Konten dari Pengguna

Keputusan Menikah 'Dengan' dan 'Tidak' Memiliki Anak itu Pilihan

Lilis Mufarida
Mahasiswi Sastra Inggris - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
20 Agustus 2021 13:36 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lilis Mufarida tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Menikah mengurangi resiko demensia. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Menikah mengurangi resiko demensia. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
“Saat saya menikah, saya membutuhkan seorang pasangan. Tetapi saya tidak pernah merasa bahwa saya menginginkan untuk memiliki seorang anak”.
ADVERTISEMENT
Pernyataan seperti ini biasanya merupakan sebuah keputusan bagi mereka yang memilih untuk childfree. Apakah keputusan seperti ini dianggap sebagai suatu hal yang salah? Tentu tidak. Keputusan untuk menjadi childfree merupakan hak dan pilihan masing-masing pasangan.
Umumnya, kehidupan dalam berumah tangga kurang lengkap rasanya tanpa kehadirannya sebuah anak di dalamnya. Namun, pernyataan seperti itu tidak sepenuhnya benar. Faktanya, tidak semua pasangan menginginkan kehadiran buah hati dalam pernikahan mereka atau istilahnya childfree.
sumber https://unsplash.com
Baru-baru ini childfree memang sedang hangat diperbincangkan di media sosial. Berawal dari postingan Gita Savitri Devi yang menyinggung bahwa dirinya memilih untuk childfree. Tentu saja ini mengundang banyak sekali opini dari masyarakat tentang keputusannya itu.
Saya mengapresiasi keputusan Gita yang sudah berani speak-up tentang pilihannya ini. Di mana keputusannya ini sangat berlawanan dengan kebudayaan masyarakat Indonesia. Karena pada dasarnya di Indonesia sendiri, keputusan menikah tanpa memiliki keturunan merupakan suatu hal yang baru. Meskipun sebenarnya, di negara-negara maju pasangan yang memilih childfree tidak sedikit dan dianggap biasa karena menjadi pilihan pasangan masing-masing.
ADVERTISEMENT
Tentunya, banyak sekali alasan mengapa pasangan berkeinginan untuk hidup berdua dan tidak memiliki anak. Di antaranya, tidak menjadikan mereka sebagai investasi hidup, terkait pengalaman hidup sebelumnya, tidak siap menjadi orang tua, alasan kesehatan, hingga masalah psikologis. Saya rasa pasangan yang memilih childfree tentunya sudah berpikir jauh untuk ke depannya.
Pada dasarnya, kembali lagi pada keputusan pasangan masing-masing. Memiliki anak dalam sebuah pernikahan itu sebuah pilihan, bukan suatu kewajiban. Akan tetapi, tentunya keputusan ini harus disepakati oleh kedua pasangan.
Saya pribadi setuju dengan opini Gita Savitri yang memutuskan untuk tidak memiliki anak. Tapi saya juga bangga dengan perjuangan pasangan lain di luar sana yang selama bertahun-tahun berusaha untuk memiliki keturunan. Intinya, saya senang melihat perempuan mendapatkan apa yang mereka inginkan, karena itu pilihan mereka.
ADVERTISEMENT