Konten dari Pengguna

Suluk Sembah Puji: Makna Keesaan Allah SWT

Lia Maelani
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan merupakan penulis di Novelme
25 Oktober 2022 22:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lia Maelani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sumber: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Shutterstock
Suluk dalam istilah tasawuf berarti cara atau jalan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Bisa pula diartikan sebagai cara memperoleh makrifat. Orang yang sedang mendekatkan diri kepada Allah SWT (melakukan suluk) disebut salik.
ADVERTISEMENT
Aktivitas suluk sangat erat kaitannya dengan tarekat. Definisi tarekat hampir sama dengan suluk, yakni cara atau jalan. Pada umumnya, orang yang melakukan suluk adalah orang yang mengikuti tarekat tertentu (Mujieb, 2009).
Dalam karya sastra, suluk termasuk pada salah satu jenis sastra Jawa pesisir, sekaligus hasil budaya masyarakat pesisir. Kandungan dalam sastra suluk ialah ajaran-ajaran keislaman, seperti kerohanian tasawuf yang berupa keyakinan, sikap, dan tata cara hidup yang sesuai dengan ajaran agama Islam dalam rangka mendekatkan diri sedekat-dekatnya kepada Allah SWT.
Pada masa penyebaran agama Islam di Jawa, sastra suluk dijadikan sebagai salah satu alat untuk menyebarkan agama Islam karena masyarakat Jawa pada saat itu sangat menggemari suluk.
Sistem estetika dalam sastra suluk yang memanfaatkan simbol dan bentuk-bentuk alegoris untuk mendekati manifestasi ketuhanan menjadi penyebab karya sastra ini digemari masyarakat.
ADVERTISEMENT
Menurut para sejarawan, pendekatan sufisme atau mistis memegang peran kunci dalam penyebaran Islam masa awal di Indonesia. Adapun menurut Pigeaud, Gresik, Tuban, Sedayu, Surabaya, Demak, dan Jepara adalah kota-kota pesisir yang berperan penting dalam penulisan kitab agama dan karya sastra (Machsum, 2019).
Suluk Sembah Puji merupakan suluk yang berisi tentang penyembahan dan pujian kepada Tuhan pemilik alam semesta, Allah SWT. Dalam suluk ini dijelaskan tentang larangan menyembah kepada selain Allah SWT karena Allah SWT adalah satu-satunya Tuhan yang berhak disembah, sebagaimana dijelaskan dalam beberapa bait Suluk Sembah Puji berikut:
"Tawang towang pujinipun, angar aja nembah muji, yen tan katur maring Allah, sumantana tan wring dhiri, kawula pan nara gadhah, mapan kapurba ing gusti." (Bait kedua Suluk Sembah Puji)
ADVERTISEMENT
Bait tersebut menjelaskan tentang larangan menyembah dan memuji kepada selain Allah SWT. Segala hal yang dimiliki manusia adalah milik Allah SWT dan tentulah Allah SWT yang menguasai itu semua. Manusia yang menyembah kepada selain Allah SWT, dianggap sebagai makhluk yang lancang dan tidak tahu diri.
"Lan kawisesa sireki, weruha lakuning puji, ya kang sembah lan sinambah, iya sapa kang duweni, puji pan pujining Allah, kawula tan darbe puji." (Bait ketiga Suluk Sembah Puji)
Bait tersebut menjelaskan bahwa diri manusia dikuasai oleh Allah SWT. Manusia adalah penyembah dan Allah-lah yang disembah. Segala puji adalah milik Allah SWT. Maka dari itu, manusia adalah pemuji dan Allah SWT adalah yang dipuji.
"Urip tandhane nyaweku, pan urip-uripe pribadi, uripen tan kena pejah, beda lan uriping dasih, uripe kalawan nyawa, kang tiba ing kawuleki." (Bait keenam Suluk Sembah Puji)
ADVERTISEMENT
Bait tersebut menjelaskan bahwa Allah SWT itu Maha Hidup. Allah SWT tidak akan pernah mati. Berbeda dengan manusia yang bisa hidup karena nyawa yang Allah SWT berikan.
"Endi urip jatiningipun, kauripan tri prakawis, den becik tarimanira, angel jinenging urip, tegese kangtri prakara, maripate imam Tokid." (Bait kedelapan Suluk Sembah Puji)
Bait tersebut menjelaskan tentang tiga perkara di dalam kehidupan, yakni makrifat, iman, dan tauhid. Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT harus menyerahkan dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Manusia juga harus percaya, yakin, dan meneguhkan hati kepada yang telah menciptakannya bahwa Allah SWT adalah satu-satunya Tuhan yang berhak disembah.
"Dene salamet ing kawruh, tegese kang iman tokid, tegese wus nyata tunggal, tunggal kawula gusti, apan jenenging kawula, sajati jatining sepi." (Bait kesepuluh Suluk Sembah Puji)
ADVERTISEMENT
Bait tersebut menjelaskan tentang orang yang percaya dan yakin bahwa Allah SWT adalah satu-satunya Tuhan yang berhak disembah, maka akan selamat.
"Mantep jeneng kawuleki, tegese paranimeki, tanpa wujud tanpa salah, lir larah aneng jaladri, amuji lawan anembah, denira pasrah kang becik." (Bait keempat belas Suluk Sembah Puji)
Bait tersebut menjelaskan bahwa manusia harus memasrahkan diri di hadapan Allah SWT dengan segala puji dan sembah.
Berdasarkan analisis beberapa bait yang mengandung makna keesaan Allah SWT tersebut, maka dapat dikatakan bahwa tujuan dari ditulisnya Suluk Sembah Puji adalah untuk menjelaskan bahwa Allah SWT adalah satu-satunya Tuhan yang berhak disembah. Allah SWT menciptakan manusia semata-mata untuk beribadah (menyembah) kepada-Nya.
Allah SWT berkuasa atas alam semesta dan segala isinya, termasuk manusia. Nyawa, kekayaan, kecerdasan, keelokan rupa, dan segala hal yang dimiliki manusia adalah atas kehendak Allah SWT.
ADVERTISEMENT
Apakah pantas apabila manusia sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT tetapi tidak menyembah dan memuji kepada-Nya? Dalam Suluk Sembah Puji pun dijelaskan bahwa manusia dianggap lancang dan tidak tahu diri apabila menyembah kepada selain Allah SWT.
Sumber Referensi
Machsum, Toha. 2009. “Sastra Suluk Jawa Pesisiran: Membaca Lokalitas dalam Keindonesiaan.” Jurnal Mabasan. Vol. 3. No. 2.
Mujieb, M. Abdul. 2009. Ensiklopedia Tasawuf Imam Al-Ghazali. Jakarta: PT Mizan Publika.