Menjadi ODP Usai Liputan di Istana

9 April 2020 22:19 WIB
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sabtu malam di pertengahan Maret 2020, Rian tampak gusar usai mencerna isi pesan singkat dari koordinator liputannya. Badannya seketika lemas begitu mendengar kabar bahwa Menteri Budi Karya Sumadi positif corona.
ADVERTISEMENT
Perkaranya, tiga hari sebelum mendapat kabar itu, Rian sempat berbincang dengan Budi Karya di Istana Presiden. Bahkan, dia sempat foto bareng dengan Menteri Perhubungan RI itu.
“Gue bahkan sempat pamer nunjukin foto gue ke temen-temen,” ujarnya.
Fahrian Saleh, reporter kumparan News. Dokumen : Istimewa
Fahrian Saleh atau yang kerap disapa Rian merupakan salah satu reporter kumparanNews yang bertugas di Istana Presiden. Sejak awal tahun 2019, Rian dipindahtugaskan dari DPR ke Istana.
Rian sebenarnya tengah menikmati waktu libur ketika Budi Karya Sumadi dinyatakan positif corona. Rasa panik, waswas, dan takut saat itu campur aduk menjadi satu mengusik ketenangan hari liburnya. Sugesti buruk pun seketika muncul. Badan terasa demam dan sesekali batuk.
Fix nih, gue kena corona,” dugaan Rian saat itu.
ADVERTISEMENT
Rian lantas melapor ke kantor mengenai kondisinya. Kantor merespons dengan cepat. Rian langsung diimbau untuk isolasi mandiri untuk sementara waktu, termasuk tidak boleh ke kantor juga liputan. Rian resmi menjadi ODP.
Keesokan harinya, Rian mendapat instruksi dari kantor agar melakukan pemeriksaan ke rumah sakit rujukan corona. Saat itu ada dua rumah sakit yang menjadi rujukan corona di Jakarta, yakni RS Persahabatan dan RSPI Sulianti Saroso.
“Gue memilih ke RS Persahabatan,” jelasnya.
Tapi malang, Rian ditolak lantaran RS Persahabatan sedang dalam keadaan penuh. Pihak RS Persahabatan merekomendasikan Rian untuk pergi ke RSPI Sulianti Saroso. Di sana, Rian ternyata tak sendiri. Dia bertemu beberapa jurnalis lain yang juga sebelumnya sempat kontak dengan Budi Karya.
ADVERTISEMENT
“Banyak ternyata. Mereka sama was-wasnya dan ingin swab test juga,” Rian menambahkan.
Rian bersama jurnalis Istana di depan Istana Presiden. Dokumen: instagram.com/fahrianfrs
Alih-alih mendapatkan swab test supaya tenang, Rian dan beberapa rekan jurnalis lainnya hanya disarankan untuk melakukan MCU (Medical Check Up). Alasannya, pihak rumah sakit belum memiliki alat rapid test corona. Dan swab test hanya diberlakukan untuk pasien yang sudah mengalami gejala.
Meskipun hasil MCU bagus, Rian belum puas. Sebab hasil MCU belum cukup menjamin dia terbebas dari corona. “Gue sempet mohon-mohon agar dilakukan swab test, tapi tetep aja gak boleh,” kenang Rian.
Rian disarankan pihak rumah sakit untuk melakukan karantina mandiri. Selama dalam masa karantina mandiri, pihak kantor khususnya HR memantau kesehatan Rian. Setiap hari perkembangan kesehatannya terus dipantau hingga dua minggu lamanya. Rian rutin mendapat kiriman multivitamin dari kantor.
ADVERTISEMENT
Celakanya, empat hari setelah menjalani karantina mandiri tepatnya pada tanggal 14 Maret, suhu badan Rian berada di 36,4 derajat celcius. Meski angka ini masih tergolong normal untuk ukuran suhu tubuh orang dewasa, Rian dihantui rasa khawatir.
“Sumpah rasanya was-was terus,” akunya.
Dua minggu berdiam diri #dirumahaja, tentu saja bukan perkara mudah. Rian dihinggapi rasa jenuh. Apalagi saat itu, karantina mandiri belum banyak dilakukan seperti sekarang ini.
Di tengah statusnya yang ODP, Rian memutuskan untuk tetap bekerja meskipun sebenarnya pihak kantor telah memberikan kelonggaran. Selama masa karantina, Rian tetap melakukan liputan dari rumah dengan cara memantau live streaming dan sesekali menelepon narasumber.
Setelah melewati dua minggu masa karantina, pada 28 Maret akhirnya Rian dinyatakan negatif corona. Masa inkubasi virus ini selesai. Dan Rian terpantau dalam keadaan sehat. Rasa panik, was-was dan cemas yang sempat mengusik pun akhirnya terlewati.
ADVERTISEMENT
Meskipun demikian sampai saat ini Rian masih melakukan liputan dari rumah karena kumparan mewajibkan seluruh awak kumparan untuk bekerja dari rumah, tidak terkecuali untuk para reporter. Walaupun tak bisa dipungkiri rasa rindu untuk kembali liputan lagi ke lapangan belakangan hari semakin membesar.
“Dan semoga semua ini segera berakhir,” kata Rian di akhir perbincangan seperti mewakili harapan kami semua.