Mungkin, Kita Dipaksa Dewasa Oleh Keadaan

Lidia Pratama Febrian
Mahasiswa Jurnalistik Politeknik Negeri Jakarta Tertarik pada penulisan opini, lifestyle, self motivated
Konten dari Pengguna
20 Juli 2023 20:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lidia Pratama Febrian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Terlalu berat bagi kita Kita adalah jiwa yang hidup di tengah ketidakpastian masa depan, terlalu rumit menerima keadaan bahwa kehidupan tak selalu berisi kesempurnaan.

Seorang wanita yang tengah menatap ke semping. Foto: Pixels
zoom-in-whitePerbesar
Seorang wanita yang tengah menatap ke semping. Foto: Pixels
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menjadi dewasa ketika dihadapkan dengan usia kepala dua, membuatmu berada dalam ketidakpastian. Banyak harapan yang digantungkan terkadang hancur oleh keadaan. Usaha yang diusahakan terkadang kalah oleh kenyataan. makin lama menunggu kita makin pilu dan meratapi nasib dalam diam. Meyakinkan diri untuk terus maju dan tidak menyerah demi bertahan dalam kehidupan. Mungkin, saat ini kamu dalam kondisi yang berantakan. Menjadi dewasa ternyata tidak seperti yang kamu bayangkan, mengambil langkah dan bertanggung jawab dengan pilihan.
ADVERTISEMENT
Begitu banyak harapan yang ada dipundakmu, mengejar ekspektasi orang lain yang berlalu lalang di dalam pikiran. Banyak generasi muda yang tampak mengeluh dengan nasib yang diterima, mengutarakan hal yang dirasakan melalui media sosial seperti tiktok, instagram maupun podcast. Saat ini tampaknya banyak anak muda yang butuh motivasi untuk sekadar menjaga mental dan kewarasan mereka, meski terkadang juga masih bersabar di tengah derasnya problematika kehidupan.
Untuk kamu anak muda yang sedang berada dalam keterpurukan tetaplah sabar dan ikhlas dengan keadaan, mungkin terdengar cukup tidak masuk akal karena tidak menyelesaikan masalah yang sedang kamu alami. Tetapi tidak ada jalan terbaik selain kamu berdamai dengan diri sendiri, keadaan, dan menerima semua hal dengan lapang dada.
Foto wanita yang menutup wajah dengan buku. Foto:Pixel
"Berdamai dengan diri kamu sendiri akan dipahami sebagai bentuk penerimaan terhadap kondisi yang kamu alami saat ini. Berdamai dengan diri sendiri merupakan sebuah proses yang pasti ada dalam kehidupan. Kamu harus menerima kenyataan, kelemahan, dan kelebihan diri sendiri untuk membantu berproses berdamai dengan diri sendiri. Setiap manusia mempunyai tugas untuk bertumbuh, bukan untuk menjadi sempurna. Tidak ada yang pernah pasti akan masa depan dan tidak ada yang akan baru pada masa lalu.” Dr. Jiemi Ardian Sp. KJ, psikiater di RS Siloam Bogor.
ADVERTISEMENT
Berdamai dengan apa yang kamu alami bukan berarti kamu harus melupakan dan pura-pura bahagia, tetapi tak apa jika ingin menangis, merasa sedih dan kecewa karena hal itu manusiawi. Ketika kamu mulai menyerah dengan keadaan kamu hanya perlu bertahan dan bersabar karena bentuk luka yang sempurna hadir dari kebaikan dan pengalaman. makin dewasa, proses menerima keadaan dan mencintai diri sendiri menjadi proses perjalanan yang amat panjang. Hingga akhirnya proses tersebut membentuk mental yang lebih kuat dan bertanggung jawab dengan keadaan.
/LPF