Konten dari Pengguna

Mengapa Generasi Muda Sering Copas? Yuk Berubah!

Lidya Natasya Ndamung
Saya merupakan mahasiswa jurusan Psikologi di Universitas Pembangunan Jaya. Saya tertarik untuk mempelajari bagaimana pikiran dan perilaku manusia saling bekerja. Sejak kuliah, saya sangat tertarik dengan topik pembahasan mengenai psikologi sosial.
9 Desember 2024 13:33 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lidya Natasya Ndamung tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pelanggaran akademik di kalangan mahasiswa
zoom-in-whitePerbesar
Pelanggaran akademik di kalangan mahasiswa
ADVERTISEMENT
Hai, para generasi muda! Tahukah kalian mengenai pelanggaran akademik? Sepertinya, hampir semua orang telah mengerti bahwa pelanggaran akademik merupakan perbuatan kecurangan yang dilakukan oleh seorang oknum, yang dapat merusak integritas pendidikan. Yuk sekarang, kita bahas salah satu bentuk pelanggaran akademik, yaitu plagiarisme.
ADVERTISEMENT
Kalau kalian tahu, Dari hasil sebuah survei menurut (Sahrani, 2020), terhadap 75 mahasiswa, yang diuji selama 1 tahun dengan memakai program turnitin menunjukkan bahwa terdapat kurang lebih 27 data mahasiswa yang mendapatkan nilai turnitin di atas 30%, hal ini berarti makin tinggi hasil persentase turnitinnya, maka makin tinggi juga tingkat plagiarism yang dihasilkan. Menurut artikel yang ditulis oleh (Mashabi & Ihsan, 2024) terdapat sebuah kasus yang menghebohkan dunia maya, yaitu kasus plagiasi tugas yang dilakukan oleh seorang mahasiswa Universitas Airlangga (Unair). Dalam kasus ini, korban (Putri) mengungkapkan keluh kesahnya di media sosial, menyebutkan bahwa seoran
ADVERTISEMENT
g temannya yang berinisial SPI telah melakukan plagiasi terhadap tugasnya. Dalam artikel tersebut menyatakan bahwa seorang teman yang terkenal cukup keren dan terlihat populer, masih bisa melakukan plagiasi tugas.
Intinya, tindakan plagiarisme bukan hanya masalah akademis, tetapi juga termasuk tantangan moral yang bisa menghancurkan reputasi seorang mahasiswa dalam waktu sekejap. Apa yang membuat seseorang begitu rentan terhadap tindakan copy-paste ini? Dalam artikel ini, saya akan menjabarkan beberapa faktor penyebab yang dapat memicu plagiarisme di kalangan mahasiswa.
4 Faktor Utama Penyebab Plagiarisme di Kalangan Generasi Muda:
Menurut (Harahap et al., 2024), ada 4 faktor pertama yang menyebabkan kasus plagiarisme dapat meningkat di kalangan generasi muda. Faktor pertama adalah tekanan dan tuntutan lingkungan. Mengapa tuntutan lingkungan dapat berdampak bagi generasi muda? Hal ini disebabkan karena adanya tuntutan dari orang tua dan tuntutan dari dosen atau seorang pengajar. Seperti yang kita ketahui, banyak orang tua ingin anaknya mendapatkan nilai yang baik. Mereka terkadang menuntut seorang anak agar mendapatkan prestasi di bidang akademik. Sehingga, dapat terbentuk tekanan psikologis dalam diri seorang anak bahwa dia harus mendapatkan nilai atau prestasi akademik yang baik untuk membanggakan orang tuanya. Selain itu, faktor penyebab kedua berasal dari tuntutan seorang dosen atau seorang pengajar. Terkadang seorang dosen memberikan sebuah tugas kepada muridnya dengan waktu yang terbatas. Karena hal itulah yang dapat memicu seorang mahasiswa terkadang berpikir bahwa tidak punya cukup waktu luang untuk membuat sebuah tulisan yang baik.
ADVERTISEMENT
Kurangnya rasa ppercayaan diri merupakan faktor kedua yang penting dalam peningkatan plagiarisme. Mengapa kepercayaan diri dapat dianggap sebagai faktor? Seperti yang kita ketahui, sebagai generasi muda, kepercayaan diri menjadi faktor penting yang berperan dalam membentuk kepribadian seseorang. Kurangnya kepercayaan diri membuat seseorang merasa tidak mampu dalam menyelesaikan tugasnya. Faktor ini juga berhubungan dengan tindakan plagiarisme, karena jika seorang mahasiswa tidak percaya diri dalam mengerjakan tugasnya, dia cenderung akan memilih untuk melakukan copy-paste atau menyalin tugas milik orang lain.
Akses informasi yang mudah di internet atau media massa juga turut menjadi faktor adanya tindakan plagiarisme. Dengan tersedianya berbagai macam informasi, seseorang cenderung malas untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen dan lebih memilih memanfaatkan internet untuk mencari jurnal atau artikel tugas milik orang lain, lalu disalahgunakan untuk kepentingan pribadinya. Berkembangnya teknologi seperti AI, Gemini, dan ChatGPT juga membuat seorang mahasiswa malas untuk membuat karyanya sendiri. Mereka lebih memilih cara instan dan menyuruh AI untuk membantu penyelesaian tugas mereka.
ADVERTISEMENT
Faktor keempat dari tindakan plagiarisme adalah kurangnya pemahaman diri dan kesadaran mengenai apa itu plagiarisme. Seseorang yang tidak pernah diajarkan mengenai plagiarisme cenderung tidak mengetahui definisi, bentuk-bentuk, dan penyebab yang ditimbulkan. Menurut saya, sejak masa sekolah menengah atas, ada baiknya jika seorang murid diajarkan mengenai tindakan plagiarisme agar mereka mempelajari hal tersebut dan dapat menciptakan karya orisinal milik mereka sendiri.
Di kalangan generasi ini, mungkin plagiarisme sudah sering terjadi dan menjadi sebuah kebiasaan yang dianggap wajar oleh para mahasiswa. Namun, perbuatan itu bukanlah sebuah perbuatan yang benar untuk dilakukan. Oleh karena itu, yuk berubah dan jangan lagi melakukan tindakan yang menyimpang. Mari bersama-sama menciptakan rasa saling menghargai karya milik orang lain dan janganlah merusak integritas akademik.
ADVERTISEMENT
Sumber:
Siaputra, I. B., & Santosa, D. A. (2016). Handbook of Academic Integrity (T. Bretag, Ed.). Springer Science+Business Media Singapore.