Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Cerpen: Karena Mudita
14 Juni 2023 16:32 WIB
Tulisan dari Lian Wlnsr tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sinopsis
Dara adalah seorang gadis yang di paksa dewasa oleh keadaan dan harus memenuhi semua ekspektasi orang kepadanya, ia seringkali menangis dan berkali-kali ia berniat untuk mengakhiri hidupnya. Namun, Dara memiliki beberapa keinginan yang membuatnya terus kuat dan bertahan hidup. Sejak datangnya sosok laki-laki dalam hidupnya, Dara mulai kembali tertawa lepas dan perlahan keinginanannya mulai terwujud. Namun sayang, sosok laki-laki yang ia anggap rumah tempat ia pulang ternyata sudah mempunyai seorang wanita. Akankah Dara tetap bertahan?
ADVERTISEMENT
MUDITA
Namaku Dara Agnesia, orang-orang sering menyebutku gadis yang cengeng dan tidak bisa dibanggakan. Aku suka sekali menulis, apalagi di alam bebas. Karena bagiku menulis adalah salah satu caraku untuk menyampaikan segala rasa yang banyak aku pendam. Melihat orang-orang bahagia adalah salah satu kebahagiaanku juga, dan satu ketakutanku yakni membuat mereka kecewa.
Sore itu Dara sedang duduk di taman sambil memandangi langit senja, sambil merenung, dari kejauhan ia melihat ramainya orang yang saling melontarkan canda tawa, Dara pun tersenyum sambil menulis di dalam diarynya.
“Huft, 2022 adalah tahun terberatku, Tuhan andaikan aku bisa kembali kemasa lalu. Walaupun aku terus merasa sakit tapi aku bisa melihat kebahagiaan dari orang-orang terdekatku”.
Tanpa sadar air mata pun menetes ke pipinya, Dara langsung mengambil tisu, mengelap air matanya dan langsung meninggalkan tempat itu karena ia tak sanggup lagi menahan sedih yang ia rasakan. Karena terburu-buru tidak sengaja ia melupakan buku diarynya, buku itu tertinggal di bangku taman. Tak lama setelah Dara pergi datang segerombolan laki-laki datang ke tempat yang sama, ketika ingin duduk salah satu dari mereka tidak sengaja melihat buku itu.
ADVERTISEMENT
“Eh eh eh ada buku cantik nih guys!!”. Ujar Yusran sambil mengambil bukunya.
“Haa! buku apaan woi? jangan main asal ambil aja lo, itu punya orang”. Balas Fandi.
“Yee yaudah sih baca doang kali”. Ujar Yusran sambil membuka lembar-perlembar buku itu.
“Apa sih kalian ribut aja sini mana gua aja yang liat”. Ujar Bara langsung merampas buku itu.
“Kurang ajar main asal rampas aja, dasar batu bara”. Ujar Yusran.
Bara pun membaca satu persatu-lembaran pada buku itu, sampai dimana ia melihat suatu tulisan yang membuat hatinya benar-benar tersentuh dan ia merasa khawatir dengan si pemilik buku tersebut. Bara mencari-cari nama pemilik serta alamat pemilik dari buku diary itu. Ketika menemukannya Bara pun langsung bergegas dan berpamitan pergi kepada teman-temannya.
ADVERTISEMENT
“Eh guys, sorry nih ya gua duluan. Ada urusan urgent-urgent”. Ujar Bara.
“Loh loh loh gak sopan batu bara ini! baru aja kita duduk mau kemana lo?”. Ujar Yusran.
“Biasa Bara mah, dikit-dikit pasti ada tugas Negara”. Balas Fandi sambil cekikikkan.
Bara geleng-geleng kepala atas kelakuan teman-temannya, ia pun bergegas pergi untuk menemui pemilik dari buku diary tersebut. Melihat buku itu sangatlah penting bagi pemiliknya, Bara mengambil handphone dan menelfon nomor yang tertera didalam buku tersebut.
“Duh angkat donggg!! lama banget sih, pokoknya buku ini harus segera ku kembalikan”. Ujar Bara dalam hati.
Tak lama telfon pun diangkat dan terdengar suara perempuan yang halus, membuat hati Bara langsung berdebar sangat kencang.
ADVERTISEMENT
“Halo ini siapa ya?”. Ujar Dara.
“Eh.. Haii.. Sepertinya kamu meninggalkan sesuatu yang penting deh”.Ujar Bara.
“Sesuatu yang penting? apa ya, ah bukuku? dimana bukunya sekarang? kamu gak baca kan?” Ujar Dara Khawatir.
“Eh tenang-tenang bukunya ada kok, tapi maaf ya, sebenernya saya tidak sengaja sudah baca beberapa. Saya sangat faham buku ini sangat berharga buat kamu, makannya saya berniat untuk segera mengembalikan.”. Ujar Bara
Dara merasa terharu, ia rasa jarang sekali ada orang yang perduli akan hal sekecil ini, ia terdiam dan berbicara didalam hati.
“Suaranya.. mengapa sangat menenangkan hati, mungkin banyak orang yang tidak perduli dan banyak meremehkan tulisan dalam diaryku ini, tapi dia satu-satunya orang yang tau betapa berharganya buku itu bagi diriku. Seandainya semua orang terdekatku seperti itu, mungkin aku tidak akan merasakan sesakit ini”. Ujar Dara dalam hati. Tanpa Dara sadari Bara memanggil-manggil dirinya.
ADVERTISEMENT
“Halo, hai kok diam? kenapa? saya salah ya, maaf yaa,, hei hallo”.Ujar Bara dari telfon.
“Eh iya maaf, gak kok gapapa..”. Ujar Dara kaget.
“Iya gapapa kok, jadi bagaimana? hm gini saja, besok aku tunggu kamu di taman yaa”. Ujar Bara.
“Oh baik, terima kasih ya”. Ujar Dara
Keesokan harinya Dara datang kembali ke taman itu, ia menunggu laki-laki itu untuk mengembalikan buku diary miliknya. Jam pun sudah menunjukan pukul 17.00 WIB, tapi laki-laki itu tak kunjung datang, Dara merasa khawatir dan merasa di bohongi, ia pun memutuskan untuk pulang.
“Hmm kemana ya dia, apa masih lama? yaudah deh pulang aja”. Tutur Dara dengan perasaan kecewa.
Ketika Dara berdiri dan ingin meninggalkan tempat, tiba-tiba pundaknya di tepuk oleh seorang laki-laki, Dara pun seketika kaget.
ADVERTISEMENT
“Haii, sudah lama nunggu ya, maaf ya aku telat”. Ujar Bara.
“Eh hai, iya gapapa kok. Aku kira kamu gak datang”. Ujar Dara.
“Buku ini sangat berharga buat kamu, mana mungkin aku tidak datang, oh iya namaku Bara”. Ujar Bara sambil menyodorkan tangannya. Dara pun menyodorkan kembali tangannya dan berkenalan. Lalu Dara pun terdiam dan berkata dalam hati.
“Hari ini akhirnya aku mengenalnya, sifatnya ternyata sama hangat nya seperti kemarin. Tuhan aku berharap dia bisa menjadi seseorang yang selalu menemaniku”. Ujar Dara dalam hati.
Bara ikut tersenyum dan kagum karena melihat Dara yang cantik, serta masih terbayang tulisan dalam buku diarynya yang menunjukan betapa setia, dan lembutnya hati Dara. Tak lama tukang es cream pun lewat mengagetkan keduanya. *TETOT TETOT* Bel es cream berbunyi.
ADVERTISEMENT
“Ehh maaf-maaf yaa”. Ujar Dara kaget.
“Hehehe iya gapapa kok, oh iya tunggu sebentar ya”. Ujar Bara
Bara pun memanggil tukang es cream. Ia membeli 2 es cream rasa coklat dan stoberi. Setelah membeli Bara kembali dan mengasih es creamnya ke Dara.
“Tada! nih satu es cream stoberi buat kamu, dan ini buatku. Oh iya dan ini bukunya, lain kali kamu simpan baik-baik ya. Jangan sampai ketinggalan lagi”. Ujar Bara
“Wah, iya makasih ya, sudah mau menyimpannya untukku”. Ujar Dara.
“Iyaa Daraa.. sama-sama. Aku tau kan namamu hehe”. Ujar Bara sambil tertawa.
Mereka pun makan es cream bersama sambil bercanda, dan tertawa lepas. Tak lama Dara terdiam, Bara yang melihat hal itu seketika bertanya.
ADVERTISEMENT
“Hmm.. Dar, kenapa diam?”. Ujar Bara bingung.
“Sebenarnya gak ada apa-apa, aku hanya pingin diam aja”. Ujar Dara berkaca-kaca.
“Jangan bohong, jangan sungkan ya, kalo kamu butuh tempat cerita cerita aja, ada aku Dara”. Mendengar hal itu Dara pun langsung meneteskan air matanya dan berkata.
“Kamu tau isi bukuku kan, menurutmu kenapa Tuhan kasih aku waktu yang begitu lama dengan situasi seperti ini?”. Ujar Dara sambil mengelap air mata nya. Bara tersentuh dan berusaha menenangkan Dara.
“Dara.. Manusia itu gak ada yang sempurna, semua lahir dengan takdir baiknya. Kamu juga harus tau bahwa Tuhan telah menuliskan skenario terbaik bagi kamu, kamu gak boleh menyerah kamu harus tetap semangat bagaimanapun kondisinya”. Ujar Bara
ADVERTISEMENT
“Hmm.. iya sih mungkin kamu juga merupakan salah satu skenarionya”. Ujar Dara tersenyum.
Bara pun ikut tersenyum, dan membantu mengelap air mata Dara, tidak lama telfon pun berbunyi, ternyata Bara, ia mendapat telfon dan langsung bergegas pamitan kepada Dara.
“Aku pamitan duluan ya Dar, senang bisa berkenalan sama kamu Dara. Oh iya, nanti ketika kita bertemu kembali akan ku ceritakan sesuatu yang membuatku bahagia juga ya. Sampai ketemu lagi anak baik, tetap semangat ya”. Ujar Bara.
“Ohh iya Bara, terima kasih banyak, senang juga bisa berkenalan sama kamu”. Ujar Dara. Ia senang, perlahan semangatnya mulai tumbuh dan ia berharap bisa bertemu lagi dengan Bara.
Keesokan harinya Dara datang kembali bertemu dengan Bara, mereka menghabiskan setengah hari di taman itu, dan lagi-lagi Bara selalu membuat Dara merasa bahagia dengan segala tingkah lakunya. Kali ini dara tidak merasa sendirian lagi, ia seperti mempunyai seseorang yang dapat ia jadikan rumah, ia merasa sangat bersyukur karena dapat mengenal sosok Bara yang merubah banyak hal dalam dirinya. Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, merekapun saling berpamitan dan pulang kerumah masing-masing.
ADVERTISEMENT
Hari telah berganti, sudah tiga minggu lamanya mereka tidak bertemu, tidak ada kabar yang terdengar dari Bara. Bahkan Notif pesannya pun tidak ada. Perasaan Dara pun campur aduk ia khawatir, kebingungan dan merasa sedih karena ia tidak mau kehilangan sosok Bara yang sekarang sangat berarti bagi hidupnya. Dara mengunjungi Taman tempat biasa mereka bertemu, ia kembali melihat sekitar dan tersenyum. Sambil mengeluarkan buku diary nya, ia menulis pesan rindu.
“Merindukanmu itu seperti hujan yang selalu datang tiba-tiba dan bertahan sangat lama. Bahkan setelah hujan reda, rindu ini masih terasa. Mungkin aku hanya perlu bersabar dan percaya bahwa semua rasa rinduku akan terbalas nanti ketika kita bertemu”.
Tak sadar air mata jatuh membasahi pipinya, Dara langsung menghapus air matanya dan pergi meninggalkan tempat itu. Dara masih berharap bahwa ia akan segera bertemu kembali dengan bara. Tak di sangka keinginan Dara terkabul begitu saja, ia berpas-pasan dengan Bara, tapi sayangnya Bara sedang bersama seorang wanita, Dara pun menyapa dan bertanya.
ADVERTISEMENT
“Eh Hai Bara..”. Ujar Dara dengan nada gemetar dan berkaca-kaca.
“Oh Hai Dara, apa kabar? Gimana kamu masih semangat kan? Oh iya sayang, ini Dara teman baru ku yang aku ceritain waktu itu”. Ujar Bara.
“Hai, ohh ini Dara, hai Dara aku Yola, Bara sering cerita tentangmu loh, ternyata kamu hebat ya Dara kamu kuat”. Ujar Yola.
“Dar, ini yang waktu itu aku mau ceritain ke kamu. Dialah sesuatu yang membuatku bahagia, mumpung ada kamu juga gimana kalo kita makan es cream bareng?”. Ujar Bara sambil merangkul Yola.
“Mmm ini.. wah iya Bar, langgeng-langgeng ya kalian, oh iya tapi maaf ya Bar, aku gak bisa nih, aku buru-buru sampai nanti”. Ujar Dara.
ADVERTISEMENT
“Loh dar buru-buru, okey deh gapapa see u”.Ujar Bara.
Dara langsung bergegas meninggalkan mereka, matanya berkaca-kaca, tangannya gemetar, hatinya sangat sakit. Ia sudah tak tahan lagi dengan apa yang baru saja ia hadapi. Ia duduk di sebuah bangku di taman dan menangis. Ia merasa dunia tidak adil kepadanya, dengan air mata yang masih terus saja menetes membasahi pipinya, Dara pun mengeluarkan buku diary milik nya dan kembali menulis didalamnya.
“Tuhan.. akhirnya aku kembali melihatnya, dia seseorang yang aku tunggu-tunggu kehadirannya. Namun aku salah besar, aku salah mengartikan maksudnya kepadaku. Tapi tak mengapa Tuhan, walau lagi dan lagi aku kembali merasakan sakit. Aku ikut senang melihatnya bahagia.. Mungkin aku sedikit tak menyangka bahwa endingnya akan seperti ini, terlepas dari itu aku sangat beruntung bisa mengenalmu. Aku sayang kamu Bara”.
ADVERTISEMENT
Dara menghapus air matanya, segera menutup bukunya dan kembali kerumah. Selepas hari itu Dara menjalankan hari-harinya seperti biasa dan selalu ingat pesan Bara “Tetap semangat, jangan menyerah. Karena kamu berharga”.