Jadi Wartawan Istana Negara, Hak Istimewa Seorang Jurnalis

23 Juni 2022 17:40 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Nadia Jovita Injilia Riso, Assistant Editor kumparan (kanan) ketika ikut agenda Menlu di KTT ASEAN di Thailand. Foto: Nadia Jovita Injilia Riso/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Nadia Jovita Injilia Riso, Assistant Editor kumparan (kanan) ketika ikut agenda Menlu di KTT ASEAN di Thailand. Foto: Nadia Jovita Injilia Riso/kumparan
ADVERTISEMENT
Buat seorang jurnalis, punya Tanda Pengenal Pers Istana Negara adalah sebuah kesempatan istimewa, tak terkecuali bagi Rafyq dan Nadia, wartawan kumparan. Sebab, tanda pengenal itu adalah akses masuk seorang wartawan ke lingkungan paling eksklusif di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Tak sembarang wartawan bisa mendapatkan tanda pengenal tersebut. "Yang bisa memiliki ID wartawan Istana adalah orang-orang yang minimal sudah dua tahun menjadi jurnalis, punya sertifikat kewartawanan, dan merupakan anggota dari media yang terdaftar di Dewan Pers," tutur Nadia, Asisten Editor kumparan.
Nadia (kiri), ketika liputan di Istana Wapres. Foto: Nadia Jovita Injilia Riso/kumparan
Rafyq, Reporter kumparan sudah mengantongi Tanda Pengenal Pers Istana Negara (Presiden) sejak 2020. Sedangkan Nadia, mulai bergabung dengan Rafyq di awal tahun 2022. Sebelumnya ia mendapatkan tugas di Istana Wakil Presiden sejak tahun 2018.
Rafyq Panjaitan, Jurnalis kumparan ketika melakukan liputan di Istana Negera. Foto: Rafyq Panjaitan/kumparan
Lebih dari satu tahun berada di lingkaran penting negara, keterampilan jurnalistik mereka semakin terasah–bukan hanya soal menulis berita, tapi juga bagaimana membangun relasi dengan narasumber.
“Kami juga harus cermat. Enggak hanya menunggu informasi dari sumber resmi, tapi juga melakukan berbagai pendekatan, melobi banyak narasumber. Sampai sekarang kami masih terus belajar,” tutur Rafyq, yang bergabung dengan kumparan sejak 2017.
Rafyq, Jurnalis kumparan di Istana Negera. Foto: Rafyq Panjaitan/kumparan
Bahkan, menurut Rafyq, ia bisa mengetahui beberapa informasi yang publik tidak tahu, ataupun menjadi salah satu orang pertama yang mengetahui informasi-informasi penting.
ADVERTISEMENT
Bagi Rafyq sendiri, ini seperti puncak penempatan sebagai jurnalis yang bertugas di lapangan. “Di tataran jurnalis lapangan, kalau udah ngepos di Istana itu ibaratnya sedang di puncak, puncak dari segala pos. Karena kita liputan, mencari berita di tempat seseorang news maker, Jokowi (Presiden),” tuturnya.