‘Kwan Tee Kiong’ Kelenteng Tertua di Yogyakarta yang Sering Jadi Tujuan Wisata

Lisa Dwi Mukti
Mahasiswa Prodi Pariwisata, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada yang suka healing di Wisdom Park
Konten dari Pengguna
9 Desember 2022 13:58 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lisa Dwi Mukti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kurang dari satu bulan lagi tahun 2022 akan segera berakhir. Kalian sudah ada ide untuk mengisi waktu liburan akhir tahun belum? Kalau belum, berikut ini ada sebuah rekomendasi tempat berlibur di Yogyakarta dan cocok untuk mereka yang ingin melakukan wisata religi, mempelajari sejarah, serta budaya. Simak sampai habis ya.
ADVERTISEMENT

1. Terletak di Kawasan Tugu Yogyakarta

Kelenteng Kwan Tee Kiong yang berada di Jalan Poncowinatan, Yogyakarta. (Sumber: dokumentasi pribadi)
Tempat yang direkomendasikan kali ini adalah sebuah rumah ibadah yang berada di kawasan Tugu Yogyakarta, tepatnya di Jalan Poncowinatan yaitu belakang Pasar Kranggan. Apalagi kalau bukan Kelenteng Kwan Tee Kiong atau lebih dikenal dengan nama Kelenteng Poncowinatan. Berdiri pada tahun 1987 di sebuah tanah milik Keraton Yogyakarta atau Sultan Ground, kini Kelenteng Poncowinatan menjadi yang tertua di Yogyakarta. Kelenteng ini juga dibangun menghadap ke selatan guna menghormati keluarga Keraton Yogyakarta. Untuk menuju ke sana aksesnya juga mudah dan pilihan transportasi yang dapat digunakan cukup beragam. Jadi, kalau kalian sedang berlibur di kawasan Tugu jangan lupa mampir ke sini ya.

2. Bisa beribadah sekaligus berwisata

Nuansa budaya Tionghoa pada arsitektur kelenteng serta tempat pemujaan. (Sumber: dokumentasi pribadi)
Kelenteng Poncowinatan ini dijadikan sebagai tempat ibadah Tri Darma yaitu Buddha, Konghucu, dan Taoisme. Bagi kalian yang menganut salah satu kepercayaan di atas maka dapat beribadah sekaligus berwisata di kelenteng ini. Tapi tenang saja, bagi kalian yang tidak ingin beribadah di sana dapat berkeliling saja sambil melihat keindahan arsitektur kelenteng yang kental dengan nuansa budaya Tionghoa. Selain itu, kalian juga bisa belajar mengenai budaya dan sejarah dari kelenteng serta seisinya melalui pengelola di sana. Jika ingin melihat perayaan budaya Tionghoa yang dipengaruhi unsur budaya Jawa maka kalian bisa datang pada hari tertentu, misalnya saat hari ulang tahun kelenteng serta tahun baru Imlek. Percampuran dua budaya, tentu hal yang menarik bukan?
ADVERTISEMENT

3. Belum menjadi destinasi wisata, namun tetap ramah terhadap wisatawan

Wisatawan sedang berkeliling melihat-lihat kelenteng. (Sumber: dokumentasi pribadi)
Margo Mulyo, selaku ketua pengelola mengatakan bahwa hingga saat ini Kelenteng Poncowinatan belum menjadi sebuah destinasi wisata religi yang memang dikelola untuk pariwisata. Oleh karena itu, tidak dikenakan biaya apabila ingin masuk ke sana.
ADVERTISEMENT
Meskipun demikian, Bapak Margo tetap berharap agar wisatawan yang berkunjung dapat menjaga sikap serta menjaga pikiran agar tidak kosong. Hal tersebut dimaksudkan untuk mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan serta mengganggu umat yang sedang beribadah.

4. Dapat pengalaman, pengetahuan dan kalender gratis pula

Diskusi dengan pengelola (kiri) dan wisatawan sedang mengambil kalender gratis (kanan). (Sumber: dokumentasi pribadi)
Makin tertarik kan mengunjungi rumah ibadah satu ini? Sudah dapat pengalaman, pengetahuan baru serta kalendar gratis pula. Ya, kalian tidak salah baca. Kalender yang biasanya disediakan Kelenteng Poncowinatan di beberapa bulan menjelang pergantian tahun masehi tersebut bisa diambil secara gratis oleh siapa saja. Jadi, tunggu apalagi? Ayo berwisata ke kelenteng tertua dan terbesar di Yogyakarta ini.
Sumber referensi:
Observasi ke Kelenteng Kwan Tee Kiong di Jalan Poncowinatan.
ADVERTISEMENT
https://bpcbdiy.kemdikbud.go.id/cagarbudaya-kelenteng-poncowinatan.
https://jogjacagar.jogjaprov.go.id/detail/107/klenteng-poncowinatan.
https://pariwisata.jogjakota.go.id/detail/index/953.