Hari Raya Nyepi dan Pluralitas

lisa kurnia
Pelajar Abadi
Konten dari Pengguna
17 Maret 2018 9:32 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari lisa kurnia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Hari Raya Nyepi dan Pluralitas
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sumber: Pixabay
Pada hari Nyepi ini, bisa dipastikan destinasi wisata terpopuler di Indonesia, Bali, akan menjadi sunyi senyap, walaupun masih banyak berisi wisatawan. Bisa diramalkan juga para wisatawan tidak akan menjadi memprotes. Bahkan setelah terdengar berita kemungkinan dimatikannya layanan internet pada hari ini. Lantas, apakah ini akan menjadi gangguan pluralitas kita? Bahwa Bali dan penduduknya akan dianggap intoleran?
ADVERTISEMENT
Sudah bukan rahasia lagi kalau Bali adalah kota yang didatangi bayak wisatawan dari seluruh dunia. Bahkan TripAdvisor telah mengukuhkannya sebagai destinasi wisata terbaik dunia. Perekonomian di Bali tidak diragukan lagi ditopang oleh sektor pariwisatanya.
Hari Raya Nyepi dan Pluralitas (1)
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Pixabay
Di sisi lain sudah menjadi keharusan bagi Penduduk Bali yang beragama Hindu untuk merayakan Nyepi dengan tidak melakukan apa-apa kecuali ritual Catur Brata Penyepian. Apalagi agama menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan penduduk Pulau Dewata tersebut sehingga tidak heran jika mereka akan menjalani ritual Nyepi sebagaimana biasanya. Menjaga keheninginan dan kesakralan hari raya tersebut dengan berdiam di rumah dan beribadah.
Lalu apakah itu akan mengganggu wisatawan yang sedang berwisata dan penduduk Bali yang lain agama? Belum tentu. Terutama karena hari Raya Nyepi sudah ditetapkan sebagai hari libur nasional sehingga tidak ada kewajiban untuk bekerja. Ditambah lagi banyak pula wisatawan yang menikmati ritual dan ketenangan hari itu. Hal ini bisa dilihat juga sebagai relaksasi yang sesungguhnya.
ADVERTISEMENT
Untuk mereka yang tidak memeringati atau tidak berdomisili di Bali, adalah suatu keistimewaan untuk dapat menyaksikan hari raya Nyepi tersebut. Hal ini bisa disebut wisata budaya yang sesungguhnya. Sore hari wisatawan dapat memiih untuk mengejar ogoh-ogoh dan malam harinya dilanjutkan dengan menikmati cahaya bintang dalam keheningan dan bebas polusi. Suatu nuansa yang berbeda dengan suasana Bali sehari-hari. Pilihan lain juga bisa dilakukan dengan menikmati fasilitas hotel yang mungkin lebih sering diacuhkan karena lebih banyak ditinggalkan untuk mengeksplor Bali.
Hari Raya Nyepi dan Pluralitas (2)
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: facebook/Deri Marret
Bagi pemeluk agama lain, tentu harus bisa legawa untuk menghormati dan menghargai umat Hindu. Bagaimanapun, Indonesia sepanjang sejarah kenegaraannya dikenal sebagai bangsa yang toleran. Romo Franz Magnis Suseno juga menyampaikan bahwa selama ini ia tidak pernah mengalami pelecehan atau kekerasan di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Tentu saja berbagai alasan juga bisa dicari untuk mengecam perayaan tersebut, apalagi Kementerian Komunikasi dan Informatika menjelang Hari Raya Nyepi telah mengeluarkan surat yang berisi imbauan agar seluruh penyelenggara telekomunikasi yang menyediakan layanan akses internet mematikan layanan tersebut mulai 17 Maret 2018 pukul 06.00 WITA hingga 18 Maret pada pukul 06.00 WITA.
Beberapa orang menganggap bahwa hal ini terlalu berlebihan dan diskriminatif terhadap orang yang tidak merayakan Nyepi, sementara sebagian menganggap imbauan ini berdampak positif untuk menambah kekhusukan merayakan hari raya Nyepi. Apapun pendapatnya, semua pihak diharapkan untuk tidak memperuncing hal ini karena sejatinya imbauan itu ditujukan untuk kemaslahatan bersama dan tidak akan diterapkan untuk aplikasi internet yang bersifat pelayanan publik.
ADVERTISEMENT
Kembali pada pertanyaan di awal, perayaan Nyepi yang selama ini berjalan dengan baik dengan meniadakan kegiatan seharusnya tidak dipermasalahkan. Hal ini bahkan dapat menjadi potensi pariwisata budaya di Bali. Penduduk Bali beragama Hindu juga tidak dapat dianggap intoleran karena menginginkan untuk merayakan hari besar-nya sebaik mungkin. Untuk itu mari kita hargai dan hormati keinginan mereka. Selamat Merayakan Hari Raya Nyepi dan Tahun Baru Saka 1940.