Konten dari Pengguna

Self Diagnosis is Dangerous

Herlinda Mendrofa
Nama Saya Herlinda Mendrofa, Saya adalah mahasiswi semester 2 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya lahir di Sumatra Utara, pulau Nias pada tanggal 13 Juli 2002. Kini saya berdomisili di Ciputat Timur, Tangerang Selatan
13 Juni 2022 1:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Herlinda Mendrofa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sumber: Dokumen Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Dokumen Pribadi
Penggunaan media sosial sudah tentu sangat tidak asing lagi bagi kehidupan sehari hari, media sosial mencakup seluruh informasi kehidupan baik luar maupun dalam, salah satunya mengenai informasi kesehatan mental.
ADVERTISEMENT
Di masa pandemi Covid-19 kesehatan mental menjadi buah bibir di media sosial dan bahkan sejumlah orang melakukan self diagnosis terhadap gangguan kesehatan mental mereka sebab mengalami hal serupa seperti yang mereka baca dan lihat di media sosial. Self diagnosis sendiri adalah tindakan mengklaim diri sendiri memiliki gangguan kesehatan baik secara fisik maupun secara psikologi. Lebih tepatnya sebagaimana pengertian yang di rangkum dari Halodoc oleh dr. Fadhli Rizal Makarim, Self-diagnosis adalah mendiagnosa diri sendiri mengidap sebuah gangguan atau penyakit berdasarkan pengetahuan diri sendiri atau informasi yang didapatkan secara mandiri (Halodoc, 2021). Dengan demikian tentu hal ini memberikan dampak negatif yang cukup signifikan bagi kesehatan mental mereka yang sebenarnya. Apalagi di zaman sekarang segala informasi dapat kita cari sendiri melalui internet, sehingga menjadi lebih mudah mendiagnosa diri sendiri mengenai berbagai penyebab atas gejala yang telah dirasakan tanpa berkonsultasi ke ahlinya langsung. 
ADVERTISEMENT
Di media sosial ada banyak sekali para anak muda yang mengatakan dirinya mempunyai gangguan kesehatan mental seperti Bipolar atau gangguan suasana hati, Anxiety yang di kenal dengan gangguan kecemasan, Depresi dan masih banyak lagi. Untuk memperlihatkan dan memberitahu gangguan kesehatan mental yang dimiliki, sejumlah anak muda di media sosial memposting sebuah video memotong rambut dan diiringi oleh lagu sedih sehingga mendapatkan banyak simpati dari orang orang yang melihat hal tersebut dan menjadi sebuah tren. Fenomena self diagnosis ini cukup berbahaya, apalagi bagi sejumlah orang awam yang mendapatkan informasi dari sumber yang tidak terpercaya. Perlu diketahui bahwa diagnosis bukanlah sebuah label yang kita dapatkan dari ahli seakan identitas yang kita miliki pun ikut berubah, tidak demikian. Adapun tujuan dari diagnosis ahli adalah untuk menentukan jalan proses penanganan yang cocok, dengan demikian self diagnosis yang berarti mendiagnosa diri sendiri tidak memiliki proses penanganan apapun sehingga hal tersebut sia sia dan hanya memperparah keadaan. Self diagnosis dikatakan bisa makin memperparah keadaan yang sesungguhnya, karena diri sendiri dapat melebih-lebihkan keadaan yang pada kenyataannya tidak demikian. Hal ini mengakibatkan penderitaan yang semakin berat sebab skenario yang diciptakan oleh diri sendiri. Tidak hanya itu self diagnosis malah membuat seseorang menyangkal atas apa yang terjadi pada dirinya, bisa saja mengecil-ngecilkan sebuah keadaan yang sebenarnya sudah sangat berat yang sampai berdampak pada gangguan fisik.
ADVERTISEMENT
Untuk menghindari self diagnosis, maka dibutuhkannya konsultasi dari ahli (Psikologi, Psikiater) Lalu kapan waktu yang tepat mendatangi Psikolog atau Psikiater?
Pergi ke Psikolog atau Psikiater bisa kapan saja dan waktu apapun, akan tetapi jika diri sudah mengalami beberapa hal sebagai berikut maka disarankan untuk langsung berkonsultasi dengan ahli, di antaranya: 
1. Saat pikiran, perasaan, dan tindakan diri sendiri sudah mulai mengganggu kegiatan sehari hari seperti sulit untuk fokus, merasakan ada hal yang salah pada diri, serta munculnya pikiran pikiran negatif yang sangat sulit dikendalikan
2. Saat muncul berbagai hambatan ketika melakukan kegiatan sehari hari sebab merasa sangat lelah dan hasil yang dilakukan tidak maksimal
3. Sulit tidur atau perubahan pada pola tidur yang tidak teratur dan perubahan perilaku yang dirasakan oleh pihak sekitar tanpa disadari
ADVERTISEMENT
4. Ketika sudah membahayakan diri, yakni menyakiti diri sendiri dan orang lain khususnya secara fisik. 
Jadi, tindakan diagnosis hanya boleh dilakukan oleh para ahli dan melalui beberapa proses untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Jangan menjadikan gangguan kesehatan mental sebagai tren apalagi jika sama sekali belum ada diagnosis pasti oleh ahli. Yang bertanggung jawab atas diagnosis yang dimiliki sebagai pasien adalah para ahli dan tanggung jawab kita sebagai pasien adalah menjelaskan dengan jujur dan lengkap apa saja gejala yang kita rasakan.  
Daftar Pustaka
 dr. Makarim, F. (12 Oktober 2021). Bahaya Self-Diagnosis yang Berpengaruh pada Kesehatan Mental. Halodoc. https://www.halodoc.com/artikel/bahaya-self-diagnosis-yang-berpengaruh-pada-kesehatan-mental
 Darmadi, D. (06 Januari 2022). "Self Diagnosis" dan Pamer "Mental Illness". detiknews. https://news.detik.com/kolom/d-5886182/self-diagnosis-dan-pamer-mental-illness/amp 
ADVERTISEMENT
Marshed. (2020). Talking About Instanity. Youtube. diakses pada 12 Juni 2022. https://youtu.be/5dDWQppINM8