Konten dari Pengguna

Tren Ekonomi Biru: Peluang Tantangan Bagi Sektor Bisnis di Pantai Parangtritis

Lintang Wicaksono
Saya seorang mahasiswa semester 5 Porgram Studi Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta,
30 Oktober 2024 14:20 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lintang Wicaksono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : Dokumen pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : Dokumen pribadi
ADVERTISEMENT
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki garis pantai sepanjang 99.093 km dengan luas wilayah laut mencapai 5,8 juta km2.Potensi sumber daya perikanan yang melimpah menjadikan sektor ini sebagai salah satu penopang perekonomian nasional. Salah satu wilayah pesisir yang memiliki potensi perikanan besar adalah Pantai Parangtritis di Daerah Istimewa Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Pantai Parangtritis terletak di Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Wilayah ini memiliki panjang garis pantai sekitar 7 km dan berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Potensi sumber daya perikanan di wilayah ini cukup besar, terutama untuk perikanan tangkap laut seperti ikan pelagis kecil, ikan demersal, dan udang. Namun, eksplorasi sumber daya perikanan di wilayah ini belum dilakukan secara optimal dan berkelanjutan.
Sumber daya perikanan merupakan salah satu kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sebagai negara maritim. Potensi perikanan tangkap di wilayah laut Indonesia diperkirakan mencapai 9,93 juta ton per tahun . Namun, tingkat pemanfaatan sumber daya perikanan di Indonesia baru mencapai sekitar 65% dari total potensi yang ada. Hal ini menunjukkan masih terdapat peluang yang besar untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya perikanan di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Masyarakat pesisir Pantai Parangtritis sebagian besar menggantungkan hidupnya pada sektor perikanan, baik sebagai nelayan, pedagang ikan, maupun pengolah hasil perikanan. Tingkat kesejahteraan masyarakat pesisir sangat bergantung pada pemanfaatan sumber daya perikanan yang ada. Namun, dari banyaknya peluang dalam memanfaatkan peluang tersebut.Juga memiliki beberapa tantangan yang harus mereka hadapi.

Ekonomi Biru

Ekonomi biru merupakan konsep pembangunan ekonomi yang menekankan pada pemanfaatan sumber daya kelautan dan pesisir secara berkelanjutan. Pantai Parangtritis, sebagai salah satu destinasi wisata utama di Yogyakarta, memiliki potensi besar untuk mengadopsi dan mengembangkan model ekonomi biru ini. Namun, transisi menuju ekonomi biru juga menghadirkan sejumlah tantangan bagi sektor bisnis yang telah mapan di kawasan tersebut.

Peluang Ekonomi Biru di Pantai Parangtritis

Diversifikasi Wisata Bahari Pantai Parangtritis memiliki potensi besar untuk mengembangkan wisata bahari yang lebih beragam. Selain aktivitas tradisional seperti berenang dan berjemur, sektor bisnis dapat menawarkan pengalaman ekowisata seperti snorkeling di terumbu karang terdekat, wisata mangrove, atau tur edukasi tentang ekosistem pesisir. Ini tidak hanya akan meningkatkan daya tarik destinasi, tetapi juga menciptakan kesadaran lingkungan di kalangan pengunjung.
ADVERTISEMENT
Budidaya perairan berkelanjutan dapat menjadi sumber pendapatan baru bagi masyarakat lokal. Budidaya rumput laut, kerang, atau ikan yang ramah lingkungan dapat mendukung industri makanan laut lokal sekaligus menjaga keseimbangan ekosistem. Hal ini juga membuka peluang untuk wisata edukasi tentang praktik akuakultur berkelanjutan.
Energi Terbarukan Pantai Parangtritis memiliki potensi untuk pengembangan energi terbarukan berbasis laut, seperti energi gelombang atau angin lepas pantai. Investasi dalam sektor ini tidak hanya akan mendukung transisi menuju energi bersih tetapi juga dapat menjadi daya tarik wisata teknologi hijau.
Ekonomi Sirkular Penerapan prinsip ekonomi sirkular dalam pengelolaan limbah dan sumber daya dapat membuka peluang bisnis baru. Misalnya, daur ulang plastik laut menjadi produk kerajinan atau bahan bangunan dapat menciptakan lapangan kerja sekaligus mengurangi polusi laut.
ADVERTISEMENT

Tantangan Implementasi Ekonomi Biru

Keterbatasan Infrastruktur Salah satu tantangan utama adalah keterbatasan infrastruktur pendukung untuk implementasi ekonomi biru. Pengembangan fasilitas pengolahan limbah, sistem energi terbarukan, atau infrastruktur untuk akuakultur membutuhkan investasi besar dan dukungan kebijakan yang kuat.
Resistensi Terhadap Perubahan Masyarakat lokal dan pelaku bisnis tradisional mungkin menunjukkan resistensi terhadap perubahan model ekonomi. Diperlukan edukasi dan pendekatan partisipatif untuk memastikan bahwa transisi menuju ekonomi biru dapat diterima dan menguntungkan semua pihak.
Keseimbangan Ekologi Menjaga keseimbangan antara pengembangan ekonomi dan pelestarian lingkungan merupakan tantangan besar. Overeksploitasi sumber daya atau pengembangan yang tidak terkendali dapat merusak ekosistem pesisir yang menjadi fondasi ekonomi biru itu sendiri.Kompetensi Sumber Daya Manusia Implementasi ekonomi biru membutuhkan keterampilan dan pengetahuan khusus yang mungkin belum dimiliki oleh masyarakat lokal. Peningkatan kapasitas melalui pelatihan dan pendidikan menjadi krusial untuk kesuksesan transisi ini.
ADVERTISEMENT

Solusi mengatasi tantangan

Tren ekonomi biru membuka lembaran baru bagi pengembangan sektor bisnis di Pantai Parangtritis. Dengan potensi alam yang melimpah dan posisinya sebagai destinasi wisata populer, Parangtritis memiliki modal dasar yang kuat untuk mengimplementasikan model ekonomi ini. Namun, keberhasilan transisi menuju ekonomi biru bergantung pada kemampuan semua pemangku kepentingan untuk berkolaborasi, berinovasi, dan beradaptasi terhadap paradigma baru ini.
Melalui pendekatan yang berkelanjutan, Pantai Parangtritis dapat menjadi contoh sukses penerapan ekonomi biru di tingkat lokal, menciptakan keseimbangan antara kesejahteraan ekonomi, kelestarian lingkungan, dan keberlanjutan sosial. Dengan demikian, Parangtritis tidak hanya akan mempertahankan daya tariknya sebagai destinasi wisata, tetapi juga berkembang menjadi model pembangunan pesisir yang berkelanjutan di Indonesia.