Konten dari Pengguna

'Malamang': Tradisi Bergotong Royong dalam Prosesi Perkawinan

Lisa Rahayu
Dosen Teknologi Industri Pertanian Unand
2 September 2024 8:29 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lisa Rahayu tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam berbagai komunitas tradisional, proses perkawinan sering kali diwarnai dengan rangkaian upacara adat yang penuh makna. Salah satu tradisi menarik yang masih dipertahankan hingga saat ini adalah pembuatan lamang atau di kalangan masyarakat Minangkabau dikenal dengan istilah 'malamang'. Malamang, atau pembuatan lamang, merupakan kegiatan yang melibatkan proses pengolahan beras ketan menjadi makanan khas yang akan disajikan dalam acara pernikahan/ perkawinan.
ADVERTISEMENT

Proses Malamang

Tradisi malamang melibatkan banyak orang, mulai dari persiapan bahan hingga proses memasak. Biasanya, anggota keluarga dan tetangga berkumpul untuk bergotong royong, memastikan bahwa setiap tahap berjalan lancar. Mulai dari persiapan beras ketan, pemotongan bambu, pembungkusan dengan daun pisang, hingga pembakaran di atas api, setiap tahap memerlukan keterampilan dan ketelitian. Kegiatan ini juga sering kali diiringi dengan interaksi sosial yang hangat, mempererat hubungan antar kerabat.
Gambar : Proses malamang (sumber: dokumentasi pribadi)
Proses malamang di beberapa daerah di Sumatera Barat dilakukan oleh pihak 'Sumando'. Dalam konteks budaya Minangkabau, istilah "Sumando" merujuk pada seorang pria yang menikah dengan wanita Minangkabau dan kemudian tinggal di rumah keluarga istrinya.
Sumando bertanggung jawab terkait dengan pembuatan lamang tersebut mulai dari awal sampai masak.
Gambar: Proses malamang (dokumentasi pribadi)
Berikut ini bahan dan proses yang dilakukan dalam membuat lamang.
ADVERTISEMENT
Bambu. Proses malamang biasanya diawali dengan mencari bambu yang dilakukan oleh pihak sumando, yang kemudian dipotong dengan panjang masing masingnya sekitar 60-70 cm. Bambu digunakan sebagai alat untuk membungkus yang memasak ketan.
Daun pisang. Daun pisang disiapkan oleh pihak perempuan (kaum ibu). Daun digunakan sebagai bungkus ketan di dalam bambu.
Santan. Santan digunakan sebagai bahan untuk memasak ketan, kemudian juga ditambahkan garam dalam pembuatannya.
Beras ketan dicuci terlebih dahulu dan ditiriskan, selanjutnya dimasukkan kedalam bambu. Setelah selesai dimasukkan, bambu yang sudah berisi ketan tersebut dibawa ke tempat pemasakan. Tempat pemasakan lamang berupa sandaran besi panjang yang dibawahnya diberi kayu bakar dan sabut kelapa. Bambu disusun dengan rapi di sandaran besi, kemudian dimasukkan santan kedalam bambu yang sudah diisi beras ketan tersebut. Setelah selesai pemberian santan barulah api dihidupkan. Supaya lamang masaknya merata, bambu tersebut diputar setiap beberapa menit. Setelah beberapa jam, lamang akan matang dengan sempurna. Selanjutnya kegiatan malamang diakhiri dengan makan bersama.
Gambar: Kebersamaan makan bersama setelah kegiatan malamang (sumber: dokumentasi pribadi)
Malamang tidak hanya berfungsi sebagai makanan untuk acara, tetapi juga sebagai simbol kekuatan dan solidaritas masyarakat. Dengan melibatkan banyak orang dalam kegiatan ini, tradisi ini memperkuat ikatan sosial dan menegaskan nilai-nilai kebersamaan dalam masyarakat.
ADVERTISEMENT
Malamang lebih dari sekadar tradisi kuliner. Karena malamang merupakan manifestasi dari semangat gotong royong dan rasa saling memiliki yang kuat dalam masyarakat.
Gambar: Interaksi sosial yang terjadi selama kegiatan malamang
Dengan mempertahankan tradisi ini, masyarakat tidak hanya menjaga warisan budaya mereka, tetapi juga memastikan bahwa nilai-nilai adat dan sosial tetap hidup dalam setiap kegiatan yang dilakukan. Malamang menjadi contoh nyata bagaimana tradisi lama dapat memperkaya kehidupan sosial dan budaya masyarakat di era modern saat ini.