5 Hal yang Perlu Dilakukan demi Meringankan Hati Teman Usai Melahirkan

Lia Toriana
Penulis lepas di tengah waktu luang demi menjaga kewarasan menjalani peran sebagai ibu dari tiga anak perempuan.
Konten dari Pengguna
21 Oktober 2019 18:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lia Toriana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Wajah ibu yang baru melahirkan. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Wajah ibu yang baru melahirkan. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Viral video Meghan Markle, 38 tahun, the Duchess of Sussex istri dari Pangeran Harry, yang baru saja diwawancarai oleh Tom Bradby. Dalam proyek tayangan dokumenter keluarga, Meghan mengungkapkan dengan rendah hati namun terasa sesak tentang bagaimana kesulitan yang dihadapinya sebagai seorang ibu baru. Pengalaman menjadi orang tua sekaligus istri diakui Meghan sebagai hadiah yang luar biasa.
ADVERTISEMENT
Namun seringkali publik tidak memahami apa yang sebenarnya terjadi di belakang layar. Perjuangan, kesusahan, sampai kelelahannya. Semua terlihat baik-baik saja dan bahagia, padahal ada kesakitan yang dilaluinya. Meghan mengungkapkan bahwa tidak banyak yang benar-benar menanyakan apakah dirinya baik-baik saja.
Meghan Markle tidak sendirian. Di sekitar kita terjadi: rentannya para ibu pasca-melahirkan yang mengalami baby blues bahkan sampai depresi.
Melahirkan seorang bayi adalah proses yang panjang dan melelahkan. Ada rangkaian kehamilan yang juga tidak sebentar. Pengalaman tersebut bisa lebih ringan dijalani saat sistem pendukung mumpuni dan apresiatif pada setiap orang tua, terutama ibu. Sebagai seorang ibu sekaligus kawan, saya berupaya memahami pengalaman setiap perempuan. Masing-masing unik dan tidak bisa disama-ratakan. Oleh karena itu, penting rasanya kita menunjukkan empati dan bukan sekadar basa-basi.
ADVERTISEMENT
Mari kita coba lima hal berikut yang bisa dilakukan untuk meringankan hati kawan usai melahirkan.
1. Tanyakan Kabarnya dan Apa yang Dia Butuhkan
Penampilan perdana Meghan Markle dan bayinya setelah melahirkan. Foto: Dominic Lipinski / POOL / AFP
Percayalah, 10 dari hadiah yang diberikan kepada kawan yang melahirkan 9 di antaranya untuk bayi yang baru dilahirkan. Padahal, ibu juga –bahkan sangat, butuh perhatian.
Ada kebutuhan-kebutuhan khas yang bisa kita tanyakan apa yang ingin kita bawakan. Sabar lah jika pertanyaanmu tidak langsung dijawab.
Ingat: kawanmu dalam kondisi nifas pasca-melahirkan, mungkin masih bingung saat harus belajar menyusui bayinya, belum lagi tuntutan ini-itu dari orang tua, mertua, saudara terdekat, sampai penyelesaian administrasi rumah sakit.
Banyak hal terjadi di waktu bersamaan, maka jadilah kawan yang baik dengan menunggunya siap merespon pesanmu.
ADVERTISEMENT
2. Tidak Perlu Ngebet Eksis sebagai Pengunjung Pertama Pasien Melahirkan
Melahirkan di rumah atau home birth. Foto: Shutter Stock
Semua untuk eksistensi, bukan untuk si kawan yang justru baru saja bertaruh nyawa melahirkan sosok bayi ke dunia. Kami yang baru melahirkan, sejujurnya, tidak begitu menaruh perhatian siapa yang paling pertama menjenguk, tapi justru siapa yang secara tulus meringankan hati usai perjuangan panjang persalinan.
Bahkan sebetulnya tidak begitu disarankan menjenguk ibu pasca-persalinan di rumah sakit, loh. Ya memang sih, kekinian memungkinkan segalanya. Termasuk menyewa make-up artist untuk memoles wajah yang kelelahan luar biasa agar bisa langsung disambut media sosial.
Tidak ada faedahnya, Fulgoso. Likes mungkin bertambah, tapi hampa, buat apa? Hargai waktu pemulihan ibu pasca-melahirkan. Kirim pesan selamat dan tanyakan pada kawanmu, kapan waktu yang membuatnya nyaman untuk dijenguk.
ADVERTISEMENT
3. Enyahkan Komentar Mengenai Fisik Si Bayi dan Si Ibu
Ilustrasi Bayi Prematur. Foto: Dok. Shutterstock
Adil penting sejak dalam pikiran. Sebagai bangsa yang siap maju, mulai enyahkan lah perlahan komentar-komentar body shaming yang begitu norak dan tidak menyenangkan itu.
Seperti: “Ya ampun, mukanya lebih mirip suami lo ya?”.
Sebagai informasi ya, itu komentar kita anggap biasa saja, tapi bisa sangat menganggu. Memang menurutmu itu anak mestinya mirip siapa? Benedict Cumberbatch?!
Komentar lain, “Ya ampun gemes banget sih pipinya tumpah kayak bakpau!”. Terdengar renyah ya komentar seperti itu? Hempaskan ya. Jangan diulang lagi. Itu kan pipi, bukan kuah bakso. Masa iya tumpah? Belum lagi kalau kamu merasa sudah seakrab itu dengan sahabatmu dan bisa “mengatai” mereka sesuka hati.
ADVERTISEMENT
“Ya ampun mak, sudah 3 bulan lahiran masih bengkak aja…”. Sungguh sebuah kedunguan.
4. Tidak Perlu Kepo dan Nyinyir soal Asupan Nutrisi Si Bayi
Ilustrasi bayi tidur dengan sleep apnea. Foto: Shutterstock
“ASI eksklusif kan ya?”, “penting loh ASI eksklusif. Gue yakin lo bisa. Terus pompa ya, jangan menyerah,”, “Wah, masa dikasih sufor? ASI lo enggak keluar? Enggak mungkin ah!”.
Dengarkan ya wahai handai taulan, tubuh perempuan sesungguhnya berbeda-beda satu dengan lainnya. Penting untuk kita tahu bersama bahwa ada faktor-faktor internal dan eksternal, genetis dan non-genetis seorang ibu bisa menyusui bayinya atau tidak.
Jika kita hanyalah orang yang baru bisa sampai komentar, janganlah tambahkan beban mereka harus memberi nutrisi apa kepada anak-anaknya. Sekali lagi, jangan ya.
ADVERTISEMENT
Mari kita perbicangkan hal-hal yang mungkin bisa mengurangi beban mereka. Caranya? Mesti heart-to-heart mendengarkan dan tidak mudah menghakimi pilihan-pilihan para ibu. Saat mereka nyaman dan percaya pada kita untuk mengurangi bebannya, maka mereka akan terbuka bercerita kok.
5. Jangan Paksa saat Mereka Belum Mau Berbagi dan Cerita
Ilustrasi bayi baru lahir. Foto: Shutterstock
Semua butuh waktu. Bisa hitungan minggu bahkan bulan sampai seorang ibu betul-betul pulih pasca-persalinan. Sebagai kawan yang baik, kita hanya perlu bersabar dan siaga sewaktu-waktu mereka membutuhkan.
Jangan terlalu cepat menyimpulkan bahwa mereka sudah menjadi ibu baru sehingga melupakan kita, kawan-kawannya. Sebaliknya, justru penting untuk tidak meninggalkan mereka sendirian. Mulai hari ini, coba kembali tanyakan hal sederhana tulus kepada kawan usai melahirkan, “Apakah kamu baik-baik saja? Beri tahu aku jika kamu membutuhkan sesuatu ya. Aku di sini.” []
ADVERTISEMENT