Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Sederhana dengan Gaya Hidup Minimalis ala Gen Z
7 November 2023 9:19 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Leonita Siwiyanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
“Miskin itu berbeda dengan sederhana, karena miskin itu kondisi hidup sedangkan sederhana adalah gaya hidup." (Cak Lontong)
ADVERTISEMENT
Biasanya hari lebaran merupakan hari yang paling ditunggu bagi para anak muda untuk mendapatkan baju baru, sarung baru, kaus baru, sepatu baru, sendal baru, dan lain sebagainya. Pokoknya anak-anak muda pasti memenuhi mal-mal untuk berebut baju dulag (baju baru).
Tidak ketinggalan putraku saat dua minggu lagi menjelang lebaran. “Bu, aku sudah pesan di Shopee yaa baju buat lebaran,” teriak Si kecil yang sudah menginjak remaja. Dulu semua baju lebaran kami orang tuanya yang selalu memilihkan. Namun sekarang, mereka sudah bisa memilih sesuai seleranya masing-masing.
Saya hanya menyahut dari dapur, “Terus ibu yang harus bayar gitu?" tanyaku pada putraku yang asik memilih-milih pakaian sambil tidur-tiduran di sofa ruang tamu.
“Murah kok, Bu. Kan Ade belum dapat THR dari ayah sama ibu,“ jawabnya lagi.
ADVERTISEMENT
“Ya sudah, berarti budget-nya enggak lebih dari lima ratus ribu ya,” tegasku kepada putraku. “Iya, deh, nggak apa-apa,” sahutnya dengan suara lesu. Aku hanya tersenyum simpul mendengar jawabannya.
Beberapa hari kemudian datanglah barang pesanan putraku. Setelah membuka semua barang pesanannya mulailah ia memamerkan pakaiannya.
Aneh yang kulihat hanya kemeja hitam, kaos putih dan celana panjang hitam serta sepatu warna hitam. Melihat hal itu aku coba menyindir, "enggak salah tuh, De. Pesan barang semuanya hitam dan putih.”
Sambil berjalan seperti peragawan, ia berkata dengan santainya, ”namanya juga gaya minimalis, Mam. Nggak usah banyak warna tetapi berkelas,” sahutnya dengan berjalan menuju kamarnya.
Tidak beberapa lama, dia keluar kamar dengan membawa barang-barang miliknya. “Bu, ini baju Ade yang sudah kecil dan nggak dipakai lagi kasih aja ke Si Bibi ya. Kan kata ayah kalau beli baju baru harus mengeluarkan baju lama, agar isi lemari tetap sama," putraku bicara dengan memasukkan barang-barang tadi ke keresek untuk diserahkan ke pembantu rumah.
ADVERTISEMENT
Kata-kata putraku tentang pesan ayahnya, memang sudah menjadi kebiasaan keluarga kami. Tidak boleh ada barang yang bertumpuk-tumpuk tetapi tidak terpakai. Sampai rumahku yang memang sangat sederhana tetap nyaman ditempati, karena prinsip gaya minimalis yang sering disebut suamiku menjadi suatu hal yang biasa didengar seisi rumah.
Aku pikir gaya minimalis itu hanya untuk bentuk bangunan atau perabotan saja. Ternyata kata gaya minimalis ini banyak juga aku dengar dikalangan mahasiswa di kampusku. Suatu ketika aku pernah bertanya pada mahasiswa saat mengajar tentang hidup ekonomis. “Apa beda hidup boros dengan hidup ekonomis?” Salah seorang mahasiswa menjawab, ”hidup boros itu membelanjakan sesuatu sesuai keinginan saja, sedangkan hidup ekonomis itu gaya hidup minimalis, Bu.”
Lalu ada yang menyahut, "kayak saya, Bu. Pake jeans seminggu tetapi atasannya aja yang ganti. Hemat dan nggak boros, daripada banyak gaya tetapi nggak bisa makan, Bu.” kemudian seisi kelas riuh menyambut statement mahasiswa itu.
ADVERTISEMENT
Mengapa mereka sangat menyukai gaya hidup ini ya?
***
Pada awalnya gaya minimalis ini selalu identik dengan bidang seni dan arsitektur. Namun seiringnya waktu mengalami perubahan menjadi gaya hidup atau prinsip hidup. Dalam arsitektur minimalis merupakan desain yang tidak memiliki kerumitan.
Minimalis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengandung makna dari suatu penggunaan unsur-unsur yang sederhana dan terbatas, tetapi memiliki efek yang terbaik. Berdasarkan pengertian tersebut, kemudian muncullah gaya hidup yang menerapkan konsep dengan barang yang sedikit dan sederhana mungkin, tetapi memiliki manfaat yang sangat maksimal.
Gaya hidup minimalis tidak hanya membatasi penggunaan barang seminimal mungkin, tetapi juga dengan menyingkirkan barang yang sudah tidak dibutuhkan. Dengan gaya hidup ini maka dapat menciptakan suasana yang rapi dan nyaman dilihat serta dinikmati. Kondisi tidak boros, menciptakan lingkungan yang rapi merupakan bentuk hidup yang lebih sederhana tetapi berkualitas.
ADVERTISEMENT
Banyak gen Z yang memilih menjalankan hidup secara minimalis. Hal ini dapat terlihat dengan gaya fashionnya. Mereka menyenangi gaya berpakaian yang simpel, dengan warna monokrom. Terkadang mereka juga senang sekali membeli barang bekas. Begitu pula dengan penggunaan media sosial mereka cenderung lebih bijak dan sederhana.
Ternyata cukup banyak manfaat dari gaya hidup minimalis yang dilakukan oleh gen Z yang membuat hidup mereka bahagia dan nyaman. Pertama, gaya hidup minimalis dapat mengutamakan skala prioritas. Hal ini dapat terlihat dengan penggunaan uang untuk membeli barang yang berkualitas tinggi agar lebih tahan lama.
Kedua, menjadi bahagia dengan dapat menentukan skala prioritas tadi. Dengan cara kita benar-benar memahami segala kebutuhan kita, maka nafsu untuk berlaku boros akan terhindari.
ADVERTISEMENT
Ketiga, suatu bentuk nyata dari kebebasan dan damai. Tidak dapat dipungkiri bahwa memiliki harta benda selalu dihubungkan dengan kebahagiaan. Padahal dengan memutus rantai hidup yang haus akan harta benda dapat menjadikan hidup kita lebih damai. Kita tahu akan sangat sulit untuk menyingkirkan banyak barang yang kita sukai, tetapi di sini kita dapat belajar untuk mengikhlaskan.
Keempat, gaya hidup yang dapat menghilangkan rasa ketakutan. Salah satu sumber dari rasa cemas adalah pikiran kita yang hubud dunia. Menjalankan hidup minimalis membuat kita dapat belajar cara mengatur hawa nafsu pada hal-hal duniawi.
Kelima, menjadi lebih hemat uang. Hidup minimalis membuat kita lebih bisa mengendalikan diri untuk memiliki sesuatu. Ketika kita mencoba gaya hidup ini beberapa bulan dan memiliki catatan pengeluaran, maka tidak terasa kita akan sadar bahwa begitu banyak penghematan yang dapat dilakukan.
ADVERTISEMENT
Terkahir, keenam, gaya hidup ini dapat melatih fokus diri. Saat berlibur mungkin generasi terdahulu akan terbiasa untuk berbelanja banyak suvenir saat liburan. Para minimalist biasanya hanya akan membawa barang yang sangat minim dan membeli sesuatu sesuai keperluan saja.
Sederhananya manfaat dari gaya hidup minimalis menjadikan kita lebih menghargai apa yang sudah kita miliki.
***
Jendela Inspirasi: