Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Jurus Perempuan Cantik Kebal Hoaks
30 April 2022 16:17 WIB
Tulisan dari Lida Noor Meitania tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pengguna internet perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Siapa bilang perempuan selalu ketinggalan? Berdasarkan Survei Indeks Literasi Digital Nasional 2021, sebanyak 56,6% dari 10.000 responden adalah perempuan pengguna internet. Sebagian di antaranya telah memiliki kecakapan bermedia digital yang tinggi. Sebanyak 51,6%-nya memiliki digital skills tinggi, 61,4% digital ethics tinggi, 47,9% digital safety tinggi, dan 62,3% digital culture tinggi.
ADVERTISEMENT
Pentingnya literasi digital pada perempuan tidak hanya untuk melindungi dirinya sendiri, namun juga untuk melindungi anak, orang tua, keluarga, bahkan lingkungannya. Apalagi sampai dengan sekarang kita telah dua tahun lebih mengalami haru biru pandemi Covid-19 mulai dari panic buying masker dan susu beruang, kelangkaan oksigen, bahkan kematian keluarga dan rekan kerja.
Vaksinasi Covid-19 pada Anak
Kawan sesama ASN di Kementerian Komunikasi dan Informatika, sebut saja RA (37), tidak khawatir dengan hoaks vaksin Covid-19 yang beredar. Ia telah menyaring informasi dari sumber yang valid. Setelah izin vaksin Covid-19 untuk anak keluar dan mempertimbangkan saran serta anjuran dari para dokter, ahli, dan pemerintah, ia pun mendaftarkan putrinya yang berusia enam tahun mengikuti vaksinasi Covid-19 di sekolah.
ADVERTISEMENT
Vaksinasi Covid-19 telah dimulai tahun lalu. Sampai 30 April 2022, telah ada 18,90% orang yang mendapatkan vaksinasi booster (Vaksin.kemkes.go.id, 2022). Vaksinasi Covid-19 untuk anak usia 12-17 dan usia 6-11 tahun pun telah dilakukan. Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate meminta intensifikasi pelaksanaan vaksinasi Covid-19 untuk anak usia 6-11 tahun, seiring penambahan jumlah anak yang menderita Covid-19. Menkominfo berharap orang tua ikut berperan dalam mendorong putra-putri mereka segera berpartisipasi melakukan vaksinasi sebagai langkah perlindungan dalam melawan Covid-19 (Infopublik.id, 2022).
Mengutip data Kementerian Kesehatan per 30 April 2022, capaian vaksinasi anak usia 6-11 tahun untuk dosis pertama baru 78,03% atau 26,4 juta anak. Sedangkan dosis kedua berada pada kisaran angka 62,89% atau 16,60 juta anak, dosis ketiga ada 0,01% atau 2,13 ribu anak. Pemerintah menargetkan 26,4 juta anak usia 6-11 tahun akan mendapatkan vaksinasi Covid-19. Sedangkan capaian vaksinasi anak usia 12-17 tahun untuk dosis pertama baru 94,35% atau 25,19 juta anak. Sedangkan dosis kedua berada pada kisaran angka 81,12% atau 21,66 juta anak, dosis ketiga ada 1,65% atau 440,81 ribu anak. Pemerintah menargetkan 26,7 juta anak usia 12-17 tahun akan mendapatkan vaksinasi Covid-19 (Vaksin.kemkes.go.id).
ADVERTISEMENT
Berantas Hoaks
Hoaks yang masih terus menyebar menjadi kendala penanganan Covid-19 di Indonesia, sehingga harus terus dilawan dan ditangkal bersama, pesan Menkominfo. Penanganan sebaran isu hoaks Covid-19 periode 23 Januari 2020 sampai dengan 30 April 2022 yang dilakukan Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) menunjukkan ada 2.178 temuan isu hoaks Covid-19 yang beredar di masyarakat. Pengajuan takedown sebaran hoaks Covid-19 terbanyak ditemukan di media sosial Facebook sebanyak 5.152, Twitter 578, Youtube 55, Instagram 52, dan Tik Tok 42 (Kominfo.go.id, 2022).
Perempuan tidak hanya menjadi korban hoaks tapi juga menjadi penyebar hoaks. Maret 2020, SFH (27), seorang perempuan dari Bondowoso, ditangkap polisi karena menyebarkan video iring-iringan mobil petugas dan ambulans keluar dari terminal diberi narasi yang menyesatkan seolah-olah petugas tengah mengevakuasi TKW yang terjangkit corona. Postingan yang tersebar di media sosial dan grup WhatsApp tersebut sudah meresahkan warga. Faktanya, video yang berdurasi 47 detik itu merupakan kegiatan sosialisasi, pengecekan kesehatan, dan kerja bakti dalam rangka antisipasi Covid-19 (Kompas.com, 2020).
ADVERTISEMENT
Seorang dokter yang mengklaim tidak percaya Covid-19, Lois Owien, ditangkap polisi meskipun ia akhirnya tidak ditahan, Juli 2021. Menurut perempuan ini, kematian banyak orang bukan akibat virus lantaran adanya interaksi antarobat. Bahkan ia menambah kegaduhan di media sosial karena menyerang dokter lain dengan tuduhan hoaks (Detik.com, 2021).
Akibat percaya hoaks mengenai dampak buruk vaksin Covid-19, sebagian warga asli Papua di Kabupaten Jayawijaya panik. Menurut Engelber Sorabut, Kepala Dinas Pendidikan Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Jayawijaya, hoaks vaksinasi Covid-19 membuat warga ragu menerima vaksin (INews.id, 2021).
Tidak hanya di Indonesia bagian timur, takut mengikuti vaksinasi Covid-19 juga dialami warga di ibukota. Vaksinator dari Yanmed Satkes Denma Markas Besar TNI Jakarta dr. Fitriana Hapsari mengatakan hoaks mengenai Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) masih menjadi alasan pertama masyarakat takut untuk mengikuti vaksinasi Covid-19. Menurutnya, masyarakat ragu mengikuti vaksinasi meskipun telah datang ke tenda (Antaranews.com, 2021).
ADVERTISEMENT
Jurus Cantik
Beberapa cara dapat dilakukan untuk mengidentifikasi dan menangkal hoaks. Salah satunya dengan cara CANTIK seperti yang saya lakukan di bawah ini.
C = Cek Dulu
Cek dulu informasi yang diterima dengan cermat. Lihat, baca, dan pahami keseluruhan informasi tersebut dengan sabar serta tidak terburu-buru. Jangan hanya judulnya saja. Keinginan menjadi yang pertama menyebarkan di grup WhatsApp atau media sosial, menjadi salah satu penyebab mudahnya hoaks tersebar.
Usman Kansong, Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik, menyampaikan trik simple untuk mengetahui sebuah informasi itu hoaks atau bukan. Kalau informasi itu too bad to be true, terlalu buruk untuk benar, maka perlu diwaspadai. Suatu informasi yang too good to be true juga perlu dicurigai. Misalnya pemberian bantuan yang sangat besar. Meskipun kecurigaan belum terbukti, setidaknya alarm kita telah berbunyi (Kominfo.go.id, 2021).
ADVERTISEMENT
Heni Mulyati, Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) berpendapat bahwa ada kecenderungan perempuan menyebarkan hoaks tanpa memeriksa fakta. Meskipun, seringkali informasi disebarkan dengan maksud baik supaya orang lain tidak mendapat masalah atau terlibat dalam bahaya (Infopublik, 2021).
A = Amati Sumber Informasinya
Lakukan inisiatif cek fakta. Jika sumber informasi yang dibagikan tersebut dari situs tertentu maka periksa alamat situsnya apakah berasal dari media online yang merupakan pemeriksa fakta (fact checker). Ada beberapa media pemeriksa fakta di Indonesia yang bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) antara lain liputan6.com, kompas.com, detik.com, medcom.id, tirto.id, turnbackhoax.id. Selain itu, ada chatbot WhatsApp Mafindo di nomor 085921600500 dan Liputan6 Cek Fakta di 08119787670. Kemkominfo juga menyediakan chatbot Telegram yang bisa diakses melalui t.me/antihoaksbot.
ADVERTISEMENT
N = Nalar
Rizka (37), seorang ibu dua orang anak kembar berusia 10 tahun, memberikan vaksinasi Covid-19 pada anak adalah bentuk ikhtiarnya untuk tetap sehat di saat pandemi Covid-19. Banyaknya hoaks Covid-19 membuat imunitas menurun. Ia menyarankan untuk pintar memilah informasi supaya tidak mudah termakan hoaks.
Sering mengkonsumsi hoaks sebagai sumber informasi utama dapat membuat seseorang tidak dapat berpikir kritis dan tidak dapat menggunakan nalarnya untuk mengklasifikasi fakta. Nalar kritis yang rendah mempercepat penyebaran hoaks (MAFINDO, 2018). Mengasah nalar supaya tidak mudah tercemar hoaks bisa dilakukan dengan mengikuti kegiatan literasi digital yang diselenggarakan oleh Siberkreasi, MAFINDO, maupun komunitas cek fakta lainnya. Biasanya, informasinya disebarkan melalui media sosial dan grup WhatsApp. Apalagi dengan maraknya webinar, daftarnya mudah, gratis, rekamannya pun ada di Youtube.
ADVERTISEMENT
T = Tegur
Berdasarkan Survei Indeks Literasi Digital Nasional 2021, sebanyak 31,5 persen responden menjawab WhatsApp sebagai media yang paling banyak ditemui menyajikan hoaks. Tegur saja anggota keluarga sebar hoaks di grup WhatsApp. Caranya dengan dekati dan beritahu secara personal. Biasanya, mereka akan lebih menerima daripada ditegur langsung. Jangan langsung bilang bahwa mereka menyebarkan informasi yang salah.
Bantu mereka mencari informasi pembanding yang kredibel bersama-sama. Lalu tunjukkan dan kenalkan rujukan informasi kaya data, misalnya covid19.go.id atau WHO, ajak juga untuk mengikuti media sosialnya. Beritahu juga secara perlahan bahwa tokoh terkenal, apapun gelar dan profesinya, bukan jaminan kebenaran 100%. Selalu lakukan cek dan ricek (Covid19.go.id, 2020).
Jika diperlukan, bisa minta tolong kepada saudara yang lebih tua atau disegani di keluarga untuk menegur anggota keluarga yang menyebarkan hoaks tersebut. Semakin muda usia cenderung lebih banyak memiliki indeks literasi digital di atas rata-rata nasional dibandingkan usia yang lebih tua. Generasi Z memiliki proporsi 59,7 persen untuk yang lebih tinggi di atas rata-rata nasional, sementara baby boomer hanya memiliki proporsi 27,9 persen yang ada di atas rata-rata nasional (Kominfo.go.id, 2022). Jika masih banyak generasi X dan baby boomer yang menyebarkan hoaks, maka sewajarnya generasi Y dan Z yang menegur mereka.
ADVERTISEMENT
I = Informasi Aktual dan Akurat
Sejak 2021, Facebook telah melakukan uji coba inovasi baru untuk meningkatkan kesadaran penggunanya terhadap informasi apa yang mau disebarkan. Sebelum pengguna ingin membagikan sebuah informasi, maka nada peringatan untuk membaca ulang terkait materi yang ingin diunggah. Hal ini dilakukan Facebook untuk mencegah adanya misinformasi dan penyebaran hoaks dalam kanal tersebut.
Jika menemukan hoaks di Facebook maka pengguna bisa melaporkannya dengan klik titik tiga di atas kanan dan pilih laporkan postingan. Facebook merupakan media yang paling sering ditemui menyajikan hoaks, berdasarkan hasil pengukuran Indeks Literasi Digital 2021 ada sebanyak 71,9%.
Jika menemukan hoaks atau konten negative lainnya, laporkan saja ke aduan konten. Laporan yang dikirim harus disertai tautan, tangkapan layar (screenshot) tampilan dan alasannya melalui situs aduankonten.id, Facebook Aduankonten.id, Twitter @aduankonten, WhatsApp 08119224545, atau email ke [email protected].
ADVERTISEMENT
K = Konten positif
Buatlah konten positif dan sebarkan. Apapun bentuknya seperti blog, vlog, podcast, sesuaikan dengan target penerima konten. Youtube Kemkominfo TV menyajikan program edukatif yang menghibur, seperti Miss Lambe Hoaks vs Fact Boy. Miss Lambe akan menyampaikan isu hoaks sementara Fact Boy akan mengklarifikasi faktanya. Lakukan kolaborasi dengan komunitas pemeriksa fakta dan kreator konten. Semakin banyak informasi positif maka semakin kebal terhadap hoaks.
Semangat Kartini (1879-1904), perempuan Jawa yang gigih memperjuangkan emansipasi perempuan melalui pendidikan, selalu berkobar sampai saat ini. Kini, Kartini di Indonesia semakin banyak, tidak hanya dari Jawa tapi juga dari Sabang sampai Merauke dari Miangas sampai Pulau Rote. Selamat Hari Kartini 2021, semoga perempuan Indonesia semakin kebal hoaks.