Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Anak AA Gym Bongkar Sikap Asli Ayahnya ke Teh Ninih Lewat Status Facebook
9 Juni 2021 10:06 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Light News tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Hal itu diungkapkan Ghaza melalui akun Facebooknya pada Minggu (6/6). Dalam statusnya itu, ia mengaku salah telah membongkar kelakuan ayahnya. Meski begitu, ia mengaku cara tersebut adalah salah satu cara terbaik untuk menyampaikan isi hatinya.
"Apakah anda pikir saya senang dengan kondisi seperti ini? Apakah anda pikir saya bahagia ketika ayah saya dihujat sana sini? Apakah anda pikir saya tidak mempertimbangkan efek dari tulisan saya? Apakah anda pikir saya tidak melakukan apapun selain mengumbar aib?" tulis Ghaza melalui akun Facebooknya.
Ia lantas meminta maaf kepada semua pihak atas tulisannya karena memuat banyak orang heboh "Saya minta maaf kepada semuanya. Saya minta maaf atas kehebohan ini. Saya minta maaf kepada pihak manapun yang merasa dirugikan," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Ia menegaskan, keluarganya telah menempuh sejumlah jalur untuk menyelesaikan masalah. Mulai dari bicara baik-baik, diskusi, debat, meminta pendapat ulama hingga menyiapkan pengacara.
"Anda pikir saya layak diam ketika ibu saya diperlakukan demikian? Lalu saya membiarkan ayah saya begitu saja? Anda tahu apa hasilnya? Saya dicap sombong dan durhaka. Ibu saya semakin di-bully, dibilang gak punya iman lah, gak bisa ngurus anak lah, dan masih banyak lagi," ujarnya.
Sebelumnya curhatan Ghaza soal kelakuan ayahnya viral. Dia menuliskan rasa kekecewaanya saat tahu ayahnya menginginkan ibunya itu untuk tidak hadir di pernikahannya.
Curhatan itu diunggah Ghaza pada Kamis (3/6) di Facebooknya. Tulisan ini juga mengungkit soal sikap Aa Gym yang mencabut berkas perceraiannya dengan Teh Ninih di Pengadilan Agama Bandung pada 31 Maret 2021.
ADVERTISEMENT
Berikut curhatan Ghaza di Facebook yang akhirnya viral.
Hampir satu tahun terlewati, tepatnya satu minggu sebelum hari pernikahan kami.
Berat, tanpa kehadirannya. Namun, apa daya, ketika sebuah kalimat tanya terlontar.
"Buat apa dia hadir?". Seolah lidahku kelu untuk menjawabnya.
Entah apa kalimat apa yang tepat untuk menjawab pertanyaan demikian.
"Untuk apa seorang ibu hadir di pernikahan putranya?" Menurut anda, apakah jawaban yang tepat untuk pertanyaan tersebut? Akankah anda menjawabnya dengan mudah? Atau anda akan terdiam membisu, terperanjat karena ayah anda bertanya demikian kepada anda?
Seandainya, ya, seandainya. Aku bisa menjawab, "Maaf, untuk apa bapak hadir?". Niscaya akan ku jawab dengan demikian.
Tapi, ya. Begitulah Ibuku. Entah di sudut surga sebelah mana ia dilahirkan. Entah dimana ia menyembunyikan kedua sayapnya.
ADVERTISEMENT
Mengalah, mengalah, dan mengalah. Selalu mengalah. Itulah pilihannya.
Menjadikan begitu sulit untuk menyusulmu tuk terbang tinggi. Degan keagungan akhlakmu, kesabaranmu, untuk menghadapi semuanya. Menyimpan semuanya dengan rapi, memilih untuk diam, kemudian menumpahkannya kepada Sang Pemilik langit dan bumi, dikala kami terlelap dengan mimpi mimpi kami.
"Kamu Musyrik"
"Kamu Munafik"
"Kamu Menuhankan Makhluq"
Inilah kalimat-kalimat pujian yang selalu kami dengar. Ya, selalu. Dikala makan di restoran, Berangkat sekolah. Berkumpul bersama. Bahkan mungkin di setiap sudut bumi ini, hanya ada pengingat akan kalimat itu semua
Namun dirimu. Ya dirimu. Tak pernah kudengar sekalipun, kalimat. Tidak. Kata, yang menyakiti hati kami.
Berapa lama ya? Ya, hanya sebentar. Mungkin sekitar 15 tahun. Alunan pujian yang memenuhi relung kami.
ADVERTISEMENT
Entah apa yang mereka rasakan. Namun rasanya bagiku, begitu bahagia, disaat ini. Disaat semuanya sudah terhenti.
Rasanya cukup bagiku penderitaanmu. Sudah waktunya bagimu untuk tersenyum. Sudah cukup tangisanmu. Cukup, waktunya bahagia. Meskipun tidak bersama-sama.
Ya, betul. Nampaknya kemarin ada sedikit permainan di pengadilan. Begitulah, manusia. Barangkali, waktu 15 tahun belum cukup untuk menyiksamu, mungkin beliau masih perlu waktu untuk merasa puas.
Namun, maaf. Sudah cukup. Sudah cukup sampai sini permainannya.
5 Juni 2020, lusa adalah tepat satu tahun setelah engkau dicerai. Dan, sampai detik ini engkau digantung, dipermainkan.
Maaf, saya tak bisa diam.
Wahai anda pembaca, Bertindaklah!
Jika Anda mampu berbicara, Bicaralah!
Jika Anda mampu menasihati, Nasihatilah!
Jika Anda mampu pergi, Pergilah!.
ADVERTISEMENT