Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Pengepungan Sarajevo dan Korelasi dalam Perjuangan Melawan COVID-19
16 Maret 2020 20:54 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
Tulisan dari Leonardus Suwandi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Belakangan ini bisa dibilang generasi milenial, termasuk saya, tengah menghadapi situasi "kiamat pada generasi kami" yakni Pandemik Virus Corona atau COVID-19. Kiamat pada generasi kami karena tiap generasi pernah menghadapi momen-momen "kiamat" mereka. Generasi buyut kita pernah mengalami "kiamat" berupa Perang Dunia I dan pandemik Flu Spanyol, generasi kakek dan nenek kita pernah mengalami "kiamat" berupa Perang Dunia II sementara generasi ayah dan ibu kita pernah mengalami juga Perang Dingin dimana diantaranya juga terdapat perang seperti Perang Vietnam atau Krisis Misil Kuba.
ADVERTISEMENT
Sungguh sebuah situasi yang tak terbayangkan, situasi dimana bumi takluk dan dikuasai, bukan oleh manusia jahat layaknya Adolf Hitler atau Pol Pot, bukan juga oleh para teroris macam ISIS atau alien-alien penakluk macam Thanos, namun oleh para makhluk hidup yang berukuran sangat kecil hingga tak terlihat oleh mata telanjang.
Beberapa negara, termasuk Indonesia akhirnya mewajibkan kegiatan self-distancing untuk memutus rantai penyebaran. Salah satunya adalah penganjuran Work from Home atau bekerja dari rumah dan bersekolah dari rumah untuk para siswa-siswi sekolah dan mahasiswa-mahasiswi Universitas. Indonesia sendiri sudah menerapkan dua minggu untuk masa itu, atau bahkan bisa lebih.
Mungkin pada awalnya akan baik-baik saja bagi semua orang, tapi pastinya lambat laun akan bosan juga jika terkurung di rumah tanpa keluar kecuali kalau ada yang penting saja. Nongkrong-nongkrong santuy atau makan-makan cantik mungkin akan jadi kenangan saja selama dua minggu atau sebulan.
ADVERTISEMENT
Sebelum kita memasuki fase ini, mungkin saya juga mau bercerita mengenai satu kota di daerah Eropa Timur, yakni Sarajevo.
Negara Bosnia-Herzegovina pernah mengalami perang berdarah pada medio 1992 hingga 1995 untuk memerdekakan negara dari Yugoslavia, yang dikuasai oleh etnis Serbia, dan pada periode inilah, Sarajevo pernah mengalami lockdown selama tiga tahun lamanya. Wow, jauh lebih lama dari kita-kita ini yang mungkin harus tinggal di rumah dua minggu saja.
Ada perang merah dari peristiwa lockdown akibat COVID dan Pengepungan Sarajevo ini yakni situasi perang demi kemerdekaan. Ya! kita sedang berperang agar merdeka dari virus ini, begitu juga Bosnia kala itu. Namun bedanya dan harus disyukuri kita masih diberikan kesempatan untuk tertawa, bahagia dan sekaligus waspada dalam situasi susah ini, tapi untuk warga Sarajevo kala itu? Hmmm, boro-boro senyum, mau nafas saja mungkin susah. Boro-boro juga bisa nyetok makanan macam Indomie, nugget bahkan Salmon seperti kalian, mau makan ajah harus diselundupkan dari terowongan bahan-bahanya.
ADVERTISEMENT
Adalah Mohamed, pria Muslim Bosnia yang menjadi pemandu saya kala mengunjungi Sarajevo pada bulan Maret 2019 lalu. Dia bercerita mengenai lockdown kota Sarajevo kala itu.
Mereka saat itu bukan lockdown karena disuruh pemerintah, tapi dipaksa oleh tentara Serbia yang menjadi musuh mereka untuk mengisolasi Sarajevo yang menjadi ibukota Bosnia hingga kini. Pasukan Serbia kala itu mengelilingi kota dari segala arah. Sekarang kita beruntung dengan adanya teknologi dalam keadaan terkurung di rumah kita masih bisa tertawa bareng teman lewat video call atau bisa Netflix and chill juga.
Menurut Mohamed, setiap pagi dia dan warga Sarajevo lainnya bangun dengan harapan rumah mereka tidak ditembaki atau di bom oleh para pasukan Serbia. Bayangkan dengan kita yang justru menjadikan rumah sebagai tameng menghadapi virus Corona dan bahkan bisa tetap produktif dengan melakukan Work From Home. Bahkan ketika mereka harus keluar rumah pun setiap saat desingan peluru bisa saja menembus tubuh mereka disaat tak terduga. Beda kan dengan kita-kita yang cuma disuruh jaga jarak dan jaga kebersihan saja?
ADVERTISEMENT
Tapi setelah empat tahun total pengepungan, apakah semangat rakyat Sarajevo terkoyak? Tidak! mereka berhasil melewati empat tahun dengan kelaparan dan rasa takut dan akhirnya kini menjadi bangsa yang tangguh meskipun belum sejauh negara Eropa lainnya.
Intinya di sini adalah, kita sama-sama memasuki fase perang, namun perjuangan kita lebih mudah. Tidak usah panggul senjata, cukup bawa hand sanitizer saja, tidak perlu takut desingan peluru, cukup waspada dengan virus ini saja. Tidak perlu mengorbankan nyawa, cukup korbankan waktu nongkrongmu saja. Sebuah kemerdekaan ada proses dan pengorbanannya, dengan kekompakan seluruh warga dunia, kita bisa menyingkirkan tiran bernama Corona ini! Dan untuk sekarang, nikmatilah perang "menyenangkan" ini yaitu Work From Home.