Konten dari Pengguna

Bagaimana Hantaman Kecerdasan Buatan dalam Bisnis Seni?

Lintang Madinah Haryadi
Mahasiswi jurusan Manajemen kelas internasional di Universitas Jendral Soedirman
22 Oktober 2023 10:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lintang Madinah Haryadi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ilustrasi Kreatifitas Manusia Dicuri oleh Data AI. (Sumber:Pixabay/geralt)
Peradaban manusia dalam bidang teknologi kian melejit. Khususnya dalam teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI). Perkembangan yang diakibat dari kemajuan teknologi komputer dan algoritma di awal tahun 2000-an yang berlanjut hingga saat ini. AI mengubah cara manusia hidup, mulai dari cara berpikir, berinteraksi, hingga berkarya.
ADVERTISEMENT
Ilustrasi mesin robot dapat dikendalikan oleh manusia dan data (Sumber:Pexels/Pavel-Danilyuk)
Kemampuannya dalam memahami dan memproses data serta menghasilkan sebuah jawaban dalam waktu yang relatif singkat, tentu diminati oleh banyak orang. Bahkan industri seni yang digadang-gadang tidak bisa dikuasai AI, akhir-akhir ini karya seni bisa diciptakan melalui AI Art Generator (AI Art). Mulai dari public figure hingga masyarakat biasa pun, ikut antusias dengan mengunggah foto hasil AI Art di akun media sosial miliknya. Fenomena ini pun kerap kali trending di sejumlah media sosial.
Seni yang sering dikaitkan dengan keterampilan dan keahlian mengolah rasa, pikiran, dan tubuh. Seketika dapat digantikan dengan permainan Algoritma pada AI Art. Teknologi ini akan menghasilkan sebuah karya baru yang berasal dari pemahaman sistem dalam mengidentifikasi pola dan struktur, yang serupa dengan data yang tersedia lalu menyocokkan dengan yang diperintahkan. Sistem diatur sedemikian rupa agar datanya menyerupai hasil karya manusia.
ADVERTISEMENT
AI tidak hanya dapat menghasilkan karya bergambar maupun lukisan, yang seperti saat ini kita dapat saksikan di media sosial. Melainkan juga berupa tulisan, video, musik, maupun desain pakaian. Era serba konvensional bergeser menjadi era serba digital yang mengubah proses produksi menjadi semakin instan. Hanya perlu menunggu beberapa menit karya seni pun dapat dinikmati.
Bagaikan memesan minuman di vending machine yang amatlah mudah dan cepat, bisa dilakukan oleh siapa pun dan di mana pun selama akses internet terhubung. Hasilnya hampir sepenuhnya dikatakan sempurna. Bahkan kualitas gambar AI diatur mengikuti sejarah perkembangan karya seni para seniman di dunia. Penggunanya tinggal memilih model karya seni manakah yang senada dengan keinginannya.
Ilustrasi robot dapat menciptakan beragam karya seni sesuai permintaan penggunanya (Sumber:Pexels/Pavel-Danilyuk)
Bagi orang awam, hasil karya seni AI Art menyenangkan dan cukup memuaskan, bahkan mesin AI Art bisa menggambarkan keadaan imajinatif yang tidak lumrah di dunia ini serta wajah tokoh pun dapat mesin ini manipulasi seperti wajah penggunanya. Namun, proses pembuatan karya melalui AI Art bukanlah proses penumpahan kreatifitas dan emosi pada sebuah media. Melainkan, hanya proses instan mendapatkan sebuah karya seni.
ADVERTISEMENT
Tidak memerlukan banyak waktu, tenaga, dan biaya. Karya hasil AI Art ini pun bisa dijual ke platform penyedia. Selama ada permintaan, pihak yang menawarkan pun akan selalu ada. Betul demikian faktanya, kebanyakan musik yang saat ini kita dengar di media sosial merupakan hasil dari AI Art. Jika mengetahui alur jual belinya tentu ini merupakan peluang berlian untuk dilakukan.
Banyak dari mereka yang sudah mendapatkan ribuan dolar melalui platform penjualan online. Selain itu, beberapa perusaahan pun turut memanfaatkan peluang ini dengan mengombinasikan karya melalui AI Art menjadi sesuatu yang unik, sesuatu yang sulit ditemukan di tempat lain. Pasalnya beberapa platform AI Art tidak memungut biaya apapun pada copyrights sehingga memudahkan, menguntungkan, serta menghemat biaya. Meskipun kelegalan karya AI Art masih dipertanyakan hingga hari ini.
Ilustrasi pembeli memilih dan membayar karya seni hasil AI di website (Sumber: Paxel/picjumbo.com)
Tujuan pembelian karya AI Art pun beragam, mulai dari koleksi pribadi hingga digunakan untuk kegiatan komersial seperti cover album musik. Konsumen tentu menyukai produk yang bermutu tinggi dengan harga yang relatif rendah, maka tentu AI Art pemenangnya. Namun tidaklah perilaku konsumen demikian, ada pula yang sangat menghargai proses pembuatan sebuah karya seni. Sebab mereka sadar tidaklah semua orang berkesenian ataupun merupakan seorang seniman.
ADVERTISEMENT
Pergeseran esensi berkesenian mulai terjadi, baik dari latar belakang pembuatan sebuah karya seni, proses penciptaan, pemahaman atas karya seni, serta penghargaan terhadap karya seni tersebut. Karya seni menjadi bernilai karena memilki cerita di dalam proses penciptaannya sehingga tercipta karya seni yang orisinal. Contoh dalam pengembangan gaya lukisan saja, pelukis memerlukan waktu bertahun-tahun untuk memberikan ruh pada karya lukisannya.
Bukankah ini Tidak Beretika dalam Memperoleh Sebuah Karya?
Karya yang dihasilkan para seniman merupakan mahakarya yang penuh dengan keaslian dan nilai di dalamnya. Berbisnis dan berkarya kadang kala memang bertolak belakang. Berbisnis mengacu pada terdapatnya pemintaan dan penawan. Sementara, berkarya mengenai saling menghargai dan dihargai serta nilai yang tersimpan dalam benda tersebut. Penghargaan terhadap karya seni yang nampak menurun dan melemah, berimbas kepada pendapatan para seniman yang ikut menurun.
ADVERTISEMENT
Kendati demikian, mesin tidak akan lebih piawai dam terampil dari manusia yang memiliki otak dan alat indra dari sang pencipta. AI Art tidak dapat memberikan rasa atau emosi di dalam pembuatan karya. Sebab ini merupakan pesan eksplisit yang para seniman sampaikan kepada khalayak. Mungkin kehadiran AI Art ini bisa para seniman pergunakan untuk alat berkolaborasi karya dan tentu akan memiliki daya tarik tersendiri bagi pecinta seni.
Lintang Madinah Haryadi, mahasiswa jurusan manajemen kelas internasional, UNSOED.