Konten dari Pengguna

Kejutan pada Akhir Cerita dalam Drama Satu Babak: Awal dan Mira

Lia Maelani
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan merupakan penulis di Novelme
27 Oktober 2021 16:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lia Maelani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sourch: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Sourch: Unsplash
ADVERTISEMENT
Kata “drama” sudah tidak asing lagi di telinga kita, bukan? Apalagi di telinga kaum pelajar atau mahasiswa. Dari SMP sampai SMA, drama selalu dibahas, karena termasuk dalam lingkup seni budaya. Kata “drama” memang sudah tidak asing lagi. Namun apakah semua orang tahu apa arti dari “drama”? Saya rasa, segelintir orang hanya tahu kata tanpa arti.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu, sebelum mengulas drama Awal dan Mira seperti pada judul, saya akan membahas sedikit mengenai arti dari drama. Drama adalah seni sastra yang ungkapannya diwujudkan melalui dialog di atas pentas. Kekuatan suara sangat diperlukan dalam drama. Drama yang dipentaskan bisa terdiri dari beberapa babak. Tergantung pada cerita yang ditulis oleh pengarang.
Salah satu drama yang menarik perhatian saya adalah drama yang berjudul Awal dan Mira karya Utuy Tatang Sontani, pengarang Angkatan 45. Drama ini merupakan drama yang terdiri dari satu babak. Penulisan naskah drama ini berbeda dengan drama lainnya. Naskah drama, biasanya ditulis dengan menuliskan deretan nama-nama tokoh beserta isi dialognya. Sedangkan Utuy Tatang Sontani, menulis naskah drama ini seperti bentuk cerita pendek.
ADVERTISEMENT
Saya sebagai pembaca, tidak merasa bosan membaca drama ini. Ada dua hal yang menjadikan drama Awal dan Mira ini tidak membosankan ketika dibaca:
1) Penulisan lakon
Seperti telah disinggung di atas bahwa penulisan lakon drama ini ditulis seperti bentuk cerita pendek. Ajip Rosidi mengemukakan bahwa alasan Utuy Tatang Sontani menulis bentuk lakon demikian karena keluhan dari pembaca. Pembaca merasa terganggu dengan deretan nama-nama tokoh yang disertai dengan dialognya. Penulis ingin menampilkan sebuah inovasi supaya pembaca merasa nyaman dengan karya yang ditulisnya. Kalau biasanya penulisan naskah drama diiringi dengan petunjuk-petunjuk lakon bagi pelaku cerita yang dalam dialog ditulis menggunakan tanda kurung, drama Awal dan Mira ini tidak.
2) Kejutan di Akhir Cerita
ADVERTISEMENT
Latar waktu dalam drama ini ialah tahun 1950-an. Kedai kopi milik Mira adalah latar tempat yang digunakan dalam drama ini. Mira merupakan sosok perempuan yang sangat cantik. Para laki-laki sangat senang berkunjung ke kedainya. Minum kopi adalah alasan kedua mereka. Alasan utamanya ialah untuk melihat keelokan Mira. Ada satu keunikan yang terkandung dalam drama ini, yaitu tokoh Mira yang tidak mau lepas dari balik rak dagangan di kedainya. Sehingga rak itu menghalangi badan Mira.
Ada satu laki-laki bernama Awal. Awal merupakan seorang idealis yang menjadi korban dampak sosial pada masa awal kemerdekaan. Perilakunya aneh. Orang-orang sering menertawakan perilaku Awal tersebut. Ia sangat tergila-gila pada Mira. Awal kerap kali datang ke kedai itu untuk bertemu Mira. Tapi Mira selalu menolak cinta Awal. Hingga suatu malam, Awal datang ke kedai itu dan ingin membawa Mira pergi dari sana. Awal mengatakan bahwa perempuan seperti Mira-lah yang selama ini dicarinya. Kepercayaannya pada orang lain telah hilang, hanya pada Mira kepercayaan itu ada. Awal memaksa Mira untuk keluar dari kedai itu. Mira menolak. Tapi Awal terus memaksa. Kedai itu ia hancurkan hingga tangannya berdarah. Mira kemudian berjalan keluar kedai dengan bantuan kruk pada kedua ketiaknya. Awal kaget melihat kaki Mira buntung.
ADVERTISEMENT
Itulah alasan Mira mengapa selama ini tidak ingin keluar dari balik rak dagangan kedai itu ketika ada orang-orang. Ia merasa tidak percaya diri dengan keadaannya. Kakinya buntung akibat peperangan. Selama ini, Mira merupakan sebuah teka-teki. Bagian atas cantik, dan bagian bawah buntung.
Saya sebagai pembaca, merasa kaget ketika pada akhir cerita dijelaskan bahwa tokoh utama yang mempunyai paras cantik yang selalu dipuji setiap laki-laki yang melihatnya itu ternyata memiliki kekurangan. Dari awal cerita tidak ada tanda-tanda sedikit pun jika tokoh Mira itu tidak mempunya kaki. Namun ketika akhir cerita, semuanya dibongkar. Saya rasa, bukan hanya saya yang terkejut. Melainkan pembaca lain juga merasakan hal yang sama. Penulis berhasil membuat kejutan di akhir cerita ini.
ADVERTISEMENT
Sumber:
Riantiarno, N. KITAB TEATER Tanya Jawab Seputar Seni pertunjukan. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. 2011.
Sontani, Utuy Tatang. Awal dan Mira: Drama Satu Babak. Bandung: Pustaka Jaya. 2014.