Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Energi Terbarukan dalam Megatren Dunia 2045: Akankah Terwujud?
20 Agustus 2024 18:18 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik PP Muhammadiyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Menuju Indonesia Emas 2045, Presiden Joko Widodo meminta Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas untuk menyusun Visi Indonesia 2045. Disusunnya dokumen tersebut dimaksudkan untuk memperkuat dan mengakselerasi pencapaian tujuan kehidupan berbangsa dan bernegara sebagaimana yang terdapat pada Pembukaan UUD 1945 di tengah perubahan besar dunia mendatang. Dokumen ini berjudul Ringkasan Eksekutif Visi Indonesia 2045.
ADVERTISEMENT
Dokumen ini memuat berbagai aspek, di antaranya Visi Indonesia 2045, Megatren Dunia, hingga Pemantapan Ketahanan Nasional dan Tata Kelola Kepemerintahan. Di dalamnya, terdapat banyak poin yang kian menarik untuk dibahas. Salah satu yang menarik saat ini, yaitu Megatren Dunia 2045. Terbagi menjadi 10 bagian, salah satunya yaitu teknologi.
Dalam narasinya, teknologi menurut Megatren Dunia 2045 tertulis sebagai berikut: “tren perubahan teknologi ke depan akan didominasi oleh teknologi informasi dan komunikasi, bioteknologi dan rekayasa genetik, kesehatan dan pengobatan, energi terbarukan, wearable devices, otomatisasi dan robotik, serta artificial intelligence”. Energi terbarukan kian menarik jika dibandingkan dengan kondisi di Indonesia.
Menurut Global Energy Monitor, negara-negara ASEAN kini memiliki lebih dari 28 gigawatt (GW) kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Surya dan angin di tingkat utilitas, meningkat 20% dari 23 GW pada tahun sebelumnya. Dalam kawasan ini, Vietnam memimpin dengan besar 19 GW pada kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Surya dan juga angin. Diikuti oleh Thailand dan Filipina masing-masing sebesar 3 GW. Dalam hal pertumbuhan energi terbarukan, Indonesia bisa dibilang masih tertinggal dengan tren global. Menurut Global Electricity Review 2024 yang dirilis oleh EMBER, Indonesia masih mengandalkan bahan bakar fosil sebesar 80% dari pembangkit listriknya pada tahun 2022. “Emisi per kapita negara ini berada di bawah rata-rata global,” tulisnya. Hal ini berarti Indonesia baru menggunakan energi terbarukan sebesar 20% saja.
ADVERTISEMENT
Tersisa 21 tahun lagi menuju Indonesia Emas. Dengan kondisi pemanfaatan energi terbarukan yang masih tertinggal jauh dari tren global, timbul situasi yang ironis antara capaian sementara dan tujuan yang ingin dicapai untuk mewujudjkan Indonesia Emas. Dengan kondisi seperti ini, pemerintah dan masyarakat diperlukan perannya untuk bersama mewujudkan “keemasan” tersebut. Terlebih, energi terbarukan hanyalah sebagian kecil daripada Megatren Dunia, dan segelintir daripada keseluruhan Ringkasan Eksekutif Visi Indonesia 2045. Akankah terwujud? Akankah Indonesia berhasil mencapai kondisi emasnya? Berbagai upaya sudah seyogianya dikerahkan Indonesia untuk mencapainya.