Konten dari Pengguna

Pengomposan dan Faktor Penting yang Harus Diperhatikan

Lisa Rahayu
Dosen Teknologi Industri Pertanian Unand
28 Agustus 2024 10:11 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lisa Rahayu tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar limbah organik (sumber: https://pixabay.com)
zoom-in-whitePerbesar
Gambar limbah organik (sumber: https://pixabay.com)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pengomposan merupakan proses daur ulang bahan organik yang diurai menjadi tanah tinggi nutrisi dengan memanfaatkan mikroorganisme, biasanya dikenal sebagai kompos. Kompos ini dapat digunakan sebagai pupuk alami untuk meningkatkan kualitas tanah dan mendukung pertumbuhan tanaman.
ADVERTISEMENT
Pengomposan membantu mengurangi jumlah limbah yang masuk ke tempat pembuangan akhir dan berkontribusi dalam mengurangi emisi gas rumah kaca.
Menurut Suhartini dan Nurika (2018) dalam bukunya menjelaskan bahwa proses pengomposan mengakibatkan bahan organik berkurang karena CO2, H2O dan gas lainnya dilepaskan ke atmosfer. Adapun produk akhir yang dikenal dengan kompos merupakan komposisi dari mikroorganisme, produk dekomposisi dan bahan organik sehingga organisme ini tidak dapat terurai.
Pengomposan sangat diperlukan dalam pengolahan limbah padat seperti limbah hasil pertanian dan perkebunan. Sebenarnya proses pengomposan dapat terjadi secara alami, namun membutuhkan waktu yang lama. Oleh karena itu untuk mempercepat proses pengomposan ini dikembangkanlah teknologi pengomposan dengan tujuan supaya proses pengomposan dapat berjalan lebih cepat dari yang seharusnya.
Gambar ilustrasi kompos (sumber: https://pixabay.com)

Faktor yang harus diperhatikan dalam proses pengomposan

Pengomposan pada prinsipnya adalah mengaktifkan kegiatan mikroba (bakteri, jamur) agar mampu mempercepat dekomposisi bahan organik (limbah pertanian, limbah rumah tangga, limbah perkebunan dll). Berdasarkan beberapa referensi menyebutkan bahwa terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam proses pengomposan yaitu:
ADVERTISEMENT
1. Rasio C/N. Rasio organik Karbon dan Nitrogen merupakan salah satu aspek yang sangat penting. Dimana mikroba memecah senyawa C sebagai sumber energi dan menggunakan N untuk sintesis protein. Jika rasio C/N terlalu tinggi akan menyebabkan mikroba kekurangan N untuk sintesis protein, maka hal ini dapat mengakibatkan proses dekomposisi berjalan lebih lambat. Pada prinsipnya jika rasio C/N tidak tepat (jumlahnya berlebih atau tidak mencukupi) dapat mengganggu proses pengomposan.
2. Ukuran partikel bahan organik. Pengecilan ukuran bahan organic/ limbah yang digunakan dapat meningkatkan luas permukaan, sehingga hal tersebut memungkinkan mikroorganisme untuk menguraikan bahan lebih cepat.
3. Porositas. Merupakan ruang diantara partikel di dalam tumpukan kompos. Rongga ini akan diisi oleh air dan udara. Jika dipenuhi oleh udara maka akan memasok mikroorganisme dengan oksigen, namun bila dipenuhi oleh air dan mengurangi ruang udara maka dapat mengganggu proses pengomposan
ADVERTISEMENT
4. Aerasi. Aerasi dapat dicapai dengan memperkaya tumpukan kompos dengan udara segar dimana oksigen hilang dengan cara mengatur tumpukan kompos secara teratur.
5. Kadar air. Kandungan air 40-60% memberikan kelembapan yang cukup tanpa penghambatan aerasi (Suhartini dan Nurika, 2018)
6. pH. Nilai pH optimum pada proses pengomposan adalah 6,5 -7,5, dimana pH kompos pada akhir proses akan menjadi 7
7. Temperatur. Suhu antara 30 0C- 60 0C akan menunjukkan aktivitas pengomposan yang cepat.
Memahami faktor- faktor yang mempengaruhi dalam pengomposan sangatlah penting untuk menghasilkan kompos yang berkualitas. Kesimbangan antara Karbon dan Nitrogen, ukuran partikel, porisitas, aerasi, kadar air, pH dan temperatur adalah elemen kunci yang memepengaruhi kecepatan serta kualitas proses dekomposisi. Proses pengomposan tidak hanya bermanfaat untuk tanah dan tanaman namun juga berkontribusi pada pengelolaan limbah yang lebih efisien dan ramah lingkungan.
ADVERTISEMENT