Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Menjadi Editor? Antara Sikap dan Modal Kerja
27 Desember 2021 15:33 WIB
Tulisan dari Fadly Suhendra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di penghujung tahun 2021, BRIN melakukan pemetaan (redistribusi) pegawai untuk kali kedua sebagai tindak lanjut dari pengintegrasian lembaga riset yang ada di Indonesia. Dalam situasi ini, tidak saja memungkinkan seseorang untuk pindah tempat kerja, namun juga untuk alih jabatan karena harus menyesuaikan dengan kebutuhan dari tugas dan fungsi unit kerja atau organisasi yang akan ditempati.
ADVERTISEMENT
Sebagai salah satu bagian dari unit kerja di lingkungan BRIN, tidak sedikit yang menghubungi dan bertanya mengenai tugas dan fungsi (tusi) Direktorat Repositori, Multimedia, dan Penerbitan Ilmiah (RMPI) kepada saya.
Pada prinsipnya, Direktorat RMPI merupakan unit organisasi di lingkungan BRIN yang memiliki tusi untuk menyimpan dan mengelola data, informasi, serta pengetahuan, mulai dari mendokumentasikan, mengonservasi, mengonversi/mengemas, dan menyebarluaskannya sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan bagi kepentingan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Berbagai tugas tersebut utamanya dilakukan oleh para profesional informasi, seperti pustakawan, editor, desainer, dan profesi pendukung lainnya. Dalam melakukan tugas dan fungsinya tersebut para profesional informasi sejatinya bertujuan untuk melayani kebutuhan informasi masyarakat (pembaca, pemustaka, dan pemangku kepentingan lainnya).
ADVERTISEMENT
Profesional informasi dalam bidang penerbitan merupakan mitra penulis, kreator, atau masyarakat pada umumnya untuk mengemas dan menyebarluaskan data, informasi, dan pengetahuan yang mereka miliki dalam bentuk buku, jurnal, dan produk audiovisual atau terbitan lainnya. Tidak saja itu, para profesional informasi juga harus dapat memastikan kebermanfaatan berbagai produk pengetahuan tersebut.
Seperti yang telah dijelaskan, salah satu tugas Direktorat RMPI adalah penerbitan ilmiah. Dalam hal ini, di lingkungan BRIN juga disebut sebagai Penerbit BRIN. Profesional informasi yang bertugas di Penerbit BRIN utamanya adalah editor dan desainer. Alhamdulillah, sejak akhir 2020, editor dan desainer di lingkungan BRIN telah memiliki jalur karier yang pasti setelah diresmikannya jabatan fungsional Penata Penerbitan Ilmiah.
Berkaitan dengan redistribusi pegawai, banyak juga yang bertanya dan berminat untuk alih jabatan ke fungsional Penata Penerbitan Ilmiah yang notabene sebagai editor. Ada yang awalnya peneliti, perekayasa, humas, pustakawan, dll.
ADVERTISEMENT
Umumnya, saya menginformasikan bahwa untuk menjadi editor yang dibutuhkan pertama kali adalah daya tahan. Nah, pada kesempatan ini saya akan menguraikan beberapa hal yang berkaitan dengan tugas dan fungsi editor. Namun, apa yang akan saya uraikan ini pada dasarnya berlaku untuk editor di penerbit mana pun, khususnya dalam penerbitan media tulis.
Tips bagi Pemula: Antara Keterampilan dan Bakat
Secara umum untuk memasuki bidang pekerjaan di industri penerbitan dilakukan tanpa kualifikasi khusus atau nonspesialis, khususnya editor. Hal senada pernah diungkapkan dalam beberapa kesempatan oleh Ketua Ikapi DKI sekaligus pendiri dan pemilik perusahaan Kelompok Agromedia, Hikmat Kurnia yang menyebut editor di bidang penerbitan sebagai “profesi autodidak”. Sementara itu, Peter J. Olson (2020) dalam tulisannya yang berjudul Confessions of an Accidental Editor dan Smith (1993) yang menulis Mapping a professional path in publishing: the British approach memberikan tanggapan serupa bahwa profesi di bidang penerbitan sebagai "profesi yang tidak disengaja".
ADVERTISEMENT
Sementara itu, pelatihan yang diselenggarakan sangat minim dan jalur pendidikan formal juga terbatas, membuat para editor pemula belajar kapan pun dan dari siapa pun yang mereka bisa. Dalam praktiknya, mereka (staf editor) harus mempelajari keterampilan bekerja 'di tempat kerja' bersama kolega yang lebih senior sampai batas waktu tertentu hingga dianggap layak dan tepat untuk dipromosikan. Itu juga yang saya alami sekira tahun 2003-2005.
Sikap dan Modal Kerja
Sehubungan dengan itu, Amy Einsohn (2011) dalam artikelnya yang berjudul 'Are Editors Born or Made?' mengatakan walaupun seorang editor pemula dapat mempelajari prosedur dan rutinitas editorial di ruang kerja atau belajar sambil bekerja, nyatanya pelajaran dalam metode dan standar kerja tidak dapat mengubah seseorang yang bersemangat menjadi editor kompeten.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, sebelum mulai menggunakan alat tulis atau keyboard untuk mengedit, sebaiknya beberapa sikap dan modal kerja berikut, perlu untuk dimiliki oleh calon editor. Sikap berkaitan dengan perbuatan dan tingkah laku yang berdasarkan pada pendirian dan keyakinan. Sementara modal kerja berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan sebagai dasar atau bekal untuk melakukan pekerjaan.
Beberapa editor ada yang ceria, juga ada yang pendiam, tetapi editor yang profesional cenderung memiliki ukuran dari ciri-ciri sikap berikut ini.
Selanjutnya, terkait dengan pengetahuan dan keterampilan sebagai modal kerja yang diperlukan untuk memasuki bidang penerbitan, di antaranya:
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Sementara itu, untuk yang berkaitan dengan beberapa pekerjaan ilmiah dan teknis, editor mungkin juga memerlukan pengetahuan dasar atau lanjutan tentang suatu bidang ilmu/subjek tertentu.
Lalu bagaimana dengan keterampilan komputer? Apakah itu penting? Tentu saja. Namun, urgensi keterampilan komputer tidak seperti daftar yang telah diuraikan, sebab keterampilan komputer umumnya dapat dikuasai dengan belajar dalam beberapa bulan saja.
Kemudian, apakah suka membaca diperhitungkan? Beberapa calon editor mungkin yakin bahwa kualifikasi terkuat mereka adalah karena suka membaca. Lalu mengapa dalam daftar saya tidak menyertakan "suka membaca". Persoalannya adalah kenikmatan membaca terjadi ketika tenggelam dalam suasana cerita sebuah buku. Hal ini merupakan godaan yang harus dihindari oleh editor karena kerjanya membaca. Editor tidak boleh tenggelam dengan bacaannya, tetapi editor naskah justru harus “menginterogasi” naskah: Apakah bagian tertentu terdapat kesalahpahaman? Apakah terlalu banyak atau terlalu sedikit kata yang membuatnya menjadi jelas atau tidak? Apakah tanda hubung pengubah majemuk sesuai dengan gaya selingkung? Dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, umumnya pembaca hanya menyukai jenis bacaan yang mereka sukai saja. Tentunya, seorang editor harus suka membaca dan harus memiliki kemampuan pemahaman bacaan di atas rata-rata. Akan tetapi, editor profesional cenderung memanjakan kecintaan mereka untuk membaca hanya pada saat akhir pekan dan liburan. Karena faktanya, sebagai editor, jarang sekali kita akan mendapatkan proyek atau naskah yang menyenangkan atau sesuai dengan yang kita inginkan. Kecintaan pada satu topik sastra misalnya, meskipun penting bagi mereka yang mengedit prosa sastra atau karya fiksi, dapat membuat frustrasi editor baru karena tidak dapat menemukan kesenangan atau estetika dari yang dibacanya.
Lalu bagaimana dengan menulis? Keterampilan menulis yang baik adalah keuntungan profesional bagi seorang editor, tetapi banyak editor melakukan sedikit atau tidak sama sekali menulis, dan editor pemula sering mendapat masalah ketika mereka menulis ulang manuskrip, daripada ketika mengedit. Walaupun dalam praktiknya hal ini tidak terhindarkan, namun menulis ulang manuskrip merupakan pekerjaan yang berat. Jika terpaksa melakukannya, Anda harus mendapat persetujuan penulis terlebih dahulu atau berkonsultasi dengan editor senior.
ADVERTISEMENT
Dalam persoalan ini, Amy Einsohn (2011) menyarankan agar orang yang suka menulis, sebaiknya beralih pekerjaan sebagai penulis. Walaupun karier penyuntingan bisa sangat memuaskan bagi mereka yang suka menulis, menulis dengan baik, namun harus dapat memisahkan diri, mereka sebagai penulis dan mereka sebagai bagian dari proses editorial.
Kemudian, untuk menambah pengetahuan dan keterampilan editor pemula, saya mengusulkan agar meluangkan waktu untuk membaca buku panduan penulisan dan penerbitan, seperti Chicago Manual of Style, American Psychological Association (APA Style), Words into Type, The Copyeditor's Handbook, atau The Editor's Companion sebagai bekal pengetahuan dasar Anda. Intinya, jika membaca lima belas halaman yang berkaitan dengan tanda baca seperti koma tidak membuat Anda takut atau bosan, Anda adalah pemula yang bisa belajar.
Terakhir, kembali ke persoalan adanya kemungkinan alih jabatan, bagi ASN di lingkungan BRIN ke Fungsional Penata Penerbitan Ilmiah untuk menjadi editor. Saya ingin memberikan beberapa pandangan yang diadaptasi dari tulisan John R. Inglis (2019) yang berjudul Careers in Science Publishing, khususnya terkait dengan hal-hal yang jangan Anda lakukan dan kesempatan yang mungkin Anda dapatkan, yaitu
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Fadly Suhendra
Editor pada Penerbit BRIN