Belajar Tidak Korupsi dari Film Teka Teki Tika

Lida Noor Meitania
Pranata Humas, ASN, di Kementerian Komunikasi dan Informatika
Konten dari Pengguna
10 Mei 2022 15:19 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lida Noor Meitania tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Salah satu adegan kumpul keluarga Budiman pada film Teka Teki Tika. Foto: Tangkapan Layar Youtube.com
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu adegan kumpul keluarga Budiman pada film Teka Teki Tika. Foto: Tangkapan Layar Youtube.com
ADVERTISEMENT
Budiman (diperankan Ferry Salim) adalah pengusaha kaya raya yang bisnisnya nyaris bangkrut. Pengajuan restrukturisasi utangnya tidak diterima bank. Tidak ada pilihan lain selain membayar cicilan atau menjual aset rumah tinggalnya yang mewah.
ADVERTISEMENT
Modal perusahaannya diperoleh dari bapak mertuanya, yang terus mendesak untuk membereskan masalah tersebut. Satu-satunya harapan adalah proyek Bupati yang baru saja deal.
Namun, kedua orang anaknya yang turut menjalankan usaha keluarga ini juga tidak akur. Arnold (diperankan Dion Wiyoko) dianggap terlalu kaku, sedangkan Andre (diperankan Morgan Oey) dinilai terlalu boros dan hedon saat melobi Bupati. Suap dilakukan Budiman untuk melancarkan bisnis mereka.
Di saat kumpul keluarga di rumah mewahnya, datang perempuan muda tidak dikenal yang mengaku sebagai anak Budiman. Ia bernama Tika (Sheila Dara Aisha). Tika lah yang mengungkit rahasia terpendam keluarga Budiman.
Tika Siap Membongkar Rahasia Keluarga Budiman, pada film Teka Teki Tika. Foto: Tangkapan Layar Youtube.com
Namun, konflik tidak hanya pada tuduhan Budiman selingkuh 20 tahun lalu. Kisah tragis lainnya juga diungkap Tika yang men-trigger Budiman untuk menceritakan kisah sesungguhnya.
ADVERTISEMENT
Dua puluh tahun lalu, anak laki-laki sopirnya Budiman dan Mbak Sri (asisten rumah tangga keluarga Budiman) meninggal dunia akibat jembatan roboh. Jembatan itu merupakan proyek pemerintah daerah yang sarat korupsi. Suami Mbak Sri ini sangat menyesali kejadian tersebut dan benci bekerja dengan keluarga Budiman yang gemar menyuap pejabat daerah.
Itu kisah di film Teka Teki Tika, yang baru saya tonton di Disney+. Aktivitas saya selama libur lebaran memang tidak pernah mudik. Menurut Ernest Prakasa, sutradara film drama keluarga ini memang terinspirasi dari kasus korupsi bantuan sosial penanganan Covid-19 yang menjerat Menteri Sosial Juliari Batubara (kumparan.com, 2021).
Iseng saya nonton streaming di rumah aja, meskipun film ini sudah tayang sejak 23 Desember 2022 di bioskop. Nonton di rumah lebih murah dan praktis. Gak repot-repot nyari teman buat nonton bareng. Sering kali beda genre film yang kita sukai. Saya memang gak suka nonton film Indonesia di bioskop karena harganya sama aja dengan film hollywood kan mendingan saya nonton film luar aja.
Konferensi pers film Teka Teki Tika. Foto: Alexander Vito/kumparan
Lho eh ternyata film Teka Teki Tika ini koq bagus ya. Salah satu moral stroy-nya adalah jangan lakukan KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme) karena merugikan masyarakat bahkan kematian anak kecil yang tidak berdosa.
ADVERTISEMENT
Bukan khayalan di film, KKN memang merugikan.
Korupsi diibaratkan oleh Wakil Presiden K.H. M'ruf Amin bagaikan karat yang menggerogoti besi-besi pembangunan. Bahkan, hasil riset para ekonom dari berbagai instansi menyebutkan pada rentang waktu 2001 hingga 2015, kerugian negara akibat korupsi mencapai lebih dari 200 triliun rupiah. Menurutnya, proyeksi kerugian korupsi secara keseluruhan minimal berada pada kisaran 2,5 kali dari angka kerugian awal (Kominfo.go.id, 2021).
Menurut Ketua KPK Firli Bahuri, penyebab korupsi selain karena sifat manusia serakah, karena tingginya biaya politik ketika mencalonkan diri menjadi pemimpin daerah. Biaya ini diperoleh calon kepala daerah dari donatur atau sponsor. Hasil penelitian KPK tahun 2017 mengungkap ada sebanyak 83,3% biaya pencalonan kepala daerah dari sponsor. Bahkan biaya ini lebih besar daripada harta yang dimiliki calon kepala daerah (Kpk.go.id, 2022).
ADVERTISEMENT
Kepala daerah merasa berhutang budi sehingga menimbulkan konflik kepentingan. Tentunya ada harapan dari donasi yang diberikan oleh sponsor seperti antara lain kemudahan perizinan, tender proyek, keamanan bisnis, akses menentukan kebijakan daerah, hingga akses agar kolega bisa menjabat di pemerintahan.
Utang politik itu akan dikembalikan dengan mencarikan proyek dan diberikan ke donatur. Menurut KPK, salah satu modus korupsi adalah ikut menentukan dalam pelaksanaan perizinan dengan pemerasan.
Salah satu adegan di film Teka Teki Tika adalah ketika Bupati menelepon Budiman meminta hadiah ulang tahun istrinya sepasang sepatu bermerek dengan nilai Rp15juta.
Film ini tidak memberikan solusi untuk mencegah korupsi, karena ini memang bukan film edukasi KPK. Namun, setidaknya menginspirasi penonton untuk tidak membiarkan atau menormalkan perilaku korupsi. Semoga para penegak hukum pun masih sanggup bersikap adil.
ADVERTISEMENT