Emosi Berpengaruh Pada Ingatan Manusia

Linda Kumalasari
Mahasiswa UB jurusan Psikologi
Konten dari Pengguna
7 Januari 2021 8:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Linda Kumalasari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Oleh: Linda Kumalasari

ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
https://3.bp.blogspot.com/-DqRpvdk7QAY/Vqh2IF0UPrI/AAAAAAAACqQ/wMxqSHl-aqA/s1600/Memeroi%2Btanpa%2Bbatas.jpg
Setiap individu dalam kehidupannya tidak lepas dari proses berfikir. Proses berfikir ini ada karena adanya akal pada setiap individu. Akal pada individu diperoleh karena adanya suatu memori atau ingatan yang ada pada otak. Karena, tanpa adanya memori maka kehidupan individu tidak bisa berlangsung dengan baik. Memori merupakan suatu cara untuk mempertahankan dan menarik (mengingat) peristiwa yang pernah terjadi atau dialami. Memori didefinisikan sebagai kemampuan untuk menerima (encoding) informasi yang masuk ke memori, lalu menyimpan (storage) informasi pada memori, dan mengingat (retrieval) informasi yang telah disimpan pada memori jika dibutuhkan (Walgito, 1994). Dalam proses mengingat, memori manusia dipengaruhi oleh emosi. Menurut survei terhadap 35 peneliti yang diminta untuk mendefinisikan emosi, disimpulkan bahwa emosi adalah suatu jejaring syaraf, sistem respons, dan perasaan atau proses yang memotivasi dan mengorganisir kognisi dan perilaku (Izard, 2009, hlm. 367). Para ahli berkeyakinan bahwa emosi merupakan suatu unjung pangkal dari terbentuknya kognisi dan perilaku. Emosi mengarahkan perilaku dan mengarahkan respon pada seseorang. Secara umum, emosi lebih dikenal sebagai pelabelan atau pemberian nama terhadap stimulus afektif (Unita, 2020). Menurut Keleinginan dan Keleinginna (1981), emosi merupakan suatu keadaan yang berkaitan dengan tujuan tingkah laku. Emosi juga diterjemahkan sebagai suatu perasaan seperti marah, bahagia, sedih, dan ketakutan.
ADVERTISEMENT
Secara umum, memori pada manusia ada 2 macam yaitu Long-term memory dan Short-term memory. Long-term memory merupakan memori jangka panjang yang mana ia menyimpan hal-hal penting yang dilakukan secara berulang. Misalnya, kegiatan-kegiatan yang menjadi rutinitas kita sehari-hari. Sedangkan Short-term memory bermakna memori jangka pendek yang hanya menyimpan informasi dalam jangka waktu tidak lama. Informasi yang diperoleh akan hilang dalam waktu singkat. Sebelumnya, kita hanya mengenal istilah emosi itu adalah marah-marah dengan suara yang keras. Faktanya, emosi itu juga berupa rasa senang, sedih, bahagia, ataupun gembira. Ketika individu sedang berada pada emosi yang arahnya pada sesuatu yang sifatnya menyenangkan, maka akan menyebabkan individu lebih cepat untuk menerima informasi yang diterima. Sebaliknya, jika individu berada pada emosi yang tidak menyenangkan, maka ia akan lebih sulit untuk menerima informasi yang diperoleh.
ADVERTISEMENT
Emosi yang ada pada individu terkadang dapat mempengaruhi kognisinya. Menurut Ellis dan Hunt (1993), penelitian tentang ini dikenal dengan sebutan kognisi “panas” yang mengukur pengaruh emosi terhadap kognisi dan memori. Emosi memengaruhi memori pada dua hal, yaitu kesesuaian dengan suasana hati (mood‐congruent) dan ketergantungan pada kondisi suasana hati (mood-state dependent) (Ellis & Hunt, 1993; Matlin, 1998).
Emosi yang berpengaruh pada kesesuaian dengan suasana hati (mood‐congruent), menunjukkan tanda bahwa orang itu lebih mudah menyimpan informasi yang sama dengan keadaan emosinya saat itu. Ketika seseorang mempelajari materi yang cocok dengan suasana hatinya saat ini, maka memori akan lebih baik. Pada intinya, orang yang sedang senang maka akan senang juga mengingat materi yang menyenangkan baginya. Sebaliknya, orang yang sedang sedih juga akan mudah mengingat informasi yang menyedihkan. Misalnya, pada penderita depresi ia akan lebih mudah mengingat kata atau sesuatu yang sifatnya sedih dibandingkan kata-kata riang (McDowall, 1984).
ADVERTISEMENT
Emosi juga berpengaruh terhadap ketergantungan pada kondisi suasana hati (mood-state dependent). Ketergantungan pada suasana hati, akan menunjukkan bahwa materi atau informasi yang didapatkan di saat suasana hati tertentu, akan mudah untuk diingat kembali pada saat emosi itu pula (emosi yang sama saat menerima materi). Jika di kala penyampaian informasi terjadi kecocokkan dengan suasana hati, maka saat mengingat informasi tersebut memori kita akan bekerja dengan lebih baik. Menurut Matlin (1998, h.140), Ketergantungan dengan suasana hati adalah kekhususan penyandian, maka kemampuan dalam mengingat informasi (recall) juga menjadi lebih baik jika konteks pengambilan kembali informasi (retrival) sama dengan isi penyandian.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Eich dan Metcalfe (1989, studi 1) tentang bagaimana pengaruh kesamaan suasana hati saat mengungat dan mendapatkan informasi, diperoleh hasil yang serupa bahwa kemampuan untuk melakukan pengingatan kembali akan lebih tinggi kalau saat menerima dan mengingat informasi suasana hati berada pada kondisi yang sama. Terdapat suatu penelitian mengenai bagaimana kondisi memori karena suasana hati. Untuk mengetahuinya, maka dapat dilakukan secara eksperimental dengan memunculkan suasana hati dan juga bisa dengan mengukur suasana hati. Mengukur suasana hati dapat dilakukan secara alamiah. Pengukuran secara alamiah ini misalnya, dengan mengukur bagaimana suasana hati ketika cuaca panas dan atau saat mendung, ketika perasaan merasa senang atau sedih, dan sebagainya. Suasana hati secara eksperimantal dapat dimanipulasi dengsn 5 cara (Gerrads‐Hesse, et.all, 1994). Pertama, secara bebas membangkitkan mental kondisi emosi. Maksudnya, stimulus yang memunculkan keadaan emosi yang dituju akan diaktifkan secara mental oleh subjek sendiri. Contoh, subjek berada pada kondisi tidak sadar karena dihipnotis diminta mengingat kembali hal-hal apa saja yang membuatnya menjadi semangat. Kedua, secara terpandu dapat menggugah mental terkait kondisi emosi. Ketiga, memberi rangsangan yang bisa membangkitkan emosi seperti musik, film ataupun cerita kepada subjek, tetapi subjek tidak disuruh menjabarkan emosi tertentu. Keempat, pemaparan subjek pada situasi dimana situasi saat itu mengaktifkan kebutuhan tertentu seperti kebutuhan berprestasi. Kelima, memunculkan kondisi fisiologis dimana berhubungan dengan emosi tertentu yang pada akhirnya, kondisi fisiologis ini memunculkan suatu keadaan emosi tertentu. Contohnya, saat orang sedang sedih dan jika diminta untuk tersenyum maka bisa jadi suasana hatinya akan berubah tidak sedih lagi.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan penjelasan di atas, maka bisa diambil suatu kesimpulan bahwa emosi pada seorang individu sangat mempengaruhi memori atau ingatannya. Individu yang mengalami suasana hati yang kurang baik (sedang sedih), maka bisa jadi memori yang lebih bekerja adalah yang berkaitan tentang hal-hal yang berbau kesedihan juga. Dan sebaliknya, individu yang suasana hatinya sedang senang, ia akan mudah mengingat hal-hal yang berbau positif dan bisa juga berupa hal-hal yang menyenangkan. Penting bagi pelajar dan mahasiswa untuk untuk selalu menjaga suasana hatinya agar selalu pada suasana yang baik dan menyenangkan. Supaya dalam belajar, akan mudah untuk menyerap dan mengingat informasi yang telah didapatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Rahajeng, U., W. (2020). Emosi-Afek. Kuliah Biopsikologi. Universitas Brawijaya
ADVERTISEMENT
Martono, & Dicky, H. (1993). Pengaruh Emosi terhadap Ingatan Manusia. Buletin Psikologi, 16, 98-101.
Maranatha, F. (2019). Emosi Mempengaruhi Ingatan Manusia. Diambil dari: https://medium.com/@mfirmanmaranatha/emosi-mempengaruhi-ingatan-manusia-b85da6cdce18. (23 Desember 2020)
Universitas Sumatera Utara. Bab 1. Pendahuluan. Latarbelakang Masalah. Diambil dari: http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/31401/Chapter%20I.pdf?sequence=5&isAllowed=y. (23 Desember 2020)
Ina. Emosi dalam Psikologi – Pengertian – Bentuk. Diambil dari: https://dosenpsikologi.com/emosi-dalam-psikologi. (23 Desember 2020)
Kumalasari, L. (2020). Pengaruh Emosi Terhadap Ingatan Manusia. Diambil dari: https://www.kompasiana.com/linda281220/5fec4e3cd541df3c37333864/pengaruh-emosi-terhadap-ingatan-manusia