Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Mengatasi Stres dan Tekanan Akademik Melalui Layanan Konseling di Sekolah
5 November 2024 11:13 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Linda Meiyear Ningsih tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Stres didefinisikan sebagai suatu reaksi seorang individu baik secara mental maupun secara psikis yang diakibatkan oleh paksaan terhadap diri individu dalam menyesuaikan diri dilingkungan. Berdasarkan temuan WHO, stres merupakan masalah kesehatan masyarakat nomor empat di dunia dan akan menjadi nomor dua pada tahun 2020 (Rofiah & Syaifudin, 2014). Dalam dunia pendidikan, tidak dapat dipungkiri bahwa banyak peserta didik yang mengalami stres karena merasa tertekan selama kegiatan belajar mengajar di sekolah. Tekanan akademik juga merupakan hal paling umum yang terjadi pada siswa (Govaerts dan Gregoire, 2004). Hal ini terlihat dari hasil survei American School Wellbeing Affiliation (ACHA) pada tahun 2013, bahwa 46,3% (dari 96.661 siswa dari berbagai negara) merasa bahwa kewajiban akademik yang harus mereka upayakan sangatlah berat. Tinjauan lain dari ACHA pada tahun 2009 terhadap 97.357 siswa dari berbagai negara menunjukkan bahwa 32% tekanan akademik merupakan hambatan utama dalam pencapaian akademik. Jadi stres merupakan permasalahan yang sering dialami siswa di lingkungan sekolah.
ADVERTISEMENT
Stres yang terjadi dikalangan peserta didik disebut dengan stres akademik. Stres akademik adalah sebuah gangguan psikologis seorang siswa yang di pengaruhi kegagalan akademik atau perasaan tidak mampu dalam belajar. Kondisi stres yang terjadi akibat tuntutan yang ada di sekolah melebihi kemampuan diri pada peserta didik tersebut. Tuntutan-tuntutan akademik harus mampu dihadapi oleh peserta didik seperti, aktif dalam kelas, mampu menjawab pertanyaan yang diajukan guru atau pendidik, mendapat nilai bagus saat ujian, berlomba-lomba menjadi yang paling unggul, memenuhi harapan guru dan orang tua dalam bidang akademik, hal ini memiliki konsekuensi yang cukup berbahaya akibatnya peserta didik tertekan selama belajar karena tuntutan untuk mencapai tujuan akademik yang sempurna.
Selain itu tidak jarang peserta didik yang merasa insecure terhadap temannya yang lebih unggul dari pada diri nya dan ada juga peserta didik yang merasa bahwa dia sudah berusaha untuk belajar. Namun, tetap saja hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan keinginannya dan tentu saja ini dapat memicu timbulnya stres bagi peserta didik. Ada sebagian peserta didik yang merasa jenuh karena adanya tuntutan belajar agar tetap menjadi yang paling unggul, sebagian lain merasa bahwa diri nya tidak mampu dan tidak memiliki keahlian apapun. Orang tua juga mempengaruhi terjadinya stres akademik dikalangan peserta didik, seperti peserta didik jadi tidak fokus dan tidak semangat belajar karena kondisi di dalam rumah nya selalu saja terjadi pertengkaran antara kedua orang tua nya. Stres akademik di pengaruhi oleh faktor external, yaitu orang tua, teman dan sekolah. Namun, tidak hanya faktor eksternal yang mempengaruhi stres akademik seorang siswa. Faktor internal seperti siswa yang malas dalam belajar, tidak mempersiapkan dirinya ketika hendak melaksanakan ujian, tidak mau mengembangkan soft skill dan hard skill nya sehingga individu menjadi tertinggal oleh teman kelasnya.
ADVERTISEMENT
Menurut pandangan saya, pola pikir yang buruk akan mengakibatkan peserta didik tidak dapat mengontrol situasi, kemungkinan besar akan lebih mudah mengalami stres begitupun sebaliknya jika peserta didik mampu untuk mengendalikan pikirannya maka kemungkinan stres yang dialami sangat kecil. Peserta didik harus berpikir optimis sehingga ketika mengalami kejadian yang tidak sesuai harapannya tidak akan mudah pesimis. Maka peserta didik akan tetap berusaha bangkit dan tidak akan putus asa. Keyakinan juga faktor yang dapat mempengaruhi kondisi peserta didik harus yakin terhadap kemampuan diri nya dan pemikiran yang seperti ini dapat mengubah pola pikirnya sehingga kemungkinan stres yang terjadi sangat kecil.
Banyak lagi masalah-masalah yang dialami peserta didik terkait dengan masalah dibidang akademik. Namun, sebagian besar dari peserta didik mampu mengontrol pola pikirnya dan mengatasi sendiri masalah yang sedang dihadapi, sebagian besar tidak berlarut-larut dalam kesedihan sehingga mereka tidak mengalami stres dan tidak mempengaruhi semangat mereka untuk terus belajar. Tidak menutup kemungkinan bahwasannya ada beberapa peserta didik yang tidak mampu mengatasi permasalahannya sendiri, mereka membutuhkan orang lain untuk mendorong mereka menuju ke hal yang lebih baik, disinilah konselor mengambil peran. Kondisi stres akademik yang dialami oleh peserta didik perlu untuk diperhatikan karena hal yang tersebut memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan proses pembelajaran. Perfoma peserta didik akan menurun yang bisa mengakibatkan mereka tidak memilki semangat dalam.
ADVERTISEMENT
Menurut Prayitno dikutip dari buku berjudul Dasar-Dasar Bimbingan Konseling fungsi dari bimbingan konseling adalah pemahaman, pencegahan, pengentasan, dan advokasi (Suhertina, 2014). Seorang konselor bertugas menyelesaikan masalah dan mencegah terjadinya masalah seorang individu. Segala bentuk permasalahan peserta didik yang berkaitan dengan lingkungan sekolah ataupun dengan pembelajaran, konselor memegang alih atas hal tersebut. Konselor akan menanggulani segala keluh kesah para peserta didik dan memberikan solusi yang terbaik atas masalah tersebut. Hal ini yang menyebabkan konselor berperan sangat penting terhadapat stres akademik yang terjadi pada siswa disekolah.
Konselor dalam mengatasi stres akademik pada peserta didik juga harus dapat melakukan pelayanan konseling agar masalah peserta didik dapat diatasi dengan efektif dan tepat sasaran. Salah satu layanan yang dapat digunakan adalah memberikan pelayanan individual maupun layanan informasi. Salah satu hal yang dapat dilakukan pertama adalah mengenali coping sesuai dengan pendapat teori Taylor (2003) yaitu menggunakan strategi Cognitive Behavioral Stress Management (CBSM). CBSM dirancang untuk menangani stres akademik dengan menggabungkan teknik cognitive behavioral, teknik relaksasi dan time management. Intervensi CBSM dirancang untuk: a) meningkatkan kesadaran tentang stres dengan mengidentifikasi sumber stres dan sifat respon stres, b) mengajar keterampilan pengurangan kecemasan seperti relaksasi, c) memodifikasi proses berpikir negative dan penilaian dengan mengajarkan keterampilan kognitif-restrukturisasi, d) membangun adaptif mengatasi keterampilan dan meningkatkan ekpresi emosional, e) peningkatan ketersediaan dan pemanfaatan jaringan dukungan sosial, dan f) meningkatkan keterampilan interpersonal melalui kemampuan komunikasi yang baik (Penedo & Frank, 2008).
ADVERTISEMENT
Disusun oleh: Linda Meiyear Ningsih dan Prof. Dr. Andayani, M.Pd.