Konten dari Pengguna

Kecerdasan Emosional Gen Z: Kerja atau Sekedar Gabut Profesional?

lisna Renika K Nababan
Saya adalah Mahasiswa Semester 6, Fakultas Ekonomi dan Bisnis prodi manajemen di Universitas Katolik Santo Thomas Medan
29 Maret 2025 17:36 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari lisna Renika K Nababan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Oleh: Lisna Renika Nababan
ilustrasi Gen Z dalam Dunia kerja Sumber: canva
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi Gen Z dalam Dunia kerja Sumber: canva
Istilah "gabut" sering digunakan oleh Generasi Z saat ini untuk menggambarkan kondisi mereka saat merasa bosan atau tidak ada lagi kegiatan yang menarik untuk dilakukan. Ketika istilah "gabut" ini disandingkan dengan kata "profesional", muncul sebuah gambaran tentang individu yang merasa tidak produktif. Meskipun berada dalam lingkungan kerja profesional, sering sekali generasi Z merasa bosan atau kurang termotivasi. Ini mengakibatkan banyak sekali generasi Z berpindah-pindah pekerjaan karena tidak menemukan kecocokan. Fenomena ini kerap dikaitkan dengan Generasi Z, yang dimana kelompok yang lahir antara tahun 1997 hingga awal 2010-an, yang kini mulai mendominasi angkatan kerja.
ADVERTISEMENT
Karakteristik Generasi Z dalam Dunia Kerja
Generasi Z dikenal memiliki karakteristik unik yang membedakan mereka dari generasi sebelumnya. Generasi Z tumbuh diera digital, sehingga mereka sangat akrab dengan teknologi. Mereka lebih suka komunikasi yang cepat melalui media sosial yang ada, seperti chat dari email maupun whatsaap dibandingkan harus melalukan tatap muka dalam waktu yang panjang.
Generasi Z cenderung menekankan keseimbangan antara kehidupan kerja pribadi dan pekerjaan (work-life balance), mencari makna dalam pekerjaan mereka, dan memiliki adaptasi yang tinggi terhadap teknologi. Mereka juga cenderung cepat bosan dengan pekerjaan yang lebih banyak monoton dan tidak memberikan tantangan kepeda mereka. Sehingga, banyak dari mereka yang sering berpindah kerja. Selain itu, mereka juga menunjukkan kemandirian dalam bekerja, sering kali lebih memilih bekerja sendiri dibandingkan bekerja dalam tim. Dan generasi Z juga tidak suka dengan sistem hierarki yang terlalu kaku, karena pada dasarnya mereka lebih suka bekerja dilingkungan yang terbuka.
ADVERTISEMENT
Tantangan Etika Kerja Generasi Z
Meskipun memiliki banyak kelebihan, Generasi Z juga menghadapi tantangan dalam etika kerja. Salah satunya adalah fenomena Fear of Missing Out (FOMO), di mana mereka merasa takut kehilangan kesempatan atau tertinggal informasi terbaru. Hal ini dapat menyebabkan mereka mengambil terlalu banyak tugas atau proyek sekaligus, yang akhirnya menurunkan kualitas pekerjaan dan menyebabkan kelelahan (burnout). Generasi Z juga lebih mudah merasa stress dibandingkan generasi sebelumnya, yang dimana mereka lebih suka dengan dunia yang serba instan sehingga terkadang kurang sabar dalam menghadapi tantangan jangka panjang dalam dunia pekerjaan.
Generasi Z sering sekali cenderung ingin sukses dengan cepat, tetapi terkadang kurang memiliki ketahanan dalam menjalani proses yang panjang. Karena, kerap sekali mereka membandingkan diri dengan figur sukses dimedia sosial tanpa menyadari bahwa kesuksesan membutuhkan waktu, usaha, ketekunan, kesabaran dan konsisten. Pepatah bijak mengatakan "Kesuksesan dalam hidup tidak ada yang instan, di butuhkan perjuangan dan melalui proses yang panjang"
ADVERTISEMENT
Fenomena "Gabut Profesional"
Istilah "gabut profesional" mungkin muncul sebagai respon terhadap kondisi kerja yang tidak memenuhi ekspektasi dengan realita dunia kerja generasi Z. Yang dimana istilah ini menggambarkan seseorang yang secara teknis memiliki sebuah pekerjaan, tetapi mereka merasa tidak produktif, tidak termotivasi, atau bahkan hanya sekedar "numpang gaji" tanpa benar-benar terlibat dalam pekerjaan tersebut. Mereka Ketika bekerja tidak memberikan tantangan atau makna yang mereka cari, tetapi mereka cenderung merasa bosan atau tidak terlibat. Selain itu, budaya kerja yang tidak fleksibel dan kurangnya pengakuan dapat mendorong mereka untuk mencari peluang lain atau bahkan keluar dari pekerjaan. Karena pola pikir generasi Z sekarang terhadap dunia kerja, mereka ini pekerjaan yang bermakna, fleksibel, dan memberikan perkembangan diri. Jika tidak menemukannya mereka lebih memilih "gabut" atau bahkan sampai resign.
ADVERTISEMENT
Mengatasi Tantangan Etika Kerja
Untuk mengatasi tantangan ini, perusahaan perlu memahami nilai dan motivasi Generasi Z. Membangun mindset karyawan bahwa pekerjaan bukan hanya soal gaji, tetapi juga tentang tanggung jawab dan pengembangan diri mereka untuk kedepannya. Menyediakan lingkungan kerja yang fleksibel, memberikan kesempatan untuk pengembangan diri, dan memastikan bahwa pekerjaan memiliki makna dapat membantu meningkatkan keterlibatan mereka. Selain itu, pendekatan kepemimpinan yang humanis dan perhatian terhadap kesejahteraan karyawan dapat meningkatkan retensi dan kepuasan kerja di kalangan Generasi Z. Akan tetapi, mengatasi tantangan etika kerja memerlukan usaha dari kedua belah pihak, baik individu maupun perusahaan. Dengan pendekatan itu tantangan etika kerja yang terjadi pada generasi Z bisa diatasi, sehingga baik individu maupun perusahaan bisa berkembang bersama.
ADVERTISEMENT