Limfopenia Sebagai Pronostig COVID-19, Bagaimana Cara Meningkatkannya?

Lihabi S,Tr,Kes
Penulis bidang kesehatan di UMSurabaya Peneliti PUSAD UMSurabaya
Konten dari Pengguna
29 Agustus 2021 13:07 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lihabi S,Tr,Kes tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
pixabay
zoom-in-whitePerbesar
pixabay
ADVERTISEMENT
Pandemi COVID-19 yang masih belum usai, membuat kita harus tetap disiplin mematuhi protokol dan menjaga keseimbangan imunitas tubuh kita. Salah satu cara menjaga imunitas adalah dengan menjaga jumlah limfosit dalam tubuh agar tetap stabil. Menurut Kementerian Kesehatan kasus COVID-19 per tanggal tanggal 2 Agustus 2021 di Indonesia Jumlah kasus terkonfirmasi positif COVID-19 menjadi 105.851 kasus, dengan jumlah 94.844 kasus sembuh dan 3.400 kasus meninggal dunia.
ADVERTISEMENT
Limfosit merupakan salah satu jenis leukosit yang mempunyai peran penting untuk tubuh kita. Limfosit adalah bagian dari sel darah putih yang diproduksi oleh sumsum tulang. Limfosit beserta sel darah putih lainnya berperan dalam menjaga sistem imunitas tubuh dengan memerangi bakteri, virus, racun, serta benda asing lainnya yang masuk ke dalam tubuh, sehingga tubuh kita dapat terhindar dari penyakit.
Limfosit bisa di jadikan sebagai salah satu pronostig tingkat keparahan pada pasien terpapar COVID-19. Jika terjadi penurunan jumlah limfosit atau yang di kenal dengan sebutan limfopenia berarti adanya indikasi orang tersebut terinfeksi virus. Limfopenia sendiri terjadi pada pasien COVID-19 karena merupakan ciri menonjol pada pasien sakit kritis karena menyerang virus SARS-CoV, invasi oleh partikel virus SARS-CoV merusak komponen sitoplasma limfosit dan menyebabkan kehancurannya. Selain itu, limfositopenia juga umum terjadi pada pasien sakit kritis dengan infeksi MERS, yang merupakan akibat dari apoptosis limfosit. Oleh karena itu, nekrosis atau apoptosis limfosit juga dapat menginduksi limfositopenia pada pasien sakit kritis dengan infeksi SARS-CoV-2.
ADVERTISEMENT
Selain dari itu ada beberapa jurnal lain mengatakan mengenai limfopenia ini terjadi pada orang yang terinfeksi COVID-19 yaitu virus langsung menginfeksi limfosit, mengakibatkan kematian limfosit. Limfosit mengekspresikan coronavirus reseptor ACE2 (Angiotensin converting enzyme 2) dan menjadi target langsung virus. Dan yang kedua virus secara langsung menghancurkan organ limfatik. Sehingga terjadinya penurunan limfosit akut terkait dengan disfungsi limfositik, dan kerusakan langsung virus ini ke organ seperti timus dan limpa tidak bisa dikesampingkan. Selanjutnya sitokin inflamasi tidak teratur, sehingga mengarah keapoptosis limfosit. Penghambatan limfosit oleh molekul metabolik yang dihasilkan oleh metabolisme gangguan.
Limfosit ini merupakan sel darah putih yang membantu sistem kekebalan tubuh melawan infeksi. Limfosit terdiri dari sel B, sel T, dan sel pembunuh alami. Sel B menghasilkan antibodi yang menyerang virus, bakteri, atau racun dalam tubuh, sementara sel T menyerang sel-sel tubuh yang melemah, karena membantu melawan infeksi. Jumlah limfosit akan berkurang saat anda sakit atau tubuh terkuras. Untuk menjaga system kekebalan dalam tubuh, maka kita harus mengubah pola makan dan gaya hidup agar jumlah limfosit meningkat.
ADVERTISEMENT
Ada beberapa cara yang akan saya bagikan untuk mengajak limfosit ini tetap normal dan bisa berfungsi dengan baik, yaitu:
Pertama, konsumsi Protein yang cukup makan-makanan sehat dan seimbang, sehingga dapat menutrisi sumsum tulang di mana sel-sel darah putih diproduksi. Konsumsi protein seperti daging, ikan, telur dan susu.
Kedua, hindari lemak jenuh, konsumsi lemak jenuh secara berlebihan akan meningkatkan risiko penyakit jantung. Contoh lemak baik yang bagus untuk di konsumsi di masa pandemi seperti saat ini adalah minyak jagung, kedelai, wijen.
Ketiga, mengurangi atau berhenti untuk mengkonsumsi minuman yang mengandung alkohol, mengkonsumsi makan yang kaya karbohidrat, mengurangi atau berhenti merokok, istirahat yang cukup, olah raga secara teratur, dan lain seterusnya.
Dengan meningkatkan ketahanan tubuh dan menjaga pola makan, maka badan kita akan terhindar dari paparan penyakit atau mikroorganisme yang menyerang tubuh kita. Apabila kondisi kekebalan sedang menurun, maka tubuh kita menjadi lebih mudah terserang oleh mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur karena tubuh kita tidak dapat memberikan respons perlawanan terhadap mikroorganisme atau parasit tersebut.
ADVERTISEMENT
Sehingga kualitas kekebalan tubuh seseorang menjadi sangat penting, jika memiliki system kekebalan tubuh yang tidak baik, maka tubuh akan mudah terserang oleh penyakit dan begitupun sebaliknya.