Demotivasi Kuliah di Masa Pandemi? Simak Tips Berikut

Linda Kurniawati
Dosen Program Studi Administrasi Bisnis Universitas Padjadjaran
Konten dari Pengguna
18 Juli 2021 11:00 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Linda Kurniawati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Mahasiswa mengalami demotivasi kuliah saat pandemi? Pasti. Kelabakan pun juga tak terhindarkan ketika semua aktivitas pendidikan, penelitian, dan bahkan pengabdian kepada masyarakat dialihkan menjadi sistem online. Simak tips berikut untuk membantu mengurangi demotivasi.
ADVERTISEMENT
Sebagai pengajar, saya mendapatkan arahan yang sangat membantu dari tim pengajar yang sudah mumpuni dalam penerapan sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ). Sehingga saya bisa beradaptasi dengan kebiasaan baru dan kuliah harian dapat terselesaikan dengan baik dalam kurun waktu 2 bulan semenjak WFH.
Akan tetapi, permasalahan baru muncul saat saya mendengarkan keluh kesah demotivasi dari mahasiswa/i selama interaksi di dalam maupun di luar kelas. Menjelang bulan ke-10 pandemi, mereka berterus-terang telah mengalami kejenuhan yang sangat dalam hingga berakibat malas mengikuti perkuliahan, enggan mengerjakan tugas dan acuh dengan nilai akhir yang didapat.
Ilustrasi ajakan kuliah. Credit: Canva https://www.canva.com/t/EAEDOYdh9go-colorful-3d-illustrated-remote-learning-events-and-special-interest-presentation/
Saya bisa menangkap apa yang mereka alami, karena saya pun yang disibukkan dengan tanggung jawab pekerjaan juga merasa lelah fisik dan mental karena harus stand-by selama minimal 8 jam per hari di depan laptop. Namun, sebagai pengajar saya tidak bisa bersikap acuh atas apa yang dialami oleh mahasiswa.
ADVERTISEMENT
Hingga akhirnya saya terapkan uji-coba cara untuk meningkatkan attention, engagement, dan curiosity. Harapannya supaya dapat membangkitkan semangat mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan dan mengerjakan tugas harian serta tugas akhir. Berikut ini adalah beberapa tips yang saya sarankan, beserta feedback dari beberapa mahasiswa:
1. Rehat Sejenak
Sebagai akademisi, mayoritas kegiatan harian kita adalah seputar belajar, mengerjakan tugas, diskusi, menulis, mengulik software, dan juga menonton tayangan pembelajaran. Semua aktivitas tersebut membutuhkan daya pikir yang optimal supaya kita mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan.
Apabila otak dipaksa bekerja dengan keras tanpa diiringi gerak fisik, akan berdampak pada kelelahan mental juga karena kebosanan erat dengan kegiatan yang memerlukan daya pikir apalagi dikerjakan selama di rumah. Kelelahan fisik dan mental yang dipendam dalam kurun waktu lama dapat berakibat pada menurunnya produktivitas harian kita.
ADVERTISEMENT
Kita harus bisa memahami kebutuhan fisik dan mental kita sendiri. Apabila kita tahu sudah merasa stress, demotivasi atau bahkan depresi, mari rehat sejenak dari aktivitas-aktivitas harian kita dalam rentang waktu beberapa hari atau bisa mengoptimalkan weekend.
Kita bisa mengambil jatah absence atau tidak masuk untuk satu mata kuliah, tapi tetap mencari tahu materi apa yang disampaikan oleh dosen pada hari tersebut. Tapi pastikan selama periode rehat, tidak ada quiz, ujian atau tugas kelompok yang membutuhkan kehadiran kita dan tidak bertentangan dengan ketentuan perkuliahan yang disampaikan oleh dosen.
Selama waktu rehat, kita bisa mencari hobi baru, melakukan hobi lama, atau hanya berdiam diri saja di rumah, yang penting jauhkan dari beban pekerjaan atau tugas. Tujuan dari rehat adalah mengurangi fatigue selama beberapa hari supaya otak, badan, dan mental kembali fresh.
ADVERTISEMENT
2. Adakan Sharing Session
Setelah mengistirahatkan badan dan menjernihkan otak, saatnya kembali memulai produktivitas dengan mengikuti kegiatan perkuliahan seperti seperti semula. Pada saat di kelas maupun di luar kelas, adakan sesi curhat atau sharing dengan dosen, teman sekelas maupun teman dalam kelompok kecil penugasan. Topik yang bisa digunakan untuk sharing session adalah:
a. Kegiatan offline sebelum pandemi
Mengingat kembali keseruan, kebersamaan, dan kelucuan dari kegiatan ospek kampus, kepanitiaan, lomba, dan field-trip dapat membangkitkan semangat mahasiswa yang mulai luntur. Cerita tentang pengalaman tersebut dapat juga membentuk bonding antara pengajar dan mahasiswa, terutama untuk pengajar muda yang ingin mengenal lebih dekat mahasiswa dan budaya kampus.
Selain itu, menceritakan kisah seru bisa menumbuhkan harapan bahwa tidak lama lagi pandemi akan segera berakhir dan mahasiswa dapat melakukan aktivitas tatap-muka seperti biasa. Dengan memupuk harapan baru, semangat mengikuti kegiatan perkuliahan dan aktivitas kemahasiswaan akan meningkat juga.
ADVERTISEMENT
Ketika saya memulai pembicaraan tentang kegiatan sebelum pandemi lewat aplikasi zoom, mahasiswa yang tadinya off-cam jadi tertarik ikut bercerita dan menyalakan webcam serta microphone.
Saya dapat melihat kegembiraan, kebanggaan, dan kebersamaan yang dirasakan oleh mahasiswa saat mereka saling bersahutan menceritakan kembali kenangan kegiatan offline selama di kampus. Mereka sangat antusias menjelaskan pencapaian mereka, hal-hal lucu yang mereka temui, hingga kisah tentang kesulitan yang mereka hadapi pun masih membekas di benak mahasiswa.
b. Curhat tentang mata kuliah
Selain topik tentang kegiatan kemahasiswaan, antusiasme mahasiswa juga terlihat dengan jelas saat topik tentang mata kuliah mulai saya sampaikan dalam forum. Ketika saya tanyakan, sub-topik apa yang mahasiswa inginkan untuk dibahas di dalam kelas, ternyata beberapa diantaranya sudah punya target pembelajaran sendiri. Mereka menyampaikan poin-poin apa yang ingin dibahas lebih lanjut, supaya mereka dapat membandingkan dengan materi yang sudah ada di internet.
ADVERTISEMENT
Yang membuat saya terkejut, mahasiswa yang memberi usul tentang topik tersebut adalah mahasiswa yang biasanya hanya diam dan off-cam saat di kelas.
Dari cerita di atas, terlihat bahwa attention dan engagement muncul apabila mahasiswa diberikan umpan untuk menyampaikan peminatannya. Tips tersebut dapat dipergunakan untuk menggali ketertarikan mahasiswa terhadap suatu topik perkuliahan.
Dan tidak ada salahnya kita mencoba menggali lebih jauh pemahaman mahasiswa terhadap sub-topik tertentu.
c. Curhat tentang pengalaman selama pandemi
Selama pandemi, banyak keluarga yang mengalami kesusahan, tidak terkecuali keluarga mahasiswa. Penting bagi pengajar mengetahui siapa saja yang membutuhkan pertolongan dalam bentuk apa pun itu karena hal tersebut bagian dari tanggung jawab institusi pendidikan.
Salah satu cara yang bisa digunakan untuk menggali informasi tentang kondisi mahasiswa selama pandemi adalah dengan menanyakan secara langsung kepada mahasiswa yang bersangkutan.
ADVERTISEMENT
Apabila mahasiswa memiliki karakter tertutup, perlu pendekatan secara pribadi dari tenaga pendidik atau melalui teman terdekat. Kepekaan tenaga pengajar akan permasalahan yang dihadapi oleh mahasiswa menunjukkan rasa toleransi terhadap orang sekitar dan engagement di dalam institusi.
Secara emosi, mahasiswa yang mendapat perhatian tersebut akan merasa beban tekanan yang dia tanggung tidak lagi berat karena dia memiliki teman, pengajar, dan juga wali yang akan memberikan dukungan kapanpun.
Ilustrasi untuk menggambarkan curhat kesulitan selama pandemi. Credit: Canva
3. Kenalkan Aktivitas dan Target Baru
a. Hidupkan topik diskusi yang erat dengan millenial
Mahasiswa zaman now lekat dengan kata curiosity, baik dalam artian positif maupun dalam konteks negatif. Mereka merasa penasaran dengan hal-hal yang ada di sekitar mereka, entah itu gossip, technology, ataupun opini masyarakat.
ADVERTISEMENT
Sebagai pengajar, kita bisa memanfaatkan kekepoan mahasiswa untuk menggiring arah diskusi online ke topik yang menarik perhatian mereka. Ketika saya mencoba memberi umpan dengan topik merger businesses yang masih hangat, banyak dari mereka yang ternyata memiliki opini yang lebih dalam dari apa yang telah saya baca pada pemberitaan media massa.
Bahkan beberapa justru memunculkan topik terbaru yang muncul di kancah internasional. Sangat bermanfaat karena bisa memupuk kebiasaan penting bagi mahasiswa, yaitu aware dengan isu-isu terkini baik tentang kebijakan, bisnis, politik, gaya hidup, kesehatan, dan juga pendidikan.
b. Dukung untuk mengikuti kegiatan produktif
Apabila mahasiswa bosan dengan kegiatan perkuliahan online, kita bisa mulai mendorong mereka untuk mengikuti kompetisi hibah, pertukaran pelajar, magang, dan pengabdian baik secara online maupun offline di sekitar tempat tinggal mahasiswa. Tujuannya adalah meningkatkan produktivitas selain dari kegiatan perkuliahan dan kemahasiswaan.
ADVERTISEMENT
Misalkan, mahasiswa yang memiliki jiwa kompetitif, dapat diarahkan mengikuti kompetisi ilmiah, pertukaran pelajar atau kegiatan yang memberikan reward untuk mahasiswa. Sedangkan untuk mahasiswa yang erat dengan kegiatan kemahasiswaan, dapat diarahkan untuk mengikuti program sukarelawan supaya dapat menyalurkan aspirasi dan energi untuk masyarakat.
c. Target pembelajaran baru
Saat ini, kegiatan perkuliahan diharapkan dapat menghasilkan luaran publikasi ilmiah oleh mahasiswa. Saya telah mencoba mendesain target luaran konferensi ilmiah untuk tahun ke-2 dan pengumpulan artikel jurnal ilmiah untuk mahasiswa tahun ke-3. Hasilnya adalah 30% berhasil untuk mahasiswa tahun ke-3 dan 50% keberhasilan untuk tahun ke-2. Hal baru yang diterapkan di dalam kelas mendapatkan feedback positif yang disampaikan ke saya antara lain:
ADVERTISEMENT
Dengan beberapa tips di atas, semangat berjuang mahasiswa yang mulai lesu akibat pandemi yang masih melanda dapat sedikit diatasi. Tips yang saya sampaikan berguna untuk mahasiswa yang sedang mengalami demotivasi, namun perlu adanya dukungan dari orang sekitar dan termasuk pengajar untuk memotivasi kembali beraktifitas seperti biasa.
Semoga rekan-rekan mahasiswa dan tenaga pengajar bisa menemukan kebiasaan baru untuk meminimalisir kebosanan dan tetap produktif walaupun pandemi membatasi kreativitas kita.