Seribu Cerita dari Kota Seribu Kanal Suzhou, Tiongkok

Konten dari Pengguna
16 Mei 2019 9:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Leonardus Suwandi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pemandangan Kanal Suzhou. foto: dok. pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Pemandangan Kanal Suzhou. foto: dok. pribadi
ADVERTISEMENT
Tak bisa dipungkiri lagi jika negara berjuluk 'Negeri Tirai Bambu' ini menyimpan banyak keragaman budaya yang telah berusia ribuan tahun. Tiap jengkal langkah di Tanah Tiongkok menyimpan kisah yang mengalir pada tiap generasinya. Terletak dua jam dari Kota Shanghai, Suzhou merupakan salah satu kota yang menyimpan banyak harta karun peradaban Tiongkok kuno.
ADVERTISEMENT
Saya tiba di kota berjuluk 'Venesia dari Timur Jauh' ini setelah menempuh perjalanan darat menggunakan mobil. Berangkat dari Shanghai, saya pergi bersama adik yang kebetulan mengambil studi di Shanghai.
Setibanya di kota yang terletak di Provinsi Jiangsu ini, saya bisa langsung melihat bagaimana Suzhou masih mempertahankan keantikan kota dengan beberapa bangunan dengan gaya arsitektural Tiongkok tradisional yang juga berfungsi sebagai bangunan komersial seperti bank atau pertokoan.
Suzhou memiliki sejarah yang cukup panjang sebagai kota tertua di pinggir Sungai Yangtze. Berdiri pada tahun 514 Sebelum Masehi pada Periode Musim Semi dan Musim Gugur, periode saat Tiongkok masih belum bersatu di bawah Dinasti Qin, oleh Raja Helu dari Negara Wu dengan nama Gusu yang diambil dari Gunung Gusu yang berada di dekat kota. Nama Suzhou baru resmi dipakai pada masa Dinasti Sui pada tahun 589 Masehi.
Foto: dok. pribadi
Seperti yang disebutkan di awal, Suzhou memiliki julukan 'Venesia dari Timur Jauh' karena kanal-kanal yang terhampar di lokasi kota tuanya. Salah satu kanal yang terkenal terletak di daerah Shantang, yang juga ramai dengan toko-toko dan restoran. Kanal-kanal inilah yang juga mengantar saya menuju objek pertama saya yaitu Tiger Hill atau Bukit Harimau.
Pagoda Tiger Hill. Foto: dok. pribadi
Tiger Hill merupakan sebuah perbukitan di mana terdapat kompleks biara Buddha bernama Yunyan yang berdiri pada Abad ke-4 Masehi. Di tempat ini juga pendiri kota Suzhou, Raja Helu, dimakamkan.
ADVERTISEMENT
Objek-objek yang bisa dilihat di kompleks Tiger Hill adalah Thousand People Rock atau Qian Ren Shin yang memiliki cerita cukup mengerikan, di mana orang-orang yang menguburkan Raja Helu dikubur hidup-hidup di bawah tumpukan formasi batu untuk menjaga rahasia.
Selain itu, ada juga Sword Pond atau Janchi, yaitu sebuah kolam yang dipercaya sebagai lokasi dikuburnya Raja Helu dan tempat terkuburnya pusaka sang raja yang berupa 3000 pedang.
Namun, tidak ada yang lebih menarik di kompleks ini dari sebuah pagoda miring yang menjadi ikon dari Kota Suzhou. Pagoda Yunyan atau juga disebut sebagai Menara Huqiu mendapat julukan 'Menara Miring Suzhou'. Bisa dibilang, Menara Huqiu merupakan saudara jauh dari Menara Pisa di Italia dengan kemiringan tiga derajat yang disebabkan karena amblasnya pondasi seiring dengan berlalunya waktu.
ADVERTISEMENT
Pagoda yang berdiri pada Dinasti Song di tahun 961 Masehi ini memiliki keunikan lain selain kemiringannya, yaitu bahan dasar pembuatannya yang menggunakan batu, sementara pagoda pada umumnya menggunakan kayu sebagai bahan utama bangunannya.
Pagoda ini terletak di puncak teratas dari Tiger Hill. Namun tak usah khawatir, dengan tiket masuk seharga 60 Yuan atau setara dengan Rp 90 ribu, disediakan juga kendaraan berupa golf car yang akan membawa anda hingga puncak dari Tiger Hill.
Sambil menuju pagoda, saya juga menyaksikan pemandangan kanal-kanal Kota Suzhou. Sebuah perpaduan indah antara kanal dan bangunan-bangunan tradisional Tiongkok, serta kekaguman saya melihat bagaimana jernih dan bersihnya air dari kanal-kanal ini yang kerap memantulkan bayangan dari objek-objek di sekitarnya.
Taman dan Pavilion de Gerbang Pan
Nama Kota Suzhou juga masyhur karena taman-taman Tiongkok kuno yang juga menjadi situs warisan budaya dari UNESCO. Taman-taman dengan berbagai macam pohon yang tumbuh dengan asri, kolam-kolam dengan air yang jernih serta rumah peristirahatan untuk melepas penat, menjadi sepotong surga bagi para bangsawan, seniman, serta para cendekiawan yang memang rata-rata membangun taman-taman ini sebagai tempat peristirahatan.
ADVERTISEMENT
Terdapat Sembilan taman utama di Kota Suzhou yang ditetapkan oleh UNESCO, namun Humble Administrator’s Garden atau Zhouzheng Yuan menjadi salah satu taman terbaik di Suzhou karena memiliki area yang cukup luas serta tanaman-tanaman yang tertata rapi di area ini.
Perjalanan kami di Kota Suzhou kembali berlanjut, kali ini sedikit menuju bagian modern dari kota ini. Namun, objek selanjutnya sudah berusia lebih dari 2000 tahun, yaitu Gerbang Pan atau disebut sebagai Pan Men. Gerbang Pan sudah berdiri sejak 514 Sebelum Masehi dan sudah menahan gempuran musuh yang hendak menyerang Kota Suzhou selama ribuan tahun.
Gerbang ini mengalami pemugaran pada masa Pemerintahan Mongolia abad ke-15, serta dibangun sebuah bangunan menyerupai bangunan tradisional Tiongkok oleh Pemerintah Tiongkok Moderen pada tahun 1986 sebagai penunjang dan toko suvenir.
Pan Men, Gerbang Utama Kuno Suzhou
Dari atas gerbang ini saya dapat melihat panorama dan perpaduan kota lama dan modern dari Kota Shuzhou. Pemandangan yang sangat lumrah mengingat Tiongkok dalam beberapa tahun ini mengalami ledakan ekonomi yang sangat besar yang menyebabkan gedung-gedung pencakar langit bertumbuhan seperti pohon di kota-kota, termasuk wilayah yang bukan merupakan kota utama provinsi seperti Suzhou.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, mereka juga tampak menjaga warisan-warisan yang telah ada selama ribuan tahun.
Pagoda Ruigang, Pagoda Tertua di Suzhou. foto: dok. pribadi
Di kompleks ini juga terdapat dua objek yang tidak kalah indah, yaitu taman yang juga dilengkapi dengan paviliun besar yang terdapat di tepi danau, serta Pagoda Ruigang yang mana merupakan pagoda tertua di Kota Suzhou karena berdiri pada sekitar tahun 200 Masehi. Kompleks ini cukup banyak didatangi warga lokal sebagai salah satu scenic area terbaik yang dimiliki kota ini.
Berbicara mengenai budaya tak akan lepas juga dari kuliner. Kepiting berbulu atau hairy crab menjadi salah satu hidangan andalan bagi Suzhou. Tak perlu mencari restoran ternama, hampir setiap restoran di Kota Suzhou dan sekitarnya menyajikan hidangan ini dan disajikan dengan amat segar.
ADVERTISEMENT
Ketika saya tiba di restoran, pemilik restoran sempat bertanya jumlah kepiting yang ingin dipesan karena dia hendak mengambil kepitingnya langsung dari nelayan penangkap kepiting ini di danau terdekat.
Dalam waktu 20 menit, sang pemlik restoran kembali membawa sekeranjang kepiting yang masih bergerak untuk membuktikan kesegaran bahan masakannya. Meskipun isinya sedikit, cukup dikukus tanpa menggunakan bumbu apapun, siapapun yang memakan kepiting ini akan terpana dengan sensasi manis dan gurih dari dagingnya.
Berbicara mengenai Tiongkok tidak akan pernah ada ujungnya hingga ribuan tahun. Selalu ada petualangan dan banyak kisah dari negara terbesar di Timur Jauh ini.