Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Warna Warni Mi Ayam Djoeragan: Hidden Gem Mi Ayam di Jogja
13 Desember 2021 20:17 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari LIA SEPTIANA DEWI tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Lahir dan besar di kota yang akrab dikenal sebagai “kota budaya” bahkan “kota pelajar” sekalipun, Jogja nyatanya juga dinobatkan sebagai “kota kuliner.” Pertama kali terbesit di dalam pikiran jika mendengar kata “kuliner” dan “Jogja” adalah makanan Gudeg. Tidak masalah, karena memang benar adanya itulah ikon kuliner dari kota kami.
ADVERTISEMENT
Walaupun hampir separuh hidup saya tinggal di kota ini, jujur saya sangat jarang menyambangi tempat-tempat kuliner yang terkenal. Salah satu persoalan yang membuat saya malas untuk mencicipi kuliner terkenal adalah antre yang lama. Lumayan klise memang, tapi terkadang saya terpikir di dalam benak saya,
Banyak kuliner populer yang merajai kota ini, tetapi yang terus berkembang, tetapi tidak semua jenis kuliner mengembangkan dirinya. Saya mengira kuliner jenis “mi ayam” di Jogja semakin menjamur.
Berujung dari itu, saya mencoba menjajaki mi ayam hidden gem di Jogja. Sebenarnya bukan persis di pusat kota tetapi agak menyerong ke selatan, tepatnya di Kabupaten Bantul. Sore itu rasanya saya ingin menyantap semangkuk mi ayam. Saya mengajak teman saya yang kebetulan ia masih merasa lapar. Seusai pulang kerja, kami pun bergegas untuk bersiap diri dan menuju lokasi mi ayam. Saya belum tahu lokasi pasti tujuan kami, intinya teman saya berkata kalau menurutnya mi ayam ini adalah terenak untuknya. Tentu saja saya sangat tertarik dan menyetujui hal tersebut. Saya juga tertantang untuk membuktikan kelezatan mi ayam ini.
ADVERTISEMENT
Setelah bersiap, kami melakukan perjalanan ke lokasi melewati ring road selatan Bantul. Cuaca sore lumayan panas, ditambah jalanan yang macet karena waktu untuk pulang kerja. Jam menunjukkan pukul 15:00 WIB, teman saya berkata sebentar lagi kami sampai. Sebenarnya tidak ada patokan arah menuju tempat ini, karena sudah tersedia di google maps.
Saya tidak menaruh ekspektasi banyak pada rumah makan ini. Bangunannya sangat sederhana, terletak di tengah-tengah kompleks perumahan warga. Dengan tembok batako yang belum selesai di cat, saya yakin unfinished building bukanlah konsep dari rumah makan ini. Kursi cokelat dan meja beralaskan plastik warna hijau menghiasi tempat ini.
Kami segera memesan hidangan karena perut kami sepertinya sudah merengek untuk diberi asupan. Banyak sekali menu ditawarkan di tempat ini. Salah satu menu yang menarik perhatian saya adalah mi ayam dengan berbagai warna. Warung makan ini menyediakan mi ayam cokelat yang di dalam adonannya diberi bubuk kokoa, lalu mi naga yang dicampur dengan cairan ekstrak buah naga, dan yang terakhir adalah mi hijau yang adonannya dicampur dengan sayur bayam. Lumayan lama menentukan menu, akhirnya pilihan saya jatuh kepada mi hijau dan pangsit rebus, sedangkan teman saya memilih mi original ceker dan pangsit goreng. Tak lupa, kami juga memesan beberapa minuman.
ADVERTISEMENT
Hidangan pun datang masih dalam keadaan berasap dan panas dengan pemandangan potongan ayam yang banyak. Mi hijau yang saya tunggu pun juga datang dan disusul dengan beberapa minuman yang kami pesan. Di dalam semangkuk mi terdiri dari ayam suwir selayaknya mi ayam pada umumnya, lalu yang utama tentu saja mi dengan bentuk sedikit gepeng dan tipis, pokcoy dan daun bawang. Saat dihidangkan, kuah dan mi disajikan terpisah dalam mangkuk yang berbeda, sehingga bisa diatur sesuai selera. Untuk tingkat kepedasan, Djoeragan Mi Ayam pedas menyediakan level 1-5. Tapi untuk kalian yang tidak suka pedas, saya menyarankan untuk memilih level 1 satu saja.
Soal rasa saya lumayan terkejut. Tidak menyangka rasa yang masuk ke dalam mulut di luar ekspektasi saya. Saya awalnya berpikir mungkin seperti mi ayam pada umumnya, tetapi saat menyantap suapan pertama, saya mempercayai perkataan teman saya, bahwa mi ayam ini benar-benar lezat! Apalagi ditambah dengan pangsit rebusnya yang sangat lembut dan tidak bau tepung sama sekali. Kuah yang menurut saya lumayan untuk disantap bersama mi yang sudah memiliki rasa yang sangat kuat. Tidak terlalu asin dan manis, sangat pas. Tekstur mi yang sedikit pipih namun kenyal membuat bumbu dapat meresap dengan baik. Ayam yang melimpah juga menjadi nilai plus dalam menambah cita rasa mi ayam ini.
ADVERTISEMENT
Tak hanya rasa yang lezat, menurut saya untuk semangkuk mi ayam dengan kuah terpisah dan pangsit rebus hanya berkisar 10 ribu rupiah saja. Sangat terjangkau dengan porsi dan ayam yang melimpah. Saya pun sangat puas, baik dari segi rasa dan harga.
Walaupun berlokasi di tempat yang cukup tersembunyi karena harus memasuki beberapa gang, dan berada pada kompleks perumahan.
Selebihnya karena penasaran, saya mencoba bertanya kepada pemilik dari Djoeragan Mi Ayam Pedas apa bahan yang dipakai untuk membuat mi yang pipih dan lezat. Beliau berkata bahwa ia menggunakan tepung khusus bermerek Naga Mas yang diyakini menjadi tepung terigu yang tepat untuk membuat mi pipih dan kenyal.
ADVERTISEMENT
Setelah bercengkrama dengan sang pemilik, kami pun pulang menuju ke parkiran motor.
Sayangnya, sang pemilik enggan membuka cabang dan berkata untuk saat ini hanya akan berlokasi di satu tempat, tepatnya di Jl. Letnan Jenderal Suprapto No. 86, Area Sawah, Kabupaten Bantul. Lokasi juga mudah ditemukan karena sudah tersedia di google maps. Tidak hanya itu, jika merasa malas untuk keluar, Djoeragan Mi Ayam Pedas juga sudah dapat dipesan via online. Jadi tunggu apa lagi?