. Sejumlah mahasiswa yang tergabung di dalam organisasi Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dan Aliansi Peduli Kampus Unpatti, melakukan aksi demo di kampus Universitas Pattimura (Unpatti), Ambon, Maluku, Kamis (15/8).
ADVERTISEMENT
Aksi ini merupakan yang kedua kalinya. Mereka menyuarakan protes terkait biaya Sumbangan Pengembangan Institusi (SPI) yang dibebankan kepada mahasiswa dari jalur mandiri.
Para pendemo mengkritisi pelayanan pendidikan yang dinilai buruk. Mereka mencoret tembok gedung registrasi dan membawa spanduk yang bertuliskan kritikan terhadap kebijakan, yang dianggap tidak masuk akal.
Salah satu kader GMNI Cabang Ambon, Amsir Renoat, dalam orasinya memaparkan bahwa kebijakan-kebijakan yang diambil oleh Rektor Unpatti sangat merugikan mahasiswa.
"Dengan Sumbangan Pengembangan Institusi (SPI) yang mahal, itu sama halnya dengan Rektor melarang mahasiswa yang miskin untuk kuliah di kampus Universitas Pattimura Ambon," kata Amsir dalam orasinya.
Pasalnya, biaya SPI yang berkisar Rp 4.000.000 - Rp 8.000.000 dinilai sangat mahal bagi mahasiswa yang notabene berasal dari keluarga miskin. Apalagi, Maluku juga termasuk provinsi termiskin urutan ke-4 di Indonesia. Hal ini dinilai sangat bertentangan dengan kebijakan penetapan SPI di kampus yang berslogan kampus "orang basudara" itu.
ADVERTISEMENT
Dalam aksi tersebut, mereka mengajukan empat tuntutan sebagai berikut:
1). Mendesak Rektor Unpatti untuk secepatnya menurunkan UKT dan SPI
2). Mendesak Rektor Unpatti untuk secepatnya mencabut Badan Layanan Umum (BLU)
3). Mendesak Rektor Unpatti untuk secepatnya memperbaiki sismik (sistem akademik) Unpatti
4). Apabila tuntutan kami tidak direspons maka kami akan kembali dengan massa yang besar.
Empat tuntutan itu, dibacakan oleh para koordinator aksi, yakni Tomy Miru, sebagai korlap I, dan Anjas Solisa sebagai korlap II. (LM1)