6 Framework yang Sering Digunakan dalam Product Design

30 November 2021 15:27 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi bekerja di kumparan. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bekerja di kumparan. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Framework adalah kerangka kerja untuk membuat dan mengembangkan produk, misalnya aplikasi berbasis desktop maupun website.
ADVERTISEMENT
Kerangka kerja ini diciptakan untuk mempermudah kinerja seorang programmer. Dengan fungsi dan variabel yang sudah tersedia di dalam komponen setiap framework, mereka tidak perlu untuk menuliskan kode secara berulang – ulang.
Ada banyak framework yang bisa digunakan programmer, khususnya Product Designer. Di kesempatan kali ini Roby Habibullah, Product Designer kumparan akan menjelaskan enam framework yang paling sering digunakan perusahaan digital dan startup di Indonesia, termasuk di kumparan. Yuk, disimak!
1. User Centered Design
Proses desain yang berfokus pada user atau pengguna dengan mempertimbangkan kebutuhan, tujuan, dan masukan dari mereka saat membuat sebuah produk.
Proses desain ini juga sering dianggap sebagai cara untuk memberikan dampak emosional yang baik pada produk yang sedang dirancang. Untuk itu, para desainer harus mengenal para penggunanya dengan baik.
ADVERTISEMENT
2. The Five Elements of UX Design
Metode yang dicetuskan oleh Jesse James Garrett ini terdiri dari 5 elemen utama, yakni strategy, scope, structure, skeleton dan surface untuk melakukan proses pendekatan yang berpusat pada pengguna melalui penelitian UX di tahap awal proses desain.
Ilustrasi bekerja di kumparan. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
3. Design Thinking
Proses perumusan dan pemecahan masalah yang berfokus pada manusia sebagai seorang pengguna.
Perilaku dan keinginan dari pengguna produk yang terus berubah dari waktu ke waktu membuat Product Designer juga harus menyesuaikan produknya agar selalu relevan. Dengan alasan kebutuhan pengguna yang terus berubah, maka perumusan dan pemecahan masalah ini adalah suatu proses yang tak henti layaknya siklus
4. Lean UX
Metode UX yang dapat menyelesaikan sebuah produk lebih cepat dari UX tradisional dengan mengurangi beberapa kegiatan dokumentasi. Proses dalam Lean UX berupaya agar tim bisa mendapat feedback dengan cepat. Dengan mendapat feedback, tim dapat langsung mengetahui apakah sistem yang dibuat sudah dapat mencapai hasil yang diinginkan.
ADVERTISEMENT
5. Double Diamond
Di metode proses kreatif dimulai dengan menghasilkan sebanyak mungkin ide-ide dan opsi-opsi terlebih dulu (berpikir divergen) baru kemudian menetapkan opsi terbaik (berpikir konvergen). Dalam model Double Diamond, proses ini terjadi dua kali. Pertama, untuk mendefinisikan masalah, kedua untuk menemukan solusi.
6. Design Sprint
Metode pemecahan masalah secara cepat yang dikembangkan oleh Jake Knapp dari Google Ventures dengan memetakan masalah, membuat solusi kasar, memutuskan solusi yang tepat, melakukan prototyping, hingga pengujian dalam waktu lima hari.