Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Longsor di Puncak: Kehendak Tuhan atau Kecerobohan Manusia
8 April 2018 20:49 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
Tulisan dari lisa kurnia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Longsor di Puncak (sumber liputan6)
ADVERTISEMENT
Sejak awal tahun 2018, setidaknya telah terjadi dua kali longsor di kawasan puncak. Longsor tersebut cukup parah sehingga merenggut nyawa lima orang dan menyebabkan kerusakan cukup parah bahkan sempat membuat jalur puncak ditutup. Tanpa berpikir panjang, dapat dipastikan bahwa longsor tersebut bukan hanya bencana alam yang tidak terduga namun sangat dipengaruhi oleh kecerobohan manusia dalam mengeksploitasi keindahan alam.
Pemandangan Alam Ciloto (koleksi pribadi)
ADVERTISEMENT
Ironi Keindahan Alam
Sabtu (07/04/2018) kemarin dalam rangka menyegarkan tubuh dan suasana hati, saya bersama keluarga memutuskan untuk menginap di daerah puncak. Ternyata, jalan menuju puncak cukup lancar. Tampaknya longsor dan hujan deras yang sering mengguyur puncak belakangan ini cukup mempengaruhi animo masyarakat untuk menghabiskan akhir pekannya di puncak.
Pagi harinya kami dibangunkan oleh pemandangan indah pegunungan dan sungai yang tiada duanya. Tidak heran kemacetan tidak menghentikan antusiasme pelancong untuk selalu datang ke puncak. Ironisnya, alam yang indah ini menjadi korban atas kecantikannya. Sebagai aset utama, ia terus dieksploitasi tanpa dirawat apalagi ditumbuhkembangkan.
Pembangunan vs Pelestarian Alam
Di satu sisi pembangunan merupakan prioritas untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, dan pembangunan terus menerus di puncak telah menciptakan kesejahteraan dan pekerjaan yang tidak sedikit. Banyak bisnis pelesir dan restoran dibuka dan turis berdatangan sehingga puncak menjadi lahan yang tidak pernah “tidur.” Tidak sedikit juga hotel atau bangunan tua yang terbengkalai dan tidak terawat dibiarkan di kawasan tersebut.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, pelestarian alam juga diperlukan untuk menunjang pemanfaatan kawasan puncak itu sendiri. Lahan konservasi yang dialihfungsikan dan pembukaan hutan tanpa perhitungan telah membuat daya ikat tanah berkurang dan menyebabkan longsor, terutama pada musim hujan. Jika sudah begini investasi yang sudah diturunkan akan menjadi sia-sia. Alam rusak, korban pun berjatuhan.
Penutupan Jalur Puncak (sumber tempo.co.id)
ADVERTISEMENT
Penanggulangan Preventif
Belajar dari kejadian yang telah lalu dan memperhatikan kecenderungan perubahan iklim yang semakin tidak terduga, seharusnya telah dilakukan tindakan pencegahan longsor. Dan hal ini tidak tebatas pada menaruh terpal untuk menahan longsor, memberi pembatas jalan yang terkena longsor, atau pun mendirikan pos penanggulangan bencana.
Semua hal tersebut di atas tentunya berguna, namun harus dilakukan tindakan yang lebih stretegis seperti mengembalikan lahan konservasi puncak sesuai fungsinya, dan menindak tegas pelaku penyalahgunaannya agar ada efek jera dan tidak terus berulang. Apalagi Keppres Nomor 114 Tahun 1999 tentang Penataan Ruang Kawasan Bogor-Puncak-Cianjur sebagai pedoman sudah ada sejak dahulu. Dalam hal ini fungsi penegakan dari peraturan tersebut harus dilakukan. Jika tidak, bukanlah suatu kehendak Tuhan semata kalau longsor terjadi.
ADVERTISEMENT
Tetapi takutnya, semua orang sudah tahu akan hal ini, tapi terlalu enggan atau egois untuk bertindak. Kalau sudah begini, tidak dibutuhkan canayang untuk tahu bahwa bencana longsor akan terulang, dan sayangnya, akan semakin sering.