Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Atsiri, Bulgaria, dan Perjalanan yang Mengiringinya
13 Desember 2021 18:08 WIB
·
waktu baca 8 menitTulisan dari LIA SEPTIANA DEWI tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hamparan bunga warna-warni masih teringat di dalam memori, dari kejauhan sudah tercium aroma yang sangat wangi. Cuaca mendung, sejuknya pagi menghasilkan rona suasana menjadi sedikit jingga dan keabuan. Saya dan sekeluarga turun dari mobil menghadap sebuah gedung berbentuk segi banyak dengan model rumah kaca yang meyakinkan saya bahwa ini rancangan seorang arsitek. Di depan gedung terdapat berbagai papan informasi, memudahkan kami melihat arah selanjutnya. Tertulis dengan jelas “Rumah Atsiri Indonesia” di pintu masuk.

Sebelum memasuki Rumah Atsiri Indonesia, terdapat dua cara pembelian tiket masuk, yaitu dengan reservasi melalui web Rumah Atsiri Indonesia dan membeli tiket di tempat atau on the spot. Setelah menunjukkan bukti reservasi, kami diberi sebuah kartu dengan bentuk mirip KTP dan berwarna cokelat muda kehijauan yang bertuliskan Rumah Atsiri Indonesia.
ADVERTISEMENT
Kebetulan pagi yang sejuk itu masih menunjukkan pukul setengah sepuluh pagi, cukup awal memang untuk mengunjungi tempat ini. Sayangnya, jam operasional baru dilakukan pada jam 11 siang, karena kami hendak menyewa guide tour, maka kami rela menunggu sambil berjalan-jalan mengelilingi taman di Rumah Atsiri.
ADVERTISEMENT
Tidak memaksakan diri, kami mengikuti saran salah satu crew Rumah Atsiri untuk mengunjungi taman dan mengambil beberapa foto. Di taman ini, saya menikmati hamparan bunga yang didominasi oleh warna ungu dan kuning. Belum banyak pengunjung yang datang saat itu, hanya saya sekeluarga dan beberapa rombongan dari universitas.
Ketika sedang asyik berfoto, saya mendapat panggilan telepon dari salah satu Crew Taman Atsiri yang mengatakan bahwa pemandu kami sudah siap.
Sudah tidak sabar rasanya, sekarang saatnya kami melakukan tur bersama pemandu wisata yang dijanjikan sebelumnya. Menggunakan topi dan jas cokelat dengan kaus hitam bertuliskan “Crew Rumah Atsiri” mereka mengajak kami untuk membuat sebuah lingkaran. Seingat saya dalam satu kloter terdiri kurang lebih 10 orang dengan 2 pemandu wisata. Sebelum melakukan tur, kami diberikan informasi awal tentang regulasi apa saja yang harus ditaati, misalnya larangan memetik dan memegang beberapa jenis bunga dan tumbuhan.
ADVERTISEMENT
Pada tur pertama, kami memasuki lorong pendek beralas besi yang di bawahnya terdapat bunga lavender serta beberapa pohon pinus. Setelah itu pemandu wisata kami menjelaskan bagaiman asal usul Rumah Atsiri hingga menjadi sekarang ini. Awalnya saya kira Rumah Atsiri memang didirikan sebagai wisata edukasi, tetapi nyatanya menyimpan sebuah sejarah tersendiri yang nantinya akan dijelaskan secara singkat oleh pemandu kami.
Penjelasan ini membuat saya berpikir, bahwa Rumah Atsiri termasuk salah satu bangunan yang memiliki corak sejarah. Saya juga membayangkan betapa kompleksnya perekonomian saat itu, hingga pabrik citronella dapat didirikan hingga bekerja sama dengan bangsa asing.
Setelah melalui penjelasan sejarah oleh pemandu, kami memulai tur dengan memasuki sebuah Green House dengan berbagai tanaman dari mancanegara yang tumbuh di kawasan ini. Saya tidak heran mengapa banyak tumbuhan bisa hidup dengan baik di sini, selain suhu lereng yang mendukung, tampak para pekebun dan staf memiliki regulasi yang ketat dan administrasi yang tertata. Saat memasuki Green House, kami menunjukkan kartu yang berisikan saldo sebesar 50 ribu rupiah sebagai tiket masuk. Kami mengantre untuk tapping kartu yang dibantu oleh staf Rumah Atsiri. Green House ini benar-benar menyajikan sebuah kehijauan yang memanjakan mata.
ADVERTISEMENT
Sebelum memasuki Green House, kami pemandu wisata menggiring kami ke sebuah bangunan kecil dengan aroma rempah yang sangat menyengat. Benar saja, kami dibawa ke tempat penyulingan minyak atsiri yang masih dilakukan secara tradisional. Ruangan ini lumayan kecil dan sedikit panas menyelimuti kulit kami karena uap mesin yang terus bekerja. Tidak masalah sebenarnya, aroma dari sulingan minyak atsiri memalingkan rasa panas itu. Proses penyulingan yang sangat menarik dengan mesin asli agak berkarat. Wajar saja, mesin ini telah ada dari tahun 1989 di mana saat itu proses pemasaran atsiri sedang gencar-gencarnya.
ADVERTISEMENT
Kami dan semua rombongan tertawa melihat tingkah teman rombongan kami.
Melanjutkan perjalanan, kami dipandu untuk berbelok ke arah utara dan turun dari tempat penyulingan menapaki sebuah tangga menuju taman. Walaupun cuaca agak gerimis, tapi bukan masalah bagi kami, pemandu Rumah Atsiri telah menyiapkan payung bagi masing-masing pengunjung, servis yang sangat baik, seperti sebuah pepatah “sedia payung sebelum hujan.”
Dalam tur kali ini, kami sangat tertarik dengan salah satu penjelasan mengenai ikon Rumah Atsiri atau bisa dibilang tumbuhan kesayangan, yaitu mawar Bulgaria. Dari kejauhan saja mawar ini sudah bisa dilirik mata, warna merah muda mencolok di tempatkan pada sebuah lingkaran di tengah-tengah taman, seperti menunjukkan
Wajah pemandu wisata sumringah menjelaskan betapa spesialnya mawar ini dapat tumbuh di Rumah Atsiri. Saya pribadi sempat penasaran,
ADVERTISEMENT
Tanpa menunggu lama, rasa penasaran saya terjawab, dan saya sangat kagum. Sebelum saya membeberkan mengapa mawar ini spesial, pemandu wisata memantik sebuah pertanyaan kepada kami,
Kami pun mengangguk setuju, karena jujur saja mawar ini dari kejauhan sudah memancarkan aroma semerbak. Tidak seperti mawar lokal, di mana kita harus melakukan usaha lebih untuk mendekat dan mencium aromanya. Saat itu saya berjarak kurang lebih 5 meter dari posisi mawar Bulgaria, aroma harum mawar sudah tercium hingga menembus masker saya. Semakin dekat semakin harum. Pemandu wisata memantik pertanyaan lagi kepada kami,
ADVERTISEMENT
Salah satu dari kami menjawab 5 tahun, namun pemandu wisata hanya tersenyum kecil. Apakah lebih lama dari itu? Nyatanya kami salah, sontak kami terkejut mendengar usia mawar ini setelah pemandu membeberkan jawaban kepada kami.
ADVERTISEMENT
Awalnya saya tidak percaya, bagaimana sebuah tumbuhan bisa hidup selama itu? Bahkan usia mawar ini melebihi usia saya sendiri. Ternyata mawar Bulgaria memiliki siklus berbunga selama 15 tahun sekali, cukup lama bukan? Dengan rentang waktu yang panjang, membuat mawar Bulgaria menjadi salah satu bahan baku ekstrak yang sangat mahal. Diperkirakan membutuhkan sekitar 4 ton kelopak bunga mawar Bulgaria untuk mendapatkan 1 kilogram minyak mawar Bulgaria. Sangat fantastis, kami sampai-sampai terdiam untuk per sekian detik. Pemandu kami juga mengatakan bahwa minyak mawar Bulgaria adalah essential oil termahal yang pernah terjual seharga 1,7 miliar rupiah di Prancis. Mendengar informasi yang begitu mengejutkan, kami dengan bangga mengakui bahwa mawar ini memang pantas untuk dijadikan ikon Rumah Atsiri.
ADVERTISEMENT
Betapa beruntungnya kami dapat melihat salah satu mawar termahal di dunia dengan kedua mata kami, indera penciuman kami juga terbekati karena bau semerbak mawar Bulgaria yang sangat harum. Saya masih ingat, mawar Bulgaria memiliki duri yang menukik lebih tajam dibandingkan dengan mawar lokal. Selagi itu, kami meninggalkan mawar Bulgaria dan mengakhiri tur kami.
Setelah tur berakhir, kami bebas leluasa menyusuri seisi Rumah Atsiri yang belum sempat kami tengok. Tidak hanya menyajikan bunga dan tumbuhan yang cantik, Rumah Atsiri menyediakan sebuah resto semi mewah dengan menu yang beragam. Sayangnya, saat itu kami mengurungkan niat untuk makan di resto tersebut, kami memilih untuk mengunjungi Museum Rumah Atsiri.
Semakin mendung dan hujan pun turun lumayan deras, kami memutuskan untuk mengakhiri perjalanan kami di Rumah Atsiri. Kami pulang melalui pintu keluar di sebelah utara bangunan ini, dengan alas bebatuan dan keramik, kami menapaki jalan yang lumayan menanjak. Agak berat hati meninggalkan Rumah Atsiri, rasanya saya masih ingin mengetahui sejauh mana wisata ini berdiri. Dengan berat hati, cuaca mendung dan hujan yang semakin deras serta kabut yang mulai turun menyelimuti, kami masuk ke dalam mobil. Tulisan “Rumah Atsiri Indonesia” semakin menjauh, cukup satu hal yang ingin saya ucapkan, “Terima kasih Rumah Atsiri dan mawar Bulgaria yang telah mengiringi perjalanan kami.”
ADVERTISEMENT